Penulis: Kgm. Rifky Zulkarnaen
Memahami Persatuan ala Klan Habib Baalwi
Rejek Shihab, Habaib lainnya, dan budak-budaknya menggembar-gemborkan menjaga persatuan dan perdamaian, jangan mau diadu domba, katanya. Kalimat itu mereka ucap-ucapkan pada situasi terkuaknya kejahatan luar biasa dan penjajahan[1] mereka, Klan Habib Baalwi, kepada Bangsa Pribumi Nusantara, di antaranya:
1. Nasab Klan Habib Baalwi tidak bersambung ke Rasulullah SAW alias cucu palsu nabi. Simultan dengan itu terkuak pula;
2. Sejarah Bangsa dan Negara Indonesia dijadikan milik Habib;
3. Kemerdekaan NKRI, bendera merah putih, dll seputar itu katanya atas jasa Habib;
4. Sejarah NU, JATMAN, dan Muhammadiyah dijadikan (‘milik’) Habib; Mbah Hasyim dihina, NU diinjak-injak martabatnya;
5. Ratusan, jika tak ribuan, makam dan silsilah leluhur pribumi Nusantara, termasuk Kraton Jogja dan Walisongo, yang berimplikasi berubahnya sejarah, dijadikan (milik) Habib;
6. Pahlawan-pahlawan pribumi Nusantara dijadikan Habib;
7. Sejarah kelam kedatangan Klan Habib Baalwi di Nusantara yang dibawa penjajah Belanda untuk menjadi antek penjajah Belanda dalam menindas pribumi Nusantara;
8. Doktrin-doktrin rasis, sesat dan khurafat Klan Habib Baalwi untuk menundukkan psikis masyarakat pribumi supaya tunduk patuh kepada Klan Habib Baalwi, atas nama Ahlul Bait;
9. Bahkan sampai STNK dan buku nikah pun tak luput diklaim sebagai karya dari Habib;
10. Intimidasi, persekusi, serangan brutal, dan perampokan finansial berkedok agama terhadap Pribumi;
11. Indonesia milik aulia Tarim, Indonesia Tarim ke-2, mereka mendeklarasikan begitu.
Daftar di atas masih banyak lagi. Untuk meringkas seluruh daftar peng-habib-an harta kekayaan intangible pribumi Nusantara dan penjajahan Klan Habib Baalwi, kita zip itu semua dalam frase “Penjajahan Baalwisasi-Yamanisasi”.
Ucapan menjaga persatuan dan perdamaian (kerukunan) yang diucapkan Rejek Shihab, Klan Habib Baalwi dan para budaknya dalam situasi terkuaknya Penjajahan Baalwisasi-Yamanisasi, apa artinya itu? Artinya, persatuan dan perdamaian ala Klan Habib Baalwi adalah mari tidak mempermasalahkan kejahatan-kejahatan kami (Klan Habib Baalwi) kepada kalian, terima saja, tidak usah ribut mempermasalahkan itu semua, bersatulah dengan damai di bawah injakan kaki kekuasaan dan penjajahan kami, Klan Habib Baalwi, karena kami cucu Nabi kalian. Bersatulah dan damailah menjadi budak kami, jangan melawan. Jika kalian melawan, maka kalian memecah belah umat, merusak persatuan dan kerukunan, karena kamilah Islam itu sendiri sedangkan kalian bukan Islam kalian musuh Islam, maka bersatulah dan mari rukun dan hidup damai sebagai budak kami. Ringkasnya: Bersatu, rukun dan damailah dalam perbudakan kami, Klan Habib Baalwi. Begitulah artinya.
Kami kalian jajah, lantas kalian mengajak ke persatuan, kerukunan dan perdamaian dalam keadaan kalian menjajah kami. Lho, kok enak. Enak di kalian, pedih di kami, Bangsa Pribumi Nusantara.
