“Jangan Anggap Kebaikan Orang Sebagai Kebodohan Yang Bisa Dimanfaatkan.
Karena Disaat Orang Baik Itu Terlihat Bodoh Sesungguhnya Ia Sedang Menilaimu !”
(Octamelia Sasmitha Aatmaja)
Mengapa kami yang biasanya menulis para imigran Yaman Ba’alawi, kini dengan BA’ALWI?
Jawabannya adalah : Kita harus selalu waspada dengan setiap langkah siapapun, apalagi yang terbukti telah melakukan kelicikan dan kecurangan. Walaupun itu hanya satu huruf !!!
Terlepas nama datuk mereka ‘Kang Alwi bin Mang Ubed’ itu ada atau tidak. Tetapi memang nama leluhurnya adalah ALWI, dan itu diambil dari nama burung di HADRAMAUT Yaman.
Dan penisbatan ini mereka akui sendiri dan mudah ditemukan di dalam banyak sumber atau literatur.
Namun tiba-tiba dengan ditambah huruf ‘A’ yaitu ‘ALAWI maka menjadi bentuk jamak dari seluruh keturunan ALI. Dimana melalui putranya Hasan dan Husein, hasil pernikahan Ali dengan Fatimah binti Muhammad SAW.
Berikutnya kerancuan itu semakin parah, dengan memakai nama ‘ALAWI, setidaknya ada 2 hal yang menjadi BIAS DAN RANCU:
- LEMBAGA ROBITHOH ALAWIYAH (1928), yang lucunya hanya ada di Indonesia. Seolah hadir sebagai lembaga yang berhak mencatat nama keturunan Ali bin Abi Tholib. Kini mereka dengan pongah, bila ada orang mengaku juga keturunan Nabi, langsung diinterogasi : Apa sudah punya austrabuku passport nasab dari RA?
Gile bener, seolah mereka tiba-tiba menjadi polisi nasab di Nusantara.
- Selanjutnya, ketika ada oknum dari KLAN ini melakukan kudeta Lembaga Thoriqoh di dalam NU sebagai wadahnya para kaum sufi. Tiba-tiba ada Thoriqoh Alawiyah yang diklaim sebagai thoriqoh yang Mu’tabaroh. Artinya bersambung sanadnya kepada Nabi Muhammad secara silsilah keilmuan. Bahkan terkesan seolah sebagai penyempurnaan dari seluruh thoriqoh, atau minimal mengambil intisari kebajikan dari beberapa Thoriqoh.
Selain bermasalah dari caranya menguasai Lembaga Sufi. Masih ditambah lagi dengan sanad Thoriqohnya yang juga bermasalah. Mari kita cermati.
…”Thariqah Ba ’Alawi merangkul thariqah-thariqah yang lain, beradab dengannya, dan tidak mengingkarinya, bahkan mengambil makna-maknanya. Sehingga, para imam muhaqqiq mereka menyatakan dengan jelas bahwa Thariqah Ba ’Alawi pada lahiriahnya mengikuti al-Ghazali dan batiniahnya mengikuti asy-Syadzili…”
(catatan : Alfaqih Muqoddam Ba’Alwi tahun 1176-1255. Sedangkan Imam Syadzili 1197-1258. Artinya lebih dahulu lahir dan lebih tua umurnya. Semoga yang lebih tua pernah berguru ke yang lebih muda, dan pernah menempuh perjalanan panjang dari Tarim ke Maghrib).
“…Thariqah Sâdah Ba ’Alawi memiliki keistimewaan dengan menjauhkan diri dari penampilan yang berlebihan sebagaimana yang terdapat pada sebagian thariqah tasawuf.”
(Catatan : Apakah yang dimaksud dengan berlebihan, dan dengan tidak memakai Bai’at seperti Thoriqoh lainnya maka hubungan guru dengan murid diikat pakai apa? Semoga bukan pakai dongeng).
(https://www.academia.edu/40736660/THARIQAH_ALAWIYAH)
Pertanyaan kritisnya, dan siapapun boleh mempertanyakannya :
- Tepatkah penamaan Thoriqoh Alawiyah?
- Benarkah Thoriqoh yang Mu’tabaroh?
