Dalam kitab babon Ba Alawi, Syamsudzahirah, disebutkan bahwa Abdul malik adalah putra dari Alwi bin Muhammad Sohib Mirbat (h. 529); Ia keturunan ke-7 dari Ubaidillah; Ia berhijrah ke India dan berketurunan di sana. Sunan Gunung Jati dan Sultan Banten, serta seluruh Wali Songo kecuali Sunan Kali Jaga, katanya, keturunan Abdul malik ini. Apakah benar ia sosok historis atau sosok ahistoris ? Mari kita uji.
Dalam kitab al-Suluk fi Tobaqot al-Ulama wa al-Muluk karya al-Janadi, memang disebut nama Abdul Malik yang hijrah ke India. Tapi ia bukan cucu Muhammad “Sohib Mirbat”. Ia adalah cucu Ahmad bin Jadid. Muhammad “Sohib Mirbat” dan Ahmad bin Jadid, mereka berdua hidup satu masa. Berarti Abdul Malik bin Alwi bin Muhammad “Sohib Mirbat” dan Abdul Malik bin Ahmad bin Jadid, juga hidup satu masa. Keduanya mempunyai banyak kesamaan: Mereka berdua sama sama Ba Alawi; mereka berdua sama-sama bernama Abdul Malik; mereka sama sama hijrah ke India: mereka berdua sama-sama hidup di masa yang sama. Kebetulan yang menarik bukan ?
Sebelum kita lanjutkan perhatikan dua silsilah di bawah ini:
Tabel silsilah Abdul Malik yang pertama (Silsilah 1), adalah silsilah Bani Jadid yang terdapat dalam kitab al-Suluk versi manuskrip Mesir. (lihat juz ke-2 halaman 135). Sedangkan, Silsilah yang kedua (Silsilah 2) adalah silsilah Ba Alawi versi Habib Ali al-Sakran. Habib Ali al-Sakran mengijtihadi bahwa Abdullah yang terdapat di al-Suluk itu adalah Ubaidillah. Dan Hadid atau Jadid itu adalah saudara dari Alwi.
Dalam kitab al-Suluk itu, disebutkan bahwa Abdul Malik Ba jadid bersama saudaranya yang bernama Ali Ba Jadid datang ke Kota Adn, lalu ke Kota al-Wahij, untuk menemui Syekh Mudafi’. Kemudian keduanya dinikahkan dengan dua anak perempuan Syekh Mudafi’. Lalu keduanya pergi ke India bersama Syekh Mudafi. (lihat al-Suluk juz ke-2 halaman 136).
Pertanyaanya, apakah kisah hijrah ke India-nya Abdul malik Ba Alawi itu betul-betul fakta historis atau hanya terinspirasi dari kisah hijrahnya Abdul malik Ba Jadid yang ditulis dalam kitab al-Suluk ?
Jika hijrahnya Abdul malik Ba Alawi ke India itu fakta, mengapa yang tercatat dalam al-Suluk hanya hijrahnya Abdul Malik Ba Jadid ? Kemudian lagi, jika hijrah itu benar, apakah kedua Abdul malik ini sama-sama diangkat menantu raja India dan berketurunan?
Analisa penulis: pertama Nama Abdul Malik, bukanlah nama yang lazim dipakai keluarga Ba Alawi. Mungkin dalam keluarga Ba Alawi, hanya Abdul Malik bin Alwi inilah yang bernama Abdul Malik. Di zaman sekarang-pun sulit mencari keluarga Ba Alawi yang bernama Abdul Malik. Dari situ, menurut penulis, nama Abdul Malik masuk dalam “cerita” keluarga Ba Alawi hanya karena terinspirasi kisah hijrahnya Abdul Malik dari keluarga Jadid yang dicatat dalam sejarah. Hijrahnya Abdul Malik ke India, pertama kali dicatat oleh habib Abu Bakar al-Sakran di Abad ke-9 Hijriah. Tetapi al-Sakran tidak spesifik menyatakan Abdul Malik hijrah ke India, ia hanya mengatakan bahwa Abdul Malik bin Alwi ini mempunyai keturunan di India (al-Burqoh h. 138).
Dan tidak ada satupun kitab Ba Alawi yang menyambungkan nasab keturunan Abdul Malik ke Wali Songo. Adapun yang dicatat dalam kitab Syamsudzahirah tersebut hanya memberikan informasi bahwa ada catatan dari Nusantara diantaranya dari manuskrip Kerajaan Palembang yang berangka tahun 1748 M, dan dari Habib Salim bin Jindan, bahwa para sultan dan wali di Nusantara mempunyai silsilah ke Baginda Nabi Muhammad Saw melalui Syekh Jumadil Kubro kemudian melalui Abdul Malik. Kemudian sisilah itu dicantumkan dalam hamisy (footnote) kitab Syamsudzahirah cetakan 1984 M yang ditahqiq oleh Muhammad Dliya Syihab.
Dari situ kita lihat, betapa lemahnya nasab Azmatkhan mulai dari hulu sampai ke hilir. Dari hulu, nasab Azmatkhan ini hanya terinspirasi kisah hijrahnya Abdul Malik dari keluarga Jadid di abad ke-7 Hijriah. Dari hilir, nasab ini tidak tercatat dalam kitab keluarga Ba Alawi sendiri dan bertentangan dengan manuskrip kuno Nusantara yang lebih tua.
Jika pencatatan riwayat Azmatkhan dalam hamisy kitab Syamsudzahirah yang tertua adalah dari manuskrip Palembang tahun 1748 Masehi, tentu itu bertentangan dengan manuskrip-manuskrip Nusantara yang lebih tua, yang menyebut bahwa para sultan dan wali di Nusantara ini adalah merupakan keturunan Rasulullah Muhammad Saw dari jalur Musa al-kadzim, contohnya manuskrip Bangkalan yang berangka tahun 1624 M.
Penulis: Imaduddin utsman al-Bantani
Editor: Didin Syahbudin