Klan Habib Baalwi, Penjajah Yang Mendengungkan Persatuan dan Perdamaian
Setelah kejahatan-kejahatan dan penjajahan Klan Habib Baalwi terungkap lalu mereka menggembar-gemborkan persatuan dan perdamaian. Tunggu dulu. Persatuan dan perdamaian (kerukunan) itu baik, kami pasti setuju, tapi tunggu dulu. Bagi para budak dan orang-orang lugu (untuk tak mengatakan jahil murokkab), kampanye Persatuan dan Perdamaian yang didengungkan Klan Habib Baalwi terdengar mulia dan Islami sekali. Oh tunggu dulu, mari kita hitung.
Mengutip uraian Mbah Nun[2] tentang keadilan:
Bukan kamu dibohongi kemudian kamu damai. Lho tidak bisa, dibohongi kok damai. Jadi, syarat kedamaian, syarat Rahmatan Lil Alamin, adalah keadilan. Akhlakul karimah. Tidak ada yang mencurangi, tidak ada yang menyakiti, tidak ada yang mendzalimi. Itu Rahmatan Lil Alamin.
Hei, Klan Habib Baalwi dan para budak! Tidak ada persatuan dan perdamaian tanpa didahului tegaknya keadilan. Keadilan haruslah ditegakkan terlebih dahulu. Jika ada satu pihak yang terdzalimi, tentu ia memberontak, manusiawi ia memberontak, fitrahnya ia memberontak, hatinya pedih, yang membikin ia tak mau bersatu dan tak mau berdamai.
Sebagaimana yang dijelaskan Mbah Nun, Bangsa kami dijahati secara luar biasa oleh kalian (Klan Habib Baalwi) kemudian Bangsa kami diajak damai dan bersatu dengan kalian begitu saja. Lho tidak bisa. Syarat kedamaian adalah keadilan. Tidak ada yang mencurangi, tidak ada yang menyakiti, tidak ada yang mendzalimi. Dan kalau ada yang mencurangi, kalau ada yang menyakiti, kalau ada yang mendzalimi, tegakkan dulu keadilan antara yang didzalimi dan yang mendzalimi. Setelah keadilan ditegakkan baru omongkan persatuan dan perdamaian.
Lebih lanjut, Mbah Nun[3] menerangkan:
… jadi menurut saya, nomor satu memperjuangkan keadilan, yang lain-lain itu akibat.
… (kalau ada masalah atau bentrokan, pen) itu semua akibat ketidakadilan. Kamu jangan ngomong gotong royong, nggak bisa kamu bangun gotong royong, jangan ngomong kerukunan, itu cuma akibat. Kalau adil satu sama lain kita pasti rukun, pasti gotong royong. Nggak bisa kamu bangun gotong royong sementara ada yang curang, ada yang tidak adil.
Jadi, Klan Habib Baalwi dan budak-budaknya jangan ngomong kerukunan karena itu cuma akibat. Kalau kita adil satu sama lain kita pasti rukun. Ngga bisa kalian (Klan Habib Baalwi) membangun kerukunan sementara kalian terus-menerus curang, melakukan kejahatan luar biasa, berperilaku dzalim murokkab tidak adil, dan menjajah kepada Bangsa kami.
Indonesia Cinta Damai tapi Lebih Cinta Kemerdekaan
Pada lain kesempatan, Mbah Nun[4] menjelaskan:
Kita ini kan pengen saling menerima satu sama lain, pengen bersatu, pengen guyub, pengen bareng-bareng. Itu kan ibarat pohon kan itu buahnya. Buahnya adalah persatuan, keguyuban, gotong royong. Kita tidak akan mendapat buah kalau tidak memahami bunganya, daunnya, rantingnya, dahannya, pohonnya, sampai tanahnya. Bahkan tanah kita teruskan sampai bumi, sampai alam semesta, sampai yang bikin, Allah Swt. Jadi tidak bisa kita hidup dengan penggalan-penggalan. Kita tidak bisa, “Ayo bersatu, Rek!” Lho sebentar, ada banyak hal yang membuat orang tidak bersatu… kalau Anda minta 9, ya Anda harus mengurut dari 1, 2, 3, 4, 5, 6 dst, mungkin Anda malah ngerti minnya, min 1, min 2, min 3, kita urut juga.
