Oleh : Kyai M. Hamdan Suhaemi
Sayup-sayup kita lihat segelintir orang yang menyerukan agar pemerintah untuk menyerah atas ketidakmampuannya dalam menangani pandemi covid-19 yang telah merenggut banyak korban akibat ganasnya virus tersebut. Mereka memulai membuat simbol bendera putih tanda seruan untuk menyerah. Tindakan pihak oposisi tersebut terkait seruan menyerah kepada pemerintah jelas tindakan tidak bermanfaat, tidak tepat bahkan cenderung agitatif. Sepertinya dengan menyerah persoalan pandemi bisa dituntaskan, padahal akan jauh lebih kacau jika pemerintah meninggalkan tugas utamanya dalam menyelamatkan rakyat dari situasi pandemi virus ini.
Kita, rakyat yang melihat situasi tersebut telah memancing sikap muak atas tindakan mereka, yang sarat kepentingan politis di balik itu. Otak dan nafsu seolah jadi satu dalam upayanya merongrong kekuasaan. Bagi para oposan, pemerintah saat ini adalah telah gagal dalam upayanya membebaskan negeri dari pandemi covid-19. Satu kesimpulan yang terlalu gegabah, dan tendensius. Arahnya jelas menciptakan opini terhadap banyak orang agar mau bersama-sama tidak percaya atas kegigihan pemerintah dalam menangani wabah ini. Tentunya hanya para pecundang yang melakukan tindakan tersebut di saat yang bersamaan, sikap kolektif seluruh anak bangsa sangat diperlukan, untuk kemudian membebaskan diri dari wabah global.
Bendera Putih jika dikibarkan adalah menjadi simbol menyerah saat terjadi perang. Menjadi yang bertolak belakang jika melihat patriotisme bangsa kita yang sudah teruji sekian ratus tahun dalam upaya membebaskan tanah air dari macam rongrongan. Kini pun sikap bangsa ini tentunya sama. Sikap patriotik, sikap nasionalis, sikap heroik ketika wabah pandemi ini mendera seluruh bangsa. Karena satu ittikad, satu kehendak, satu perasaan bersama yang menyatukan untuk bersikap membela. Meski perbedaan suku dan agama adalah tampakan yang terlihat, namun satu rasa, satu cita-cita, satu kehendak begitu mengkristal dalam kebersamaan melawan pandemik ini.
Melihatnya saat ini adalah melihat situasi perang melawan ganasnya virus, dan itu tidak hanya di negeri kita. Tapi virus tersebut telah menyebar di seluruh negeri di dunia. Perang adalah pilihan dan menyerah adalah pengkhianatan. Carl Von Clausewitz mengatakan dalam bukunya On The War “ You can not do this unless you destroy the enemy’s power to resist; for if you don’t render him powerless, he will try to render you powerless in his turn.” Sejauh musuh masih mempunyai kapasitas untuk bertahan, sejauh itu pula kita berusaha menghancurkannya. Tidak ada kata berhenti untuk melakukannya. Itulah satu-satunya cara yang harus dilakukan jika ingin mencapai tujuan yang diinginkan.
Sun Tzu adalah seorang panglima jenderal militer China yang jenius. Hidup dalam periode 544 SM sampai 496 SM, Sun Tzu juga merupakan seorang filsuf yang dikenal melalui bukunya The Art of War, ia pun memberikan pandangannya atas bangsa yang menghadapi situasi perang dengan pandangannya yang tajam, sebagai ahli perang ia bilang ” Jika yakin perang akan menghasilkan kemenangan, Anda harus bertempur, meskipun aturan melarangnya, jika perang tidak akan membawa kejayaan, janganlah bertempur, meski dalam tawaran kekuasaan. ” Sun Tzu pun telah mengingatkan bahwa ” Bergeraklah dengan cepat seperti angin dan berbentuklah seperti kayu. Menyerang seperti Api dan diamlah seperti Gunung.”
Perang, bukan hanya bicara merebutkan kekuasaan atas wilayah tertentu, atau pertentangan ideologis, tetapi juga perang adalah bagaimana mempertahankan harga diri, mempertahankan apa yang menjadi haknya, dan upayanya menyelamatkan kemanusiaan dari ketertindasan, kekerasan, penjajahan bahkan serangan wabah yang akan mematikan manusia. Dari dasar inilah kita sebagai bangsa yang tengah menghadapi wabah virus Corona diperlukan kejelasan sikapnya. Menuntaskan dengan tujuan keselamatan atau menyerah dalam penderitaan.
Bangsa kita adalah kumpulan orang yang memiliki spiritualitas kuat dalam bertahan dan menyerang terhadap potensi-potensi yang akan merugikan jiwa raga dan tanah airnya. Maka hari ini ada sekelompok bangsa ini yang menyerukan bendera putih sebagai desakan menyerah dari perang melawan pandemi covid ini, tentunya harus diragukan prinsip kebangsaannya. Atau jangan-jangan mereka tidak terlahir dari akar ideologis bangsa ini. Mungkin pula mereka terlahir sebagai penghianat yang tengah pura-pura membela negerinya.
Serang, 01/08/21
Wakil Ketua PW GP Ansor Banten
Memahami Tasawuf, Tarekat dan Organisasi Tarekat
Oleh: Hamdan Suhaemi Ada yang bertanya apa itu tasawuf, apa itu tarekat, lalu belakangan ada timbul pertanyaan kenapa ada organisasi...
Read more