Oleh : Kyai M. Hamdan Suhaemi
Selayang Pandang
Kebetulan muallif kitab al-Fikrah al-Nahdliyah ini adalah teman sejak kecil, untuk pertama kalinya mengenalnya di tahun 1991 saat belajar di Pondok Pesantren Ashhabul Maimanah Sampang Susukan Tirtayasa Serang Banten. Kenal pertama biasa, umumnya santri-santri lainnya tidak ada yang istimewa tentunya. Namun ketika masuk tahun kedua, muallif kitab ini sudah menunjukan cerdas dan pintar dalam menguasai dasar-dasar ilmu nahwu dan sharaf, tarkib dan nashrif. Bahkan saya dapati muallif ini begitu mahir menguasai kaidah-kaidah fiqih dan Ushul fiqh di saat usia masih remaja belasan tahun, mungkin sekitar usia 17 tahun.
Imadudin Utsman ini lahir pada 15 Agustus 1976 di Kampung Cempaka Kresek Tangerang. Ia adalah pribadi yang lengkap dan terbilang memiliki garis keturunan yang bagus dan soleh, bertemunya leluhurnya dengan leluhur KH. Ma’ruf Amin (Wakil Presiden Republik Indonesia) yaitu di Syaikh Ciliwulung bin Raden Kenyep atau Raden Arya Wangskara, sang pendiri kearyiaan di Tangerang abad 17 Masehi.
Sebagai pengelana dan penuntut ilmu, Kang Imad tidak berhenti pada satu guru semata, namun pada banyak guru. Artinya ia cukup lama menuntut ilmu dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Kelana ilmu dari ujung Banten hingga ujung Jawa Barat, dari Jawa hingga ke Mesir. Berpuluh ulama, yang ia timba ilmunya hingga telah mengantarkan Imadudin Usman menjadi ulama yang punya potensi besar melanjutkan tradisi keilmuan para sesepuh ulama besar yang mendahuluinya.
Terkait dengan kelana ilmunya, KH. Imadudin Utsman menjelaskan dalam tarjamatu al- muallif sebagai berikut:
اخذ العلم من افاضل علماء زمانه الشيخ محمد شنواني بن عبد العزيز البنتني و الشيخ سنجا بن كسمين البنتني والشيخ مفتي اسنوي البنتني والشيخ حصوري بن طاهر البنتني و الشيخ محمد دمياطي بن محمد امين البنتني والشيخ احمد بسطامي بن جاسوتا البنتني والشيخ رافع الدين البنتني والشيخ حسن بصري الكراوني و الشيخ رشدي البنتني و الشيخ صلاح الدين الكلووني والشيخ محمد بن ابراهيم بن عبد الباعث الكتاني الاسكندري وغيرهم رضي الله عنهم
Kiai Imadudin Usman telah memperoleh ilmu dari ulama yang utama di zamannya yaitu KH. Syanwani bin Abdul Aziz, dari KH. Sanja bin Kasmin, dari KH. Mufti Asnawi, dari KH. TB. Hasuri bin Tohir, dari KH. Muhammad Dimyathi bin Amin, dari KH. Bustomi bin Jasuta, dari KH. Rafiudin, dari KH. Rusdi, semuanya dari Banten, dan dari KH. Hasan Basri Karawang Jawa Barat, dari KH. Solahudin Kaliwungu, dan dari Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdul Ba’its al-Kattani al-Iskandari Mesir.
Penjelasan Kitab al-Fikrah al-Nahdliyah
Membaca kitab karya KH. Imadudin Usman seperti menyelami bentangan delta yang mengaliri air ke seluruh kanal, topik utamanya adalah Madzhab Ahli Sunnah Wal Jama’ah yang dianut oleh warga Nahdlotul Ulama atau warga Nahdliyyin. Topik ini yang saya ibaratkan sebagai delta-nya. Sebab membedah madzhab Ahli Sunnah Wal Jama’ah, sama halnya membedah landskap ruang dan waktu dari perjalanan masa ke masanya mayoritas umat Islam di dunia. Sejak abad ke-3 Hijriyah saat mana tokoh besar yang kemudian ditetapkan sebagai suatu kemutlakan bilamana dikaitkan dengan muslim sunni, yaitu Imam Abu Hasan Aly al-Asyari dan Imam Abu Mansur al-Maturidy. Seperti yang sudah dijelaskan dalam kitab Ittihaf Sadatil Muttaqin yang ditulis oleh Imam al-Hafidz al-Zabidy, pada juz II/6.
