Pada Abad Pertengahan Islam, pusat-pusat peradaban dan intelektualisme Islam bukan hanya di Mekkah, Madinah, Baghdad, Kufah, Damaskus, atau Kairo, melainkan juga Samarkand, Bukhara dan Urgench di Asia Tengah yang menjelma menjadi pusat-pusat studi, seni dan kebudayaan Islam yang adiluhung.
Bahwa Islam dan Nabi Muhammad SAW lahir di Tanah Arab memang betul. Bahwa Timur Tengah pernah menjadi pusat politik-pemerintahan dan peradaban Islam memang benar. Bahwa di Timur Tengah, terdapat kota-kota yang menjadi sumber inspirasi intelektualisme Islam memang valid. Di kawasan ini ada Mekkah, Madinah, Baghdad, Kufah, Damaskus, Kairo, Yerusalem, dan lainnya. Bahwa banyak karya akademik di Abad Pertengahan Islam (hingga dewasa ini) yang ditulis dengan menggunakan Bahasa Arab memang tidak salah.
tetapi ruh, energi, dan spirit kemajuan intelektualisme, peradaban, dan kebudayaan Islam di Abad Pertengahan itu banyak digerakkan oleh kaum non-Arab, dan Asia Tengah menjadi salah satu kawasan penyumbang peradaban Islam yang gemilang itu, selain Iran, Turki, Asia Selatan, Mongol, Afrika Barat dan Utara, dan lainnya, termasuk Asia Tenggara tentunya
Wilayah Asia Tengah yang terdiri dari negara Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan, Tajikistan, Kyrgyzstan, dan Afghanistan menjadi region dengan penduduk muslim yang banyak. Agama Islam yang masuk pada abad ke-7 ke wilayah Asia Tengah ini disebarkan oleh para pedagang Arab. Sebelum dimayoritasi oleh umat Muslim, wilayah Asia Tengah diduduki oleh bangsa Persia, Kushan, Sogdia, dan Bactria. Hingga saat kini, ajaran agama Islam di Asia Tengah menjadi mayoritas kepercayaan masyarakatnya.
Wilayah Asia Tengah yang berdekatan dengan negara lainnya, seperti China, Afghanistan, Iran, dan Pakistan menjadi sebuah wadah atas perpaduan berbagai etnik. Kebudayaan yang terdapat di dalam negara-negara wilayah Asia Tengah menjadi multikultural, sama seperti negara Indonesia.
Indonesia menjadi salah satu negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Di dalam sejarah Indonesia, agama Islam masuk dari pengaruh para pedagang dari Arab yang kemudian disebarkan secara Massive dengan bantuan Wali Songo dan Walisongo ini Kakek nya berasal dari Samarkan Uzbekistan Asia tengah , Penyebaran agama oleh Wali Songo ini mengadaptasi kebudayaan dan tradisi yang ada di Indonesia, mirip dengan negeri asal leluhurnya Walisongo sehingga banyak masyarakat nusantara pada waktu itu yang tertarik untuk memeluk agama Islam. Dari penyebaran agama melalui kebudayaan tersebut, corak ajaran agama Islam di Indonesia memiliki variasi kebudayaan di dalamnya, seperti ajaran agama Islam yang berkaitan erat dengan nilai tradisi di dalam kehidupan masyarakat.
Hal serupa juga terjadi di dalam ajaran agama di wilayah Asia Tengah. Sebelum agama Islam masuk ke wilayah Asia Tengah, agama yang dipeluk oleh masyarakatnya merupakan keagamaan tradisional, seperti Maniisme, Shamanisme, Zoroastrianisme, dan lainnya yang memiliki kaitan erat dengan tradisi nenek moyangnya. Beberapa praktik keagamaan yang dihiasi dengan corak tradisi ini terkadang memberikan anggapan bahwa bertentangan dengan agama Islam, tetapi hal ini yang menjadi masyarakat menjadi lebih dekat dengan kepercayaannya.
Terkadang ajaran agama secara tradisional dianggap bersimpangan dengan ajaran agama di dalam Al-Quran. Misalnya, di Indonesia sendiri terdapat tarian Saman yang menunjukkan kebersamaan dengan lirik yang berupa pujian kepada Allah SWT. Di Asia Tengah juga terdapat banyak bentuk tradisi yang dikaitkan dengan agama Islam, misalnya kaligrafi yang kerap menjadi oleh-oleh khas yang mencampurkan nilai seni dengan agama Islam.
Asia Tengah yang juga terkenal dengan aliran Sufi memiliki berbagai nyanyian yang diiringi dengan alat musik tradisional, seperti ney dan dambura. Aliran Sufi di Asia Tengah memiliki beragam tarekat dengan pendekatan masing-masing untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pada dasarnya, Sufi merupakan bagian dari tradisi agama Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara yang lebih spiritual.
Menariknya, keislaman yang berkembang di kawasan Asia tengah bukan jenis keislaman ortodoks dan puritan yang anti-tradisi dan kebudayaan lokal, melainkan jenis dan praktik keislaman yang menghargai dan mengadopsi aneka ragam tradisi dan budaya lokal, persis seperti yang dulu berkembang di Jawa dan berbagai daerah lain di Indonesia. Maka, jadilah corak keislaman di Asia Tengah itu semacam “Islam heterodoks” atau “folk Islam” dalam istilah antropologi.
Salah satu ciri menonjol dari “folk Islam” ini adalah perkembangan tasawuf atau Sufisme. Asia Tengah menjadi salah satu kawasan tertua mengenai tradisi Sufisme atau mistisisme dan tarekat (ordo Sufi).
Dari aspek politik-ekonomi, negara-negara di Asia Tengah mirip dengan Indonesia mengikuti sistem politik pemerintahan sekuler-republik serta prinsip-prinsip pasar bebas kapitalisme. Ideologi Islamisme yang mengusung “Negara Islam”, khilafah, dan sejenisnya tidak laku di sini. Sejumlah kelompok Islam radikal dan pengusung ideologi Islamisme seperti Ikhwanul Muslimin, Al-Qaidah, atau Hizbut Tahrir tidak mendapatkan tempat di Asia Tengah
Melihat catatan historis yang gemilang Peradaban Islam abad pertengahan di Asia Tengah, maka sudah saatnya jika kawasan ini perlu dijadikan sebagai salah satu “kiblat” dalam hal riset dan pengkajian sejarah, peradaban, dan kebudayaan Islam, bukan melulu kawasan Timur Tengah. Semoga bermanfaat.
Abu Farel Al Ampeli Al Husaini