… nanti ada pedoman bahwa ketika Anda melihat sekarang, terus besok, lusa, itu selalu pedomannya secara bertahap Anda harus memakai prinsip yang namanya taqwa. Saya menterjemahkan taqwa, saya ambil titik beratnya, waspada. Jadi, jangan tidak waspada terhadap fakta apa pun. Yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan harus secara obyektif kita terima, kita pahami, untuk kita pelajari.
Jadi kalau kita ingin bersatu, kita lihat: Loh, gimana wong kita ini setiap hari menyelenggarakan segala sesuatu yang membuat kita tidak bersatu. Terus kita tiba-tiba ingin bersatu.
… kita tidak bisa melihat suatu masalah dan tidak bisa memproduksi suatu kemaslahatan tanpa kita melihat rentang waktu ke belakang maupun ke depan.
Kalian (Klan Habib Baalwi dan budak-budaknya) nyerocos lantang tentang persatuan dan perdamaian (kerukunan). Lho, gimana wong kalian setiap hari menyelenggarakan segala sesuatu yang membuat kita tidak bersatu. Terus Bangsa Pribumi Nusantara tiba-tiba diajak bersatu. Itu kelucuan dan kelicikan kalian berkedok lisan baik dan mulia. Kita tidak bisa ngomong, “Ayo bersatu, Rek!” Lho sebentar, ada banyak hal yang membuat orang tidak bersatu… kalau Anda minta 9, ya Anda harus mengurut dari 1, 2, 3, 4, 5, 6 dst, mungkin Anda malah ngerti minnya, min 1, min 2, min 3, kita urut juga.
Kalau serius mau persatuan dan perdamaian, ayo kita urut. Ayo kita hitung. Ayo kita tegakkan dulu keadilan antara kami dan kalian, baru kita omongkan perdamaian dan persatuan. Kalau tidak ada keadilan yang ditegakkan atas kejahatan luar biasa dan penjajahan kalian, Klan Habib Baalwi, terhadap Bangsa Nusantara, maka tidak mungkin ada persatuan dan perdamaian di antara kita. Mustahil.
BUAT APA KITA BERSATU KALAU MEREKA ORANG-ORANG YANG BUKAN PRIBUMI INDONESIA MENGANGGAP KITA PRIBUMI INDONESIA SEBAGAI BUDAK-BUDAK MEREKA! (KH. Imaduddin, 2023)[5].
KAMI, BANGSA INDONESIA, CINTA DAMAI TETAPI LEBIH CINTA KEMERDEKAAN![6]
Dirgahayu Indonesia Kami, Dirgahayu Nusantara Kami, Dirgahayu Kemerdekaan RI yang ke-79.
Kita Indonesia. Klan Habib Baalwi bukan kita. Indonesia milik kita bukan milik mereka.
Indonesia Merdeka!
[1] https://rminubanten.or.id/klan-habib-baalwi-dulu-antek-penjajah-belanda-kini-penjajah-bangsa-nusantara/
[2] https://youtu.be/KvE4uNyZZoY?si=kpfBdfUTOylS5MAJ ; https://youtube.com/shorts/KaagVc-_pFQ?si=X-DlfiFiWQ5i3TrB
[3] https://www.youtube.com/watch?v=pl5zb33nGVM
[4] https://www.youtube.com/watch?v=UqXXGacGHVY
[5] https://youtu.be/P46CVm81sss?si=AAJNIqSTh0935dnY&t=303
[6] lihat: Buku Putih Pertahanan Indonesia Kementrian Pertahanan Republik Indonesia. DISAHKAN DENGAN PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23 TAHUN 2015, TANGGAL : 20 NOVEMBER 2015