إذا اطلق اهل السنة و الجماعة فالمراد بهم الاشاعرة و الماتوريدية
Artinya : “Bilamana Ahlu Sunnah Wal Jama’ah disebutkan maka yang dimaksud adalah pengikut madzhab al-Asyari dan madzhab al-Maturidy”.
Dalam kitab al-Fikrah al-Nahdliyah ini, tersusun secara sistematis dan ilmiah beberapa tema yang berkait dengan fikrah, amaliah dan harakah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah yang dianut oleh kebanyakan umat Islam Indonesia, khususnya warga Nahdliyyin. KH. Imadudin Usman merincinya dengan cara membuat beberapa bab ( sub tema ) dengan jumlah 7 Bab. Seperti yang tertulis berikut ini.
وبوبت فيه سبعة ابواب : الباب الاول اذكر فيه مساءل مهمة بعضها يتعلق بمساءل معاصرة في الفقه و بعضها يتعلق بمساءل مختلف فيها بين الفكرة النهضية و بين مخالفيها .
Di dalam kitab ini (al-Fikrah al-Nahdliyah) tersusun 7 bab, bab pertama dijelaskan beberapa masalah penting yang berkaitan dengan persoalan kekinian dalam kajian fiqih, dan sebagian yang berkait dengan persoalan perbedaan di dalamnya antara konsep madzhab yang dianut oleh NU dan antara pembeda-pembedanya.
الباب الثاني اذكر فيه تعريف نهضة العلماء وتاريخ تاسيسها وقانونها الاساسي الذي كتبه الشيخ هاشم اشعري التبوراني و اسس خطتها و الأخوة النهضية
Bab kedua ini dijelaskan pengertian NU (Nahdlotul Ulama), sejarah berdirinya, peraturan dasarnya yang disusun oleh Hadrotusyaikh KH Hasyim Asy’ari Tebuireng, dan dasar pendirian NU serta pemahaman persaudaraan dalam NU.
الباب الثالث اذكر فيه تعريف اهل السنة و الجماعة الاشعرية و الماتردية و اصول عقيدتهما و مساءل الاختلاف بينهما
Bab ketiga telah dijelaskan tentang pengertian Ahlu Sunnah Wal Jama’ah menurut manhaj al-Asyari dan manhaj al-Maturidy, dan pokok-pokok aqidah keduanya, serta persoalan perbedaan diantara keduanya.
الباب الرابع اذكر فيه الفرق الاسلامية من الشيعة و المعتزلة و الخوارج و المرجىة و الجبرية و القدرية و المجسمة و المعطلة و الوهابية
Bab keempat dijelaskan tentang firkoh ( aliran ) dalam Islam, mulai dari Syi’ah, Mu’tazilah, Khowarij, Murjiah, Jabariyah, Qodariyah, Mujassimah, Mu’thilah, dan terakhir Wahabi.
الباب الخامس اذكر فيه المذاهب الاربعة الفكرة النهضية و فروع اهل السنة و الجماعة
Bab kelima dijelaskan di dalamnya 4 madzhab fiqih yang salah satunya dikuti oleh NU, dan penjelasan pokok (aqidah) dan cabang (fiqih) Ahlu Sunnah Wal Jama’ah.
الباب السادس اذكر فيه تعريف الشافعية و ما يتعلق بهم من طباقاتهم و الاقوال المعتمدة عندهم و غيرها
Bab keenam dijelaskan pula pengertian Madzhab Syafi’i dan yang berkaitan dengannya dari ulama madzhab generasi kelanjutan dari imam mujtahid mutlak, kemudian pendapat-pendapat yang kuat menurut ulama madzhab Syafi’i.
الباب السابع و هو الباب الآخر اذكر فيه مذهل نهضة العلماء في التصوف و هو مذهب الأمام الجنيدي البغدادي والامام الغزالي
Bab ketujuh adalah bab yang terakhir dari seluruh isi kitab al-Fikrah al-Nahdliyah karya KH. Imadudin Usman al-Bantani yang menjelaskan tentang madzhab tasawuf yang dianut oleh jama’ah Nahdlotul Ulama ( warga NU ), yaitu madzhab tasawufnya Imam Junaidi al-Baghdadi dan Imam al-Ghazali.
Tafshil Masalah
Menelaah kitab ini ( al-Fikrah al-Nahdliyah ) butuh waktu, karena ketebalan dari halamannya,sehingga tidak cukup singkat membacanya. Dalam setiap bab ada uraian yang sifatnya penting dan menjadi keharusan untuk menjelaskan perbedaan pendapat dari setiap masalah kekinian.
