Penulis : Nurul Azizah
Rabu, 21 Juni 2023 Presiden Republik Indonesia Bapak Ir. H. Joko Widodo genap berusia 62 tahun. Banyak ucapan yang terus mengalir di media sosial. Baik di WA, FB, Instragram, twitter, media online, majalah elektronik dan lain-lain media sosial.
Sebenarnya pak Jokowi sendiri mengaku tidak pernah merayakan ulang tahun secara special.
“Saya gak pernah ulang tahun. Saya orang desa gak pernah ulang tahun. Sejak lahir sampai sekarang,” ujar Jokowi kepada wartawan selepas meninjau proges pembangunan smelter di Gresik, Jawa Timur, Selasa (20/6/2023).
Walaupun pak Jokowi tidak pernah merayakan tapi ucapan ulang tahun terus mengalir dari para pecinta Presiden ke-7 ini. Ini membuktikan bahwa masih banyak warga di negeri ini mengidolakan pemimpinnya. Kebanggaan yang tak terhingga dari rakyat Indonesia untuk presiden yang amat sangat dicintai rakyatnya.
Banyak doa dan harapan yang disampaikan ke pak Jokowi. Baik di group WhatApps para Nasionalis dan Religius, di FB group Nasionalis, semua postingan bertema ucapan selamat ulang tahun.
Tapi penulis menemukan satu postingan dari teman FB, yang berbunyi, “Banyak orang memberikan selamat. Yang diselamati ulang tahun tidak kenal dan tidak tahu. Yo ben, itu kebanggaan pada pemimpin,” demikian bunyi postingan itu.
Penulis yang pro pak Jokowi terusik juga dengan postingan itu. Penulis mulai memutar otak. Kira-kira postingan ini maksudnya apa ya.
Apakah beliau pro Jokowi atau sebaliknya kontra dengan pak Jokowi. Penulis bolak balek ‘konteks pilihan katanya’ sampai berkali-kali.
Kalau ada pikiran negatif terhadap postingan itu, pasti penulis sudah berfikir, orang ini membenci pak Jokowi, yang lain mengucapkan sementara ada orang malah membuat postingan yang seakan-akan tidak suka dengan pak Jokowi.
‘Banyak orang memberi selamat : kata-kata ini kayak suatu ungkapan dari lubuk hati, ternyata banyak sekali yang memberi ucapan ulang tahun ke pak Jokowi. Sudah tahu banyak yang memberi ucapan, tapi beliau seakan-akan kayak mengabaikan ucapan itu, atau enggan memberi ucapan.
Kata-kata selanjutnya, yang membuat hati resah entah apa sebabnya ketika membaca tulisan, : “yang diselamati ulang tahun gak kenal dan gak tahu.” kata-kata ini yang sontak mengganggu konsentrasi penulis.
Apakah kalau penulis mengucapkan ulang tahun ke pak Jokowi harus menunggu kenalan dulu, baru mengucapkan. Selama belum kenal penulis tidak diperkenalkan mengucapkan selamat ulang tahun. Kapan penulis kenal secara langsung ke pak Jokowi agar bisa mengucapkan selamat ulang tahun.
Ah itu hanya pikiran penulis, Insya Allah itu sekedar postingan di medsos, bebas saja, sesuai selera.
Penulis masih berfikir yang positif dengan kata-katanya yang terakhir, “yo ben, itu kebanggaan pada pemimpin.”
Penulis pun ikut mengkomentari postingan itu, “oh masih ada sisi positifnya dari postingan itu, tidak bermaksud apapun kecuali sekedar iseng memposting.
Tanpa pikir panjang penulis pun berkomentar :
“Beliau Mr. Presiden Jokowi membangun jalan tol, tidak pernah tahu siapa yang melintasinya.”
“Membangun banyak waduk, jembatan, rumah ibadah, sekolah, perguruan tinggi, pos-pos perbatasan, tol laut, jalan lintas Sumatera, lintas Papua dan lain-lain.”
“Beliau tidak pernah tahu siapa yang memanfaatkannya.”
“Beliau memberi sumbangan ke masyarakat tidak pernah tahu siapa yang menerima,” itulah respon penulis pada postingan itu.
Penulis berfikir yang positif saja, mungkin yang posting itu heran pada pak Jokowi, mengapa pendukungnya begitu banyak dan begitu dicintai rakyatnya.
Tapi penulis berusaha berfikir positif terhadap postingan itu.
Sebagai informasi, pada tanggal 21 Juni 1961, tepat hari Rabu, 21 Juni 2023, sudah 62 tahun yang lalu. Sebuah moment istimewa terjadi di Rumah Sakit Brayat Minulya, Jalan Setiabudi No 106, Manahan, Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Hari itu wanita bernama Sudjiatmi melahirkan anak pertama di rumah sakit tersebut, kemudian di kasih nama Joko Widodo.
Joko berarti anak laki-laki dan Widodo berarti selamet atau selamat. Joko Widodo telah membawa harum orang tuanya, masyarakat, agama yang dianut, serta bangsa Indonesia. Karier politiknya bagus, dari wali kota, Gubernur hingga jadi presiden.
Nurul Azizah, penulis buku “Muslimat NU Di Sarang Wahabi dan Muslinat NU Militan Untuk NKRI.”