Penulis: Kgm. Rifky Zulkarnaen
Mbah Gus Dur dkk Telah Memberitahu Sejak 2009[1]
Kita mulai dari menginventarisir frase-frase yang melekat di Klan Habib baawi imigran Yaman yaitu: Bela ulama; Bela Habaib; halal darahnya, saudara; kafir; islamofobia; PKI; murtad; Stop kriminalisasi ulama; Bela Al-Quran; Bela Islam dan frase-frase yang senada itu.
Pertanyaan yang akan kita jawab pada tulisan ini adalah: pola data jargon ini menceritakan apa? Apa maksud tersembunyi di baliknya dan bagaimana mekanisme psikologis dibalik frase-frase semacam itu?
Pertanyaan itu akan dijawab oleh literatur berjudul ‘Ilusi Negara Islam, Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia’ yang terbit tahun 2009[2]. Kolaborasi dari the Wahid Institute, gerakan Bhinneka Tunggal Ika dan Maarif Institute yang dieditori oleh Gus Dur, KH. Abdurrahman Wahid. Literatur ini merupakan hasil penelitian yang berlangsung lebih dari 2 tahun dan dilakukan oleh Lib for All Foundation yang di dalamnya ada Gus Dur, Gus Mus, Buya Syafii Maarif, Prof. Dr. M. Amin Abdullah, Prof. Azyumardi Azra, Prof. Dr. Nasr Hamid Abu Zaid, Syekh Musa Admani, Prof. Dr. Abdul Munir Mulkan, Dr. Sukardi Rinakit dan Romo Frans Magnis Suseno sebagai penasihat Lib for All Foundation. Jadi ini merupakan hasil penelitian.
Penulis kutipkan dari buku tersebut yang relevan dengan topik ini. Yang pertama adalah Gus Dur menuliskan dalam buku Ilusi Negara Islam halaman 19 tahun 2009:
… pada gilirannya Islam menjadi dalih dan senjata politik untuk mendiskreditkan dan menyerang siapapun yang pandangan politik dan pemahaman keagamaannya berbeda dari mereka. Jargon memperjuangkan Islam sebenarnya adalah memperjuangkan suatu agenda politik tertentu dengan menjadikan Islam sebagai kemasan dan senjata. Langkah ini sangat ampuh karena siapapun yang melawan mereka akan dituduh melawan Islam padahal jelas tidak demikian. Pada saat yang sama dengan dalih memperjuangkan dan membela Islam mereka berusaha keras menolak budaya dan tradisi yang selama ini telah menjadi bagian integral kehidupan bangsa Indonesia. Mereka ingin menggantinya dengan budaya dan tradisi asing dari Timur Tengah.
Mohon membaca berulang-ulang kembali kutipan di atas karena seharusnya kalimat-kalimat di atas dibold dan diunderlined seluruhnya tanpa kecuali. Apa yang tertulis di atas seluruhnya persis pada apa yang dilakukan Klan Habib Baalwi dan budak-budaknya selama ini. Anda pasti menyaksikan itu. Perilaku dan narasi Klan Habib Baalwi selama ini yang telah Anda saksikan seluruhnya beroperasi dengan pola dan maksud yang persis sama sebagaimana kutipan di atas; utamanya pada yang akhir-akhir terjadi pada 2 tahun terakhir sepanjang polemik nasab Habib bukan Cucu Nabi, yaitu pola fitnahan dan tudingan dari Klan Habib Baalwi dan budak-budaknya kepada KH. Imaduddin Utsman, Gus Fuad Plered, Tb. Mogi, KRAT Faqih Wirahadiningrat, KH. Nur Ikhya Surabaya, Prof. Menachem Ali, Dr. Sugeng Sugiharto, dan pejuang-pejuang lainnya sama persis polanya seperti itu; tidak luput pula penulis pun memperoleh fitnah dan tudingan keji yang sama. Saudara, Mbah Gus Dur dkk telah memberitahu kita sejak 15 tahun yang lalu.