Pada bab awal, secara rinci ( tafshil ) ada fasal pertama yakni tentang Thoharoh yang kemudian diurai hingga 7 masail (seputar 7 permasalahan) yang berkait sesuci. Fasal kedua masih di bab awal terdapat penjelasan sifat sholat yang dibagi menjadi beberapa masail yaitu 7 masalah yang hangat diperdebatkan. Sedangkan fasal ketiga dari bab awal itu menjelaskan tentang sholat Sunnah, kemudian dirinci permasalahannya menjadi 3 masail.
Masih bab awal ada penjelasan tentang sholat jamak dan qoshor yang dirinci menjadi 8 masail, kesemua masail itu adalah permasalahan yang menyangkut sholat jamak dan qoshor menurut pendapat ulama madzhab Syafi’i. Kemudian menjelaskan tentang solat berjamaah dengan 4 masalah yang diurai terutama sekali dalam perspektif madzhab Syafi’i. Terakhir dari bab awal tentang sholat dijelaskan pula sholat Jum’at lengkap dengan beberapa pandangan ulama madzhab Syafi’i, hingga dijelaskan sampai 10 masail.
Sedangkan pada bahasan Zakat, kitab al-Fikrah al-Nahdliyah mengurai beberapa masalah zakat, kondisinya dengan kekinian tentu dalam perspektif madzhab Syafi’i, diurai hingga 17 masail. Pada fasal puasa (al-Shoum) diurai beberapa masalah yang berkait dengan puasa, baik puasa wajib atau puasa sunnah hingga dipaparkan dalam 16 masail lengkap dengan hujjah, dan dalil dari para imam madzhab Syafi’i. Sedangkan yang terakhir dari bab awal ini adalah uraian tentang haji berikut 13 permasalahan yang dijelaskan secara detil.
Keistimewaan Kitab
Jika kitab kuning itu muallifnya ulama dari Timur Tengah, kita tentu tidak kagum. Meski sudah terbantahkan oleh kehebatan legenda kitab kuning Nusantara, yaitu Syaikh al-Alim al-Allamah al-Zahid al-Hafidz al-Mudaqqiq Muhammad Nawawi bin Umar bin Arobi al-Tanari al-Bantani yang telah menulis puluhan kitab kuning dengan berbagai bidang dalam ilmu-ilmu agama Islam. Mungkin Syaikh Nawawi disebut puncaknya keemasan dalam kajian keislaman, yang sangat komprehensif sekaligus konservatif.
Awal milenium ketiga ini, ternyata ada potensi penerus dari tradisi intelektualisme Islam dari ulama Nusantara yang dulu sudah dicanangkan oleh leluhur kita, lengkap dengan prestasi akademik dan tingkatan spiritualitasnya yang konon rerata menguasai jazirah Arabia. Mereka disebut ulama Nusantara yang otentik karena mereka terlahir di bumi Nusantara. Generasi potensial itu juga lahir dan besar di bumi Nusantara, tepatnya di Kresek Tangerang Banten. Masih cukup muda usianya yang tentunya masih ada peluang untuk menulis beberapa kitab dari berbagai bidang kajian keislaman. KH. Imadudin Usman, ini satu dari sekian puluh ulama Nusantara yang gigih meneruskan tradisi intelektual yang sudah diwariskan oleh para pendahulunya.
Sesuatu yang apresiatif, terhadap kitab al-Fikrah al-Nahdliyah ini sebagai karya ilmiah yang ditulis oleh KH. Imadudin Usman dari Kresek Tangerang dengan penilaian yang memukau. Bahkan ini bisa jadi penarik dari lokomotif intelektual muda NU yang secara nalar dan talar sudah dibiasakan di lingkungan pesantren untuk membaca dan menulis dengan bahasa Arab.
Sebagai orang awam, tentu saya sangat memuji karya KH. Imadudin Usman ini karena jarang dikembangkan oleh kiai pesantren. Seandainya bisa saya sejajarkan, mungkin kitab ini sejajar dengan kitab-kitab karya ulama Timur Tengah yang telah menjadi rujukan kita dalam memahami ajaran dan ilmu Islam yang sempurna dan luas.
Penutup
Sebenarnya belum lengkap apa yang saya urai dari atas sampai bawah isi dari kitab al-Fikrah al-Nahdliyah karya KH. Imadudin Usman ini. Namun sekedar menjadi pengantar saja, sementara untuk lebih detil memahaminya harus ditelaah kitabnya.
Serang 23-7-21
Wakil Ketua PW GP Ansor Banten
Ketua PW Rijalul Ansor Banten