• Tentang Kami
    • Pengurus
  • Kontak
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel
No Result
View All Result
RMI PWNU Banten
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel
No Result
View All Result
RMI PWNU Banten
No Result
View All Result
Home Ulama

Syekh Ciliwulung, Ulama Senapati Kesultanan Banten

Syekh Ciliwulung adalah putra Raden Kenyep Arya Wangsakara penguasa Tangerang pada zaman Sulthan Abul Mafakhir dan Sulthan Agung Tirtayasa. Ibunya adalah Ratu Maimunah binti Tubagus Idham dari keluarga kesulthanan Banten yang tinggal di Cakung Kresek sekarang masuk wilayah Gunungkaler.

Admin by Admin
2 Januari 2022
in Ulama
2 min read
0
0
SHARES
1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: KH. Imaduddin Utsman, MA.

Baca Juga

Tokoh Nahdlatul Ulama Dari Kresek Tangerang Banten

Penutupan MTQ Banjar Diwarnai House Music: Ketua Komisi Fatwa MUI Banten Tuntut Bupati, dan Kepala Kemenag di Copot

Dalailu al-Ihtifali ala Maulidi Rasulillah S.A.W

Sanad Ilmu KH. Syanwani bin Abdul Aziz Hingga Tersambung Kepada Rasulullah SAW

Nama Syekh Ciliwulung tidak asing bagi masyarakat Tangerang Banten, makamnya selalu ramai diziarahi masyarakat terlebih pada malam jumat. Makam beliau sekarang masuk wilayah Kabupaten Serang tepatnya di Kampung Gagunung Ds. Cakung Kecamatan Binuang Bersebrangan dengan Desa Kresek. Awalnya Gegunung dan Kresek menjadi satu namun karena adanya pelurusan sungai Cidurian oleh Belanda kini keduanya dipisahkan oleh sungai Cidurian.

Beliau adalah seorang ulama besar yang diyakini masyarakat sebagai waliyullah sekaligus Senapati kesulthanan Banten pada zaman Sulthan Agung Tirtayasa.  Ia tetap setia mendampingi Sulthan Agung Tirtayasa ketika para senapati dan bangsawan Banten banyak yang berbelot mendukung putranya yakni Sulthan Haji yang memberontak kepada ayahnya dengan dukungan Belanda.

Syekh Ciliwulung adalah putra Raden Kenyep Arya Wangsakara penguasa Tangerang pada zaman Sulthan Abul Mafakhir dan Sulthan Agung Tirtayasa. Ibunya adalah Ratu Maimunah binti Tubagus Idham dari keluarga kesulthanan Banten yang tinggal di Cakung Kresek sekarang masuk wilayah Gunungkaler.

Syekh Ciliwulung lahir dengan nama Raden Wiranegara. Sejak kecil ia tinggal bersama Kakeknya Tubagus Idham di Cakung. Kakeknya yang seorang kiayi mendidik Wiranegara menjadi seorang santri yang mumpuni dalam ilmu syariat dan haqiqat. Selain itu ilmu tatanegara dan ilmu keprajuritan tak lupa diajarkan kakeknya sehingga menjelmalah Wiranegara menjadi seorang perwira dari kalangan bangsawan santri yang paripurna.

Wiranegara adalah anak satu satunya Raden Arya Wangsakara dari isteri Ratu Maimunah. Dari isteri Ratu Zakiyah Kenari, Wangsakara mempunyai anak empat perempuan semua yaitu  Raden Ratna sukaesih, Raden Wirasukaesih, Raden Sukaedah dan Raden Karasupadmi. Dari isteri Nyimas Nurmala Karawang mempunyai dua putra yaitu  Raden Yudanegara dan Raden Raksanegara keduanya menggantikan Raden Arya Wangsakara menjadi penguasa  Tangerang.

