Oleh: Lutfi Abdul Ghani (Lengkong Kiyai)
“Jika Ingin Menguasai Orang Bodoh, Bungkus yang Batil dengan Agama”
Ibnu Rusyd
Boleh boleh saja berpoligami dan orang terdahulu banyak melakukannya dan itu tidak ada larangan jika sudah memenuhi syarat dan hal yang menafikan efektivitas pernikahan. Tapi jangan “kemrungsung” kampanye disana-sini beratus bahwa beribu meme poligami dari proyek undangan halaqah seminar pelatihan yang berbau bisnis dan komoditas keuntungan yang dimanfaatkan segelintir pegiat sunnah dan pengagum hijrah plus khilafah.
Dalam perkumpulan itu yang dibahas tidak ada yang lain kecuali melegalkan nafsu birahi mengatasnamakan poligami agar lebih syar’i. Bahasan agamanya hanya berkutat seks dan libido dengan menggaungkan poligami atas nama Nabi. Melabeli serta menjustifikasi para perempuan dan para istrinya dengan label keimanan jika mau dimadu, lalu bersukacita memilih selir yang menjadi pemuas hasratnya. Dengan memilih ayat agama sesuai dengan narasi argumentasi.
Mulai kapan agama yang begitu besar dikerdilkan, agama yang begitu luas diciutkan seperti liang tikus yang diisi dengan doktrinasi hanya mengagumi “selangkangan”? Mulai kapan agama yang begitu kaya khazanah keilmuan pembahasannya hanya dibatasi dengan khayalan-khayalan tentang wanita sebagai pilihan primer yang tidak bisa dikalahkan? sampai kapan dan menafikan hal-hal lain yang bersifat keimanan ibadah dan ketaatan kepada Tuhannya?.
Gerakan poligami menjadi sporadis dikalangan para hijrais bahkan yang menjadi korban adalah para artis yang baru saja belajar agama dengan guru yang yang sama sekali tak bersanad serta hanya mengandalkan popularitas. Yang lebih mengerikan dengan tanpa urat malu menyuruh istri mereka mencarikan wanita selir untuk dijadikan istri untuk di poligami. Dan lebih parah lagi sang istri dengan bangganya menyampaikan poligami ke publik, bahkan menjadi saksi di pelaminan suami.
Sungguh memilukan dan tak pantas untuk dilogikakan. Padahal sebenarnya sang istri hanya dengan tersenyum dibibir luarnya. Jika benar ia adalah manusia perempuan yang sejati, hatinya teriris sakit dan terluka begitu dalam memandang suaminya bermadu dengan pasangan selain dirinya didepan matanya. Namun karena hatinya telah dirasuki dan diracuni oleh pujian sang suami atas nama istri shalihah yang bisa dimadu kapan saja, maka sang istri akan merelakan apa saja asal dianggap sunnah dan mentaati suaminya.
Para suami pengagum poligami kalangan hijrais yang telah berhasil melunakkan sang istri dengan bangganya memamerkannya didepan publik sepertinya telah lolos dalam melaksanakan sunnahnya. Dengan bangganya sepertinya sudah mampu mesalehahkan istrinya. Padahal ia telah melamparkan istrinya ke jurang kegundahan dan penderitaan yang terpendam dalam hatinya disertai luka yang tak mungkin diucapkanya. Dan bahkan suatu ketika menjadi prahara rumah tangga yang tak pernah dihentikannya.
Jika memandang poligami dari cara Rasulullah, maka akan berbalik seratus sembilan puluh derajat. Beliau bukan karena nafsu beliau murni atas perintah Tuhan dan menolong agamanya serta memberi kasih sayang para yatimnya. Namun saat ini fenomena telah berubah. Mereka yang mengatasnamakan agama dalam berpoligami menjadi segalanya. Bahkan menjadikan wanita-wanita sebagai budaknya dan bersembunyi disela ayat suci Tuhan dan hadits mulia Nabinya. Bahkan menjadikan poligami sebagai syarat keimanan. Hanya karena selangkangan memporakporandakan tafsir agamanya.
Lima sepuluh tahun yang akan datang akan muncul legalitas prostitusi atas nama agama dan saat itulah mereka telah menghancurkan agamanya, naudzubillahi min dzalik.
Wallahu a’lam bishawab