Oleh : Hamdan Suhaemi
Kitab Ilmu Mantiq
Kitab Sulam al-Munauroq adalah Kitab yang menjelaskan tentang ilmu mantiq, salah satu fan ( disiplin ilmu) dari 12 fan ilmu yang dipelajari di banyak pesantren salafiyah, ilmu mantiq ini ilmu yang mempelajari tentang cara kerja dan metoda akal ( logika), dengan tujuan agar berpikir lurus dan benar, menghindari kesalahan berpikir.
Selain Kitab Sulam al-Munauroq, ada beberapa kitab terkait kajian ilmu mantiq antara lain kitab al-Muntaha ditulis oleh al-Khujandi, karya klasik yang membahas dasar-dasar mantiq ada juga kitab Shifa al-‘Aql yang dikarang oleh Ibn Sina (Avicenna), seorang ilmuwan besar dalam dunia IsIam yang menyajikan aspek-aspek penting dari logika Aristoteles yang disesuaikan dengan pemikiran filsafat Islam.
Terdapat pula kitab al-Luma’ fi al-Mantiqi yang ditulis oleh al-Baghdadi, yang fokus pada dasar-dasar ilmu mantiq dengan cara yang ringkas namun mendalam, begitu pula Syaikh al-Tusi menulis Kitab Qawa’id al-Mantiq, salah satu karya penting dalam mantiq yang menjelaskan berbagai kaidah logika, dan yang paling digemari kalangan pelajar ilmu kalam adalah terhadap Kitab Al-Maqasid yang ditulis oleh al-Samarqandi, Kitab ini mengupas topik-topik dasar dalam logika.
Penulis Kitab Sulam al-Munauroq
Kitab Sulam al-Munauroq telah ditulis oleh Syaikh Abdurrahman bin Muhammad ash-Shughayyra bin Amir al-Akhdhari, kita sering menyebutnya Syaikh al-Akhdhari saja, beliau ini lahir di desa Benthious, Zab di bagian barat Aljazair di tahun 910 H, bertepatan dengan 1504 M dan wafat pada tahun 953 H atau 1546 M. Tetapi jika dilihat dari keterangan beliau sendiri di akhir kitab Matan Sulam Munawraq beliau ini mengatakan bahwa kitab selesai dikarang pada usia 21 tahun di tahun 941.
Jauh sebelum menulis kitab Sulam al-Munauroq, al-Akhdhari kecil dididik ayahnya Syaikh Muhammad Shughayyra dan Pamannya Syaikh Ahmad, dan saat ia beranjak dewasa Abdurrahman al-Akhdari menempuh pendidikan dibawah asuhan ulama besar yakni Syaikh Abdur Rahman bin Laqrun, figur sufi yang mumpuni di bidang filsafat .
Kemudian Abdurrahman al-Akhdari muda meneruskan belajarnya pada Syaikh Abdul Hadi al-Fathnasi, diteruskan kepada Syaikh Abu Thayib, lalu melanjutkan kembali belajar ke Provinsi Konstantin negeri Aljazair. Beliau kemudian mengambil ilmu dari Syaikh Umar bin Muhammad al-Anshari al-Qusanthy yang sangat masyhur dengan julukan Syaikh al-Wazan.
Sanad Ngaji Sulam al-Munauroq
Pertama kalinya saya ngaji kitab Sulam al-Munauroq kepada KH. Baijuri Muhara Rangkas Bitung Kab. Lebak di tahun 2000 hingga 2001, beliau ini ulama yang jenial dan dikenal ahli tafsir, figur kharismatik dan tetap berpenampilan sederhana.
Adapun KH. Baijuri ini asli dari Jenggot Tanara dan ngaji Kitab Sulam al-Munauroq kepada Syaikhuna KH. Muhammad Syanwani, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Ashhabul Maimanah Sampang Susukan Tirtayasa Serang, figur ulama besar yang kharismatik di Banten, orang menyebutnya Kiai Agung.
Syaikhuna KH. Muhammad Syanwani Sampang ngaji kitab Sulam al-Munauroq dan kitab-kitab ilmu Balaghah lainnya kepada Syaikhuna Mama KH. Syatibi Gentur, figur sentral pengembangan ilmu-ilmu alat di Tatar Sunda, bagi KH. Syanwani terhadap gurunya ini begitu punya kesan mendalam, karena Mama Syatibi sangat khusus perlakukannya atas dirinya, karena catatan-catatan taqriran Mama Syatibi sangat detail ditulis olehnya.
Itu dibuktikan oleh peninggalan Syaikhuna KH. Syanwani Sampang yaitu satu kitab tentang ilmu mantiq, ilmu balagah, munadhoroh yang ditulis tangan berbahasa Arab, begitu rapih dan bagus. Paham saya, antara guru dan murid sangat kuat sekali pertalian batinnya, sehingga di kitab tersebut ada pengakuan dari KH. Syanwani atas Mama KH. Syatibi dengan menyebutnya ” Syaikhina al-Syahir bi al-‘Allamah Haji Muhammad Syatibi al-Genturi “.
Sedangkan Mama KH. Syatibi Gentur telah masyhur sebagai murid dari Syaikh Adzra’i Garut, itu artinya Mama Syatibi ngaji seluruh fan ilmu-ilmu alat kepada Mama Adzra’i, dan telah masyhur pula bahwa Mama Syaikh Adzra’i Garut dikenal sebagai murid dari ulama besar kaliber internasional yakni Syaikh Ibrahim Baijuri, Sayyid Zaini Dahlan, dan Syaikh Nawawi al-Bantani.
Sanad ngaji Sulam al-Munauroq dari pengarangnya Syaikh Abdurrahman al-Akhdari hingga diajarkan kepada murid-muridnya hingga sampai pada Mama Syaikh Adzra’i Garut hingga sampai kepada Mama Syaikh Syatibi dan disanadkan kepada Syaikhuna KH. Muhammad Syanwani, Rois Syuriah PWNU Karesidenan Banten era 1984.
Merawat Sanad Mengajarkan Sulam
Ilmu mantiq tidak kalah pentingnya dengan mempelajari ilmu-ilmu agama Islam, karena itu menjadi pemandu agar paham kita benar dan lurus, tidak terjebak pada kerancuan dan kekeliruan pemikiran sehingga berakibat pada paham agama yang salah dan sesat.
Kitab Sulam al-Munauroq adalah Kitab tipis yang berpola nadham tetapi ini disebut dasar dari pelajaran ilmu mantiq, hingga dari Kitab tipis itu muncul kitab-kitab syarah yang ditulis oleh murid dan cucu murid setelahnya. Kita berharap kemanfaatan ilmu mantiq terus dirasakan oleh generasi berikutnya ila yaumil qiyamat.