Oleh: Kyai M. Hamdan Suhaemi
Kelahiran
Kiai Said Aqil Siradj lahir tanggal 3 Juli 1953 di Kempek, Cirebon. Putera Kiai Aqil ( pengasuh Pesantren Kempek ) ini sering disapa Kang Said. Anak Cirebon yang cerdas ini masa kecilnya dihabiskan di tanah Kempek, sebelum kemudian belajar di banyak pesantren di Jawa dalam asuhan kiai-kiai NU, terutama kesannya yang mendalam di pesantren Lirboyo.
Pendidikan
Said Aqil Siradj muda mesantren di beberapa pondok pesantren terkenal di Jawa, antara lain di Lirboyo. Ia dididik khusus oleh KH Mahrus Ali menantu KH. Abul Karim Manaf ( MbahManaf ) dan KH Marzuki Dahlan. Kemudian dari Lirboyo ia mesantren di pesantren Nganjuk asuhan KH Muzajjad, sampai kemudian Said muda belajar di bawah bimbingan KH Ali Maksum di pesantren Krapyak Jogjakarta, sambil berkuliah di IAIN Sunan Kali Jaga.
KH. Said Aqil Siradj adalah mahasiswa yang telah menyelsaikan Tesis dengan judul “ Perjanjian Lama dan Surat-Surat Sri Paus Paulus “ hingga ia mampu pertahankan dengan mencapai prediket Cumlaude, dua tahun kemudian pemuda ini mampu menyesaikan Disertasi dengan judul “ Shilatullah bi Al Kauni fi Al Tashawwufi Al Falsafi “ dengan referensi mencapai 1000 judul kitab dan buku, satu karya Distertasi yang cukup langka tentunya. Setelah menyabet gelar Doktor dengan prediket summa cumlaude.
Kiprah di NU
Kini, anak muda itu telah tampil sebagai tokoh ulama NU yang cukup berpengaruh, sejak kiprahnya di NU tahun 1994 sebagai wakil katib ‘am PBNU periode kepemimpinan Gus Dur. Hingga kemudian tahun 2010 terpilih secara demokratis sebagai Ketua Umum PBNU masa hidmat 2010-2015 dalam Muktamar NU dan terpilih kembali di tahun priode 2015-2020 hasil Muktamar di Tebuireng Jombang Jawa Timur.
Prof Dr KH Said Aqil Siradj atau Kang Said adalah satu diantara banyak Ketua Umum PBNU yang cukup berhasil memimpin NU dengan banyak terobosan-terobosan di bidang kemajuan warga Nahdliyyin, dengan konsistensi sikapnya dalam garis marjaiyyah dan qorroroh ke-NU-anya, kiprahnya dalam konstelasi politik nasional cukup mewarnai.
Dedikasinya di pendidikan ia tumpahkan dalam rutinitas mengajar ngaji layaknya kiai salaf umumnya dengan membacakan kitab-kitab kuning kepada santri yang diasuhnya, disamping ia pula menjadi guru besar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan menjadi pembicara pada seminar-seminar internasional di beberapa negara. Kang Said, adalah figur kiai yang jujur, istiqomah bersikap tawadlu’, qona’ah, kharismatik dan sesekali terkadang kontroversial, seakan tak bergeser dari kehebatan seorang Gus Dur yang populer dan luar biasa. Gus Dur menjuluki Kang Said ini adalah “kamus berjalan“ dikarenakan ia mampu menulis disertasi dengan daftar pustaka 1000 kitab dan buku.
Fitnah, Hinaan Para Pembenci
Kiai NU yang satu ini pun terkadang harus menuai cercaan, hinaan, dan ujaran kebencian yang dialamatkan kepadanya hanya karena sikapnya yang terkadang enigmatik, dan memancing perdebatan publik, seperti baru-baru ini terkait isu muslim Uyghur (Xinjiang Tiongkok). Kiai Said biasa berani melawan arus dari opini para khilafer, kaum takfiri (wahabi) baik di medsos maupun di dunia nyata, tak jarang Banser selalu mengkawal beliau dalam setiap kegiatan dimana Kiai Said jadi pembicara.
Seringnya dituduh Syiah, penjilat, munafik, liberal dan yang paling ekstrim dianggap murtad dan kafir.
Padahal faktanya Ketua Umum PBNU dari masa ke masa telah teruji konsistensinya pada Islam manhaj Ahli Sunnah wal jamaah, baik sanad ilmiah, fikrah dan amaliyahnya. Tidak akan bisa keluar dari pakemnya sebagai Ketum NU yang secara organisatoris, dan kebijakannya ada dalam pengawasan Dewan Syuro PBNU baik itu faham keagamaanya, tindakannya baik yang sifatnya politis maupun sikapnya yang menegara. Kiai Said Aqil Siradj adalah ulama NU yang konsisten dalam ittiqad Ahli Sunnah Wal Jama’ah An-nahdliyyah, konsistensi sikapnya tak pernah berubah dari sejak berkiprah di NU hingga sekarang, Kiai Said adalah figur kuat, soleh, alim, bijaksana, adil, dan berpengaruh. Kiai Said tipikal ulama yang sesungguhnya yang dimiliki bangsa ini.
Dalil Kebencian
Tak ada dalil satupun yang menguatkan semua tuduhan terhadap Kiai Said Aqil Siraj, terkecuali tuduhan itu adalah keji dan kasar karena bersumber pada kebenciaanya pada NU, sebab NU salah satu benteng ideologi NKRI, dan tameng paham keagamaan yang kokoh. Dengan tujuan utamanya menghancurkan NU, mereka berharap dapat mudah menguasai untuk mengubah asas ideologis dan sistem ketatanegaraan, serta mengatur tata aturan syariah yang menurut versinya mereka, berdasarkan penggalan ayat-ayat muhkamat yang diambil dari takwil dan logika mereka.
Membela Kiai NU dan Menjaga NKRI
Sudah menjadi kensicayaan bagi seluruh anak bangsa, mereka yang hidup di ujung Sabang, hingga mereka yang hidup di Merauke. Mereka yang kini hidup di Miangas hingga yang tinggal di Pulo Rote, bahu membahu menjaga Republik ini, menjaga negeri ini, menjaga ideologi negara ini. Sebab pilar utamanya yakni Pancasila tengah dirongrong oleh para petualang politik kekuasaan yang kini teriak khilafah, dengan topeng agama, dan tameng kalimat tauhid, serta menjual ayat-ayat perang.
Perang kini bukan perang fisik, kontak senjata, tapi lebih pada perang ideologis, proxy war dan perang opini. Bagi mereka ( kaum radikal ) memfitnah, menuduh kafir, menghina, melecehkan adalah bagian prinsip perjuangannya, sekaligus itulah agamanya. Ya agama kekerasan.
Diamnya kita (seluruh anak bangsa yang cinta Indonesia) terhadap perang yang dikobarkan oleh mereka, tentunya mereka yang akan atur negeri ini. percaya tidak percaya tinggal tunggu waktu. Jika lengah maka penyesalan tak akan berujung.
Wa Allahu a’lam bi al-Showabi