Lain daripada itu, pada hari ini kita juga dapat mengobservasi bagaimana Klan Habib Baalwi Imigran Yaman keturunan Yuya Dukun Firaun itu menggeser budaya dan amaliah-amaliah NU ke budaya dan amaliah-amaliah Klan Habib Baalwi, menggeser Syaikh Abdul Qadir Al Jailani menjadi atau ke Faqih Muqadam, bagaimana mereka merendahkan budaya-budaya nasional—budaya-budaya Nusantara kita, mengubah sejarah NU dan Bangsa Indonesia, memalsukan makam-makam leluhur Nusantara dan silsilahnya menjadi Habib.
Pun atas nama memperjuangkan dan membela Islam, Klan Habib Baalwi dan budak-budaknya berusaha keras menolak tradisi dan budaya Bangsa Indonesia. Satu contoh: pembacaan Al Quran menggunakan langgam Jawa di Istana Kepresidenan dikatakan sebagai mengolok dan melecehkan Al Quran dan qorinya dihina dengan sebutan anjing[3].
Klan Habib Baalwi dan budak-budaknya mengalami amnesia bahwa junjungan mereka, Habib Umar bin Hafidz dari Tarim, membaca Al Quran dengan langgam Tarim yang sangat jelek itu[4]. Alumni TAII (Tarim Institute of Ideology), Habib Jindan bin Jindan, bacaan Al Quran-nya juga menggunakan langgam Tarim[5]. Ungkapan ‘jelek sekali’ pun tak cukup menggambarkan kejelekan langgam Tarim. Oleh karena langgam Jawa dikatakan mengolok dan melecehkan Al Quran, maka langgam Tarim jauh lebih berkali-kali lipat mengolok-olok dan melecehkan Al Quran dan para habib itu adalah babi.
Terkait pembacaan Al Quran menggunakan langgam Tarim yang mengolok dan melecehkan Al Quran; menurut Habib Rizieq Shihab pelaku penistaan terhadap agama, Allah SWT, Rasulullah dan Al Quran dalam konteks hukum Islam dijatuhi hukuman mati. “Setelah pelakunya diminta untuk bertaubat kalau tidak mau bertaubat, sepakat semua ulama dari berbagai macam mazhab bahwa penoda agama, penghina Allah, penghina nabi, hukumannya adalah hukuman mati,” ujarnya di layar telekonferensi podium Reuni 212 (2019)[6]. Sudah Ijma ulama hukumannya adalah hukuman mati. Dengan demikian, ada baiknya Habib Umar bin Hafidz, Habib Jindan bin Jindan, dan seluruh penganut TAII yang menggunakan langgam Tarim, bergembira hatinya karena akan segera masuk surga dieksekusi oleh kelompoknya sendiri.
Ok. Itu intermezzo.
Selanjutnya, masih dari Gus Dur dkk di buku Ilusi Negara Islam halaman 20, menuliskan:
Kelompok-kelompok garis keras berusaha merebut simpati umat Islam dengan jargon memperjuangkan dan membela Islam dengan dalih tarbiah dan dakwah Amar Makruf nahi mungkar. Jargon ini sering memperdaya banyak orang bahkan mereka yang berpendidikan tinggi sekalipun semata karena tidak terbiasa berpikir tentang spiritualitas dan esensi ajaran Islam. Mereka mudah terpancing terpesona dan tertarik dengan simbol-simbol keagamaan.
Gus Dur dkk kemudian di halaman 21 juga mengungkapkan:
Terkait dengan pengikutnya, ada orang-orang yang bergabung dan mendukung garis keras karena mereka terpesona dan tertarik dengan simbol-simbol keagamaan yang dikampanyekan tokoh-tokoh garis keras. Pada sisi yang lain ada orang-orang yang memang secara sengaja memperdaya masyarakat dengan meneriakkan simbol-simbol keagamaan demi memuaskan agenda hawa nafsu mereka.