Setelah dewasa Raden Wiranegara mengabdikan diri sebagai tentara angkatan laut kesulthanan Banten. Karena keberaniannya di medan perang ia diangkat Sulthan Agung Tirtayasa sebagai salah satu senapati angkatan laut dengan gelar Senapati Ciliwulung. Bila tidak ada peperangan Senapati Ciliwulung kembali ke Pesantrennya di Cakung mengajar para santri.

Ketika terjadi pemberontakan Sulthan Haji kepada ayahnya, Sulthan Tirtayasa, keluarga besar Raden Arya Wangsakara tetap setia mendampingi Sulthan Tirtayasa.

Dalam perang penentuan akhir Sulthan Agung Tirtayasa pasukan belanda merangseg dari Batavia menuju Tirtayasa. Tanara dijaga oleh sisa sisa pasukan Tirtayasa yang dipimpin oleh dua kesatria utama pasukan Tirtayasa yaitu Senapati Pangeran Ingayuda Singalaras bin Sulthan Agung Tirtayasa dan Senapati Ciliwulung bin Raden Kenyep Wangsakara.

Kedua ksatria ini berhasil menggelorakan semangat perang sabil kepada seluruh pasukan sehingga terjadilah pertempuran yang sengit antara pasukan Banten dan Belanda. Korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Namun jumlah pasukan Belanda yang terlalu banyak dan persenjataan yang lengkap baik senapan maupun meriam membuat pasukan Banten  satu persatu gugur menjemput syahid termasuk dua ksatria utama Senapati Pangeran Ingayuda dan Senapati Ciliwulung Wiranegara.

Syahidnya Senapati Syekh Ciliwulung dan Senapati Pangeran Ingayuda tercatat dalam lembaran surat arsip keariyaan Tangerang di Grendeng. Dalam arsip itu disebutkan bahwa hari syahidnya Syekh Ciliwulung terjadi pada hari sabtu wage tanggal 26 Desember 1682 Masehi atau bertepatan dengan 26 Dzulhijjah 1093 hjriyah.

Wallahu a’lam.

Next Post

Sultan Zainal Asyikin, Sang Khalifah Tarikat Qodiriyah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Paling Banyak Dilihat

Opini

Tinjauan Filologis Sejarah Sunan Giri Sayyid Maulana Ainul Yaqin, Mursyid Tarekat Syattariyah Abad 15 Masehi

by Admin
1 Februari 2023
0

Saat masih bayi, oleh ibunya dilarung ke laut Blambangan, sebagai aksi penyelamatan dari rencana pembunuhan dari Senopati Blambangan. Hingga ditengah...

Read more
Load More
  • All
  • Berita
  • Opini
  • Pustaka
  • Santri
  • Ulama
  • Pesantren

Tinjauan Filologis Sejarah Sunan Giri Sayyid Maulana Ainul Yaqin, Mursyid Tarekat Syattariyah Abad 15 Masehi

Sumber-sumber Belanda Tentang Sejarah Banten Abad 19 Masehi

Mengkaji Kitab Lawaqihu al-Anwari al-Qudsiyati

PWNU Banten, KH Bunyamin: Kami Siap Sukseskan Porseni NU 2023 Di Kota Solo

Tadarus Jiwa Dalam Perspektif Filsafat Idealisme

RMI PCNU Kab. Serang Peringati Hari Santri Nasional 2022 Dengan Bedah Kitab Dan Ijazah Sanad 19 Kitab

Load More

Baca Juga

MUI Banten Keluarkan Fatwa Haram Membaca Al-Quran Di Atas Trotoar

by Admin
22 April 2022
0

45 Ulama Nusantara Penulis Kitab Kuning Berbahasa Arab Sepanjang Masa

by Admin
27 Februari 2022
2

Sebut Ma’had Al Abqory Terkait HTI, RMI Rekomendasikan Hapus Dari Program PUPR, Kecuali…

by Admin
19 Juli 2021
0

  • Opini
  • Berita
  • Pustaka
  • Ulama
  • Santri
  • Pesantren
Follow Us

©2021 RMI PWNU Banten | rminubanten.or.id.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel

©2021 RMI PWNU Banten | rminubanten.or.id.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist