Oleh : Hamdan Suhaemi
Prolog
Tertegun saya dibuatnya ketika disodorkan fakta-fakta baru tentang Banten, baik pra kesultanan hingga pasca kesultanan. Disamping begitu, ada rasa bangga menjadi orang Banten, karena peradabannya ternyata tidak sesingkat apa yang ditulis oleh sejarawan tentang Banten.
Dimulai dari senang membaca sejarah, hingga ketertarikan mendalaminya secara otodidak, kini melangkah ingin memahami lebih luas dengan pendekatan filologis. Banyak manuskrip, arsip dan catatan-catatan yang bersifat kronologis hingga narasi sejarahnya.
Kita tentu tertarik untuk mencermati, atau paling tidak membaca dari sumber-sumber tersebut, yang hampir kebanyakan dari Belanda. Orang Belanda khusunya berada di Nusantara sepertinya sudah terbiasa mencatat setiap kegiatan-kegiatan sejak memulainya sebagai pedagang dan ketika mengubahnya menjadi kolonialis-imprialis (kompeni VOC) hingga mengokohkan sebagai pemerintahan Belanda atas Hindia Belanda setelah VOC bangkrut.
Sumber-Sumber Kronologis
Sumber rujukan dari peristiwa-peristiwa yang mengandung nilai sejarah atau catatan-catatan harian dari dinamika dagang di seantero Nusantara yang paling orisinil dan valid dicatat oleh Belanda adalah sumber Dagh Register. Diperkirakan pencatatan dalam Dagh Register dimulai sejak orang Belanda pertama yang datang di Banten pada 11 Juni 1596 dibawah pimpinan saudagar bernama Cornelis De Houtman, saudagar asal Gouda, Holland Selatan.
Dagh Register ini di setiap kurun waktu satu atau dua tahun sejak VOC bermarkas di Castile selalu ditandai dengan surat-surat keluar masuk barang, dan itu tidak luput selalu dalam catatan perhari di depan Castile Batavia, pada kurun 1619-1624 Dagh Register dikodifikasi menjadi 158 jilid tebal, hanya terpaut 5 tahun. Lalu kita pun menganggap Dagh Register sebagai pintu masuk informasi tentang Nusantara atau khususnya Banten Hingga menjelang keberakhiran penjajahan Belanda di Indonesia pada 1941 M.
Selain Dagh Register ada pula Resolution Van Het Castile Batavia yang tak kalah tebalnya hingga itupun berjilid-jilid. Pada khusus dokumen terkait Kesultanan Banten, ada banyak kumpulan surat menyurat yang juga dikodifikasi hingga berjilid-jilid yaitu Correspondentie Buiten Kantoren, Gewestelijk stuken Bantam ( berisi surat menyurat Sultan Banten dengan VOC).
Arsip-Arsip tentang Banten
Diantara sumber-sumber kesejarahan Banten juga banyak diarsipkan oleh Belanda dengan menamai kumpulan arsip tersebut dengan judul “De Archieven van de Verenigde Oostindische Compagnie The Archives of the Dutch East India Company (1602-1795)”.
Selain kumpulan arsip di atas, pihak Belanda rupanya juga telah mengkodifikasinya pada arsip lainnya dengan diberi judul “Inventaris van islands Archief te Batavia, 1602¬1816”. Serta terarsipkan pula dalam “Algemmen Rijksarchief “.
Arsip tentang Banten banyak dicatat dalam Algemeen Secretarie Department Binnenlands Besteur, Directie der Cultures, Gewestelijke Stukken/Residentie Archiven, Residentie Archiven “Pasar Ikan”. Arsip Directie der Cultures ini meliputi kurun waktu 1816-1900. dengan jumlah arsip sebanyak 1723 berkas/bundel. Arsip Directie der Cultures (Direksi Perkebunan) ini berisi informasi bukan saja mengenai perkebunan-perkebunan dan hasil-hasilnya seperti kopi, gula, tembakau, rempah-rempah dan sebagainya, tetapi juga mengenai peternakan. persawahan, kerja rodi, dan sebagainya.
Dari 1723 berkas/bundel arsip Directie der Cultures ini ternyata baru 3 (tiga) berkas yang sudah jelas berkenaan dengan Banten yaitu :
Laporan mengenai penanaman kopi di Banten, 1867, Nota mengenai pajak tanah di Banten th.1856, Laporan tahunan Keresidenan Banten th. 1835-1865.
Catatan dan Dokumen
Kita juga bisa lihat pada “Bataviaasch Genootschap Van Kusnten en wetenschappen” yang dicetak pada 1859. Catatan-catatan yang terkumpul dalam “Eindresume Onderzoek Naar de rechten Van den inlander op den grond op Java en Madoera”, bisa dilihat juga pada” Kolonial Verslag” dan catatan ” Resume Van Het bij Gouvernementsbesluit Van 10 Juli 1867, Bevolen Onderzoek Naar de regten Van den grond in de Residentie Bantam, Batavia 1871 “.
Catatan-catatan korespondensi antara Batavia dengan Karesidenan Banten juga bisa dilihat pada “Bantam Rapport” yang dicetak pada th. 1927, yang berisi surat menyurat, edaran, dan laporan-laporan beberapa peristiwa di awal abad 20 yang masih ada efek peristiwa Geger Cilegon 1888 M.
Surat Kabar
Sumber ini pun tidak perlu diragukan, karena surat kabar memberitakan apa yang tengah terjadi dan apa yang telah terjadi. Belakangan surat kabar -surat kabar tersebut diketahui ternyata lebih banyak pemberitaan tentang Banten, karena Banten adalah ujung pulau Jawa bagian barat yang paling keruh, penuh konflik, perang dan beberapa pemberontakan.
Surat kabar yang perlu dilihat sebagai sumber untuk mengenali Banten khusus di abad 19 M adalah Bataviaasch Handelsblad, De indesche mail, Java Bode, Javasche Courant, De Locomotief dan Nieuws Van den Dag, De Standard, De Tijd, Soerabaiasch Handelsblad dan Nieuws Rotterdam Courant. Semua ini terbit di akhir abad 19 M yang secara dramatis memberitakan tentang Banten pasca gunung Krakatau yang meletus pada 1883 dan peristiwa hebat Geger Cilegon, atau The Peasant’s Revolt of Banten in 1888, Its Conditions, Course and Sequel A Case Study of Social Movement on Indonesia yang ditulis oleh Prof. Dr. Sartono Kartodirjo.
Epilog
Tulisan singkat ini ingin mengajak orang Banten khususnya untuk mengenali sejarahnya tidak melulu dari sumber lokal Banten, tetapi juga perlu melihat dan mendalami sumber-sumber dari Belanda sebagai primer dan bisa juga pembanding, agar menempatkan sejarah Banten secara utuh dan komprehensif.