Di halaman 90 buku Ilusi Negara Islam tertulis:
… jargon-jargon garis keras seperti membela Islam, penerapan Syariah, maupun penegakan Khilafah Islamiah, bagi umat Islam yang tidak mempunyai pemahaman mendalam tentang ajaran agamanya bisa menjadi ungkapan yang sangat ampuh dan mempesona. Pada saat yang sama, para penolak jargon-jargon tersebut bisa dengan mudah dituduh menolak syariah bahkan menolak Islam. Tuduhan semacam ini lazim dilontarkan oleh orang-orang yang merasa sok tahu tentang Islam, mereka yang merasa sebagai yang paling benar dalam memahami Islam. Sikap arogan ini membuat mereka lebih suka menyalahkan siapa pun yang tidak sama dengan dirinya, dan tidak mampu melakukan introspeksi…
Dari kutipan-kutipan tadi dari buku ilusi Negara Islam tahun 2009, penulis merumuskan frase-frase jargon yang digunakan oleh Klan Habib Baalwi itu merupakan cara:
- Untuk memposisikan dirinya (Klan Habib Baalwi) di tengah masyarakat sebagai Islam itu sendiri. Mereka memposisikan pihak yang melawan mereka sebagai melawan Islam, membela mereka membela Islam. Yang kedua;
- Menghipnotis dan memperdaya umat untuk merebut simpati umat. Yang ketiga, sekaligus secara simultan;
- Mendiskreditkan dan menyerang siapun yang berbeda atau melawan mereka diframing melawan Islam bahkan menista agama.
Sejauh pengamatan penulis hanya Klan Habib Baalwi dan budak-budaknya yang menggunakan jargon-jargon sebagaimana yang telah penulis tampilkan di depan. Tidak ada dari NU, tidak ada dari Muhammadiyah ataupun dari ormas-ormas Nusantara lainnya. Yang menggunakan jargon-jargon itu hanya Klan Habib Baalwi Imigran Yaman dan budak-budaknya dan gerakan Islam garis keras Transnasional lainnya.
Penulis menyarankan kepada yang mengaku NU dan yang mengaku Gus Durian untuk (kembali) membaca, menelaah, dan mengkaji buku Gus Dur dkk tersebut supaya memahami dimensi lain tentang apa yang sedang terjadi selama 2 tahun terakhir ini.
Perisai dan Tombak Klan Habib Baalwi: Simbol-Simbol Agama
Klan Habib Baalwi menggunakan simbol-simbol dan jubah-jubah agama serta menggunakan bendera yang identik dengan agama sebagai perisai melindungi diri sekaligus menyerang pihak lain yang kontra dengan mereka. “Mereka berlindung di balik simbol sakral. Itu semua adalah cara mereka untuk menyembunyikan kejahatannya,” ujar Eko Kuntadhi[7].
Pada tahun 2018 terjadi kehebohan di mana beberapa anggota GP Ansor membakar bendera hitam[8]. Yang mereka maksudkan adalah membakar bendera HTI namun kemudian diframing dengan tajam, disudutkan dengan tajam, bahwa GP Ansor telah membakar bendera Panji Rasulullah, bendera Tauhid. Padahal anggota GP Ansor itu memaksudkan mereka membakar bendera HTI. Namun kemudian Ismail Yusanto berkelit (memelintir). Dia berkata: ‘yang dibakar dalam video yang beredar luas kemarin adalah Ar-Roya Panji Rasulullah, bendera berwarna hitam yang bertuliskan kalimat tauhid. Saya perlu tegaskan bahwa HTI tidak memiliki bendera’, katanya.
Padahal kita ketahui bahwa bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid itu yang mempopulerkan dan mengenalkan ke masyarakat sehingga terjadi asosiatif tak terpisahkan dari HTI adalah HTI itu sendiri. Sehingga ketika anggota GP Ansor bendera membakar kalimat yang secara asosiatif melekat dengan HTI maka yang dibakar itu adalah bendera HTI.
Satu Orkestrasi Tunggal
Dan apakah Anda tahu siapa ketua HTI? Selama ini yang kita ketahui adalah Ismail Yusanto tetapi Ismail Yusanto itu merupakan juru bicara HTI bukan ketua HTI. Lalu siapa ketua HTI? Ketua HTI adalah Habib Abdurrahman. Hal ini dijelaskan dalam buku ilusi Negara Islam halaman 283 oleh Dr K.H Gazali Said:
… di Indonesia itu kan enggak pernah muncul itu ketua HTI itu namanya Habib Abdurrahman. Yang munculkan Ismail Yusanto, itu sebenarnya kan krucuknya sebetulnya, terus di Surabaya ada dokter Utsman. Pokoknya jubirnya.
Jadi ketua HTI itu yang menggunakan panji-panji hitam itu, yang melakukan politisasi bendera hitam itu, adalah Habib. Namanya Habib Abdurrahman. Penulis tidak tahu kata ‘habib’ pada nama Habib Abdurrahman merupakan nama atau gelar. Namun melihat pattern operasinya yang sama persis, penulis menduga kuat itu adalah gelar bagi keturunan Klan Baalwi (habib).
Sehingga sekarang kita dapat melihat petanya. PKI dipimpin oleh Habib. Jatman (dikudeta) dipimpin oleh Habib. FPI dipimpin oleh habib. PKS dipimpin oleh Habib. Muslim Cyber Army (MCA) dipimpin oleh Habib[9]. Rabithah Alawiyah (RA) tentu saja ketuanya Habib. Pengubah sejarah, pelakunya Habib. Pengubah identitas makam leluhur Nusantara, pelakunya Habib. Yang membuat makam-makam palsu, pelakunya Habib. Yang mengubah mengubah nasab dan silsilah leluhur Nusantara adalah Habib. Yang menyebarkan doktrin sesat dan cerita khurafat bersenjata Cinta Ahlul Bait adalah Habib.
Melihat pattern operasi dan propaganda yang sama dan berkesinambungan antara satu part dan part lainnya dan berlangsung dalam periode waktu yang simultan, paralel, bersamaan; sangat sulit untuk tidak mengatakan bahwa mereka dalam satu orkestrasi tunggal.
Oh ya satu lagi: NUGL. Hari ini kelompok tersebut yang paling keras membela nasab Ba’Alwi yang sudah rungkad secara uji pustaka maupun ilmu genetika, walau dengan narasi ngawur[10].
Sepanjang 2 tahun terakhir ini Anda bisa saksikan sendiri RA, FPI, HTI, dan NUGL berada di satu episentrum militan yang sama membela nasab Klan Habib Baalwi dengan berbagai pola narasi khas yang telah dijelaskan Gus Dur dkk.
Bagaimana dengan PKS?
Ah, sepertinya mereka pura-pura tuli.
[1] publish pertama kali 5 Desember 2023 https://youtu.be/ePJXesPcB2s?si=RqCoJgqIPsG0BYOt dengan penambahan minor.
[2] Buku Ilusi Negara Islam, Gus Dur dkk, 2009.
[3] https://youtu.be/GFVgCgyB6HA?si=FJJXG-JEPFSM4XeJ
[4] https://www.youtube.com/shorts/wt_1-RU5HVE
[5] https://youtu.be/eQJYxKgJldA?si=9aS-qF7RcJt9xNbj
[6] https://www.kontenislam.com/2019/12/habib-rizieq-minta-pendukungnya.html ; https://www.tempo.co/arsip/reuni-212-begini-rizieq-shihab-serukan-penista-agama-diproses-678760
[7] https://dmagz.id/provokasi-dibalik-terbakarnya-bendera-hti/
[8] https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45951832
[9] https://suaranasional.com/2018/04/29/kh-said-aqil-pbnu-penyebar-hoax-dari-muslim-cyber-army-pimpinan-habib-muhammad-luthfi-alhabsy/
[10] https://rminubanten.or.id/balawi-dan-nugl-kami-tidak-akan-pernah-lupa/