Jawabannya :
- Jelas RANCU, karena Mursyid pertama dari thoriqoh ini adalah Al Faqih Al Muqoddam. Yang bernama Muhammad bin Ali. Lalu mengapa tidak dinamakan Thoriqoh Faqihiyyah, atau Muhammadiyyah?
Dari nama saja sudah janggal, maksa dan ambigu. Hampir semua Thoriqoh dinamakan sesuai nama, gelar atau julukan Mursyid Akbar pendirinya.
- Klaim sebagai Thoriqoh yang Mu’tabaroh. Jelas ini sangat diragukan. Mengingat Syekh Muhammad bin Ali Ba’alwi yang konon mengambil sanad dari Syekh ABU MADYAN. Ternyata sama sekali tidak pernah bertemu dengan gurunya. Diriwayatkan bahwa (KONON), beliau mendapatkan Khirqah Kewalian dari Syekh ABU MADYAN. Yang menitipkan kepada Syekh Abdurrahman al-Maq’ad. Namun beliau keburu wafat dalam perjalanan. Lalu dititipkan lagi kepada muridnya Syekh Abdullah Sholeh al-Maghribi. Artinya Al Khirqah atau pangkat kewalian ini berpindah dan dititip-titipkan dalam prosesnya. Dengan mencatut orang besar lalu disambungkan dengan metode penitipan maqom, maka akhirnya jadilah wali. Luar biasa !
Terlepas dari segala kontroversi beliau. Entah sebagai Waliyullah terbesar sepanjang jaman, atau setiap malam Mi’raj ke langit hingga ontanya hafal jalan-jalan di langit, atau beliau yang diciptakan dari Nur Dzatnya Allah, dan sebagainya. Yang jelas nasab beliau ternyata GAGAL, ditinjau dari Kajian Pustaka dan dari Test DNA keturunannya tersambung kepada Nabi SAW.
Suatu bangunan yang pondasinya hanyalah bayang-bayang, tidak mungkin kokoh berdiri dengan melayang.
(https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2013/10/managib-sayyidina-al-faqih-al-muqaddam.html?m=1).
Baiklah, kita tidak akan mengupas lebih jauh kejanggalan-kejanggalan Ba’alwi. Penulis yakin masih banyak manusia berpikiran sehat dan waras di negeri ini. Kecuali tentu saja bagi mereka yang tidak mau menggunakan cahaya nurani dan akal sehatnya.
Yang jelas, BA’ALWI telah bermasalah sejak awal kedatangannya di Nusantara. Berikut daftarnya :
- Didatangkan 100% memakai kapal Kolonial Belanda, untuk bekerja padanya, mendapat fasilitas tanah, gaji dan warga negara kelas 2 dibawah Belanda. Artinya datang atas settingan jahat Belanda.
- Terbukti menjadi pengkhianat dan melawan perjuangan anti penjajahan. Bisa dikaji pada kasus Geger Cilegon. Akibat fatwa Mufti Batavia Utsman bin Yahya yang mengharamkan memberontak pada Kolonial. Ratusan pengikut thoriqoh di Banten dieksekusi Belanda. Ada pola hubungan jelas, jongos-majikan antara Utsman bin Yahya, Snouck Hurgronje, Van Den Berg hingga ke Ratu Belanda. Bisa dikaji dalam surat-menyurat yang penuh menjilat Sang Mufti pada majikan-majikannya.
- Absen dalam perjuangan bangsa, baik dalam peristiwa Sumpah Pemuda 1928, BPUPKI, PPKI, Proklamasi, Peristiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya, Bandung Lautan Api, Perang Kemerdekaan Agresi Militer 1 & 2, Serangan Umum 1 Maret 1949.
- Justru yang ada, terlibat dalam peristiwa G30S/PKI. Dimana tokoh-tokohnya menjadi dedengkot PKI, yaitu Aidit dan 2 bersaudara Baraqbah. Dan ini bisa dimaklumi karena Yaman Selatan adalah poros negara Komunis dunia pada jaman itu. Bahkan satu-satunya di Jazirah Arab, dan oknum Ba’alwi banyak menjadi tokoh-tokoh sentralnya.
- Berlaku arogan dan rasis. Mengaku sebagai ras paling mulia. Klaim sesat sebagai keturunan Nabi SAW. Dan bahkan berani berfatwa putri-putri mereka tidak sederajat bila dinikahi pria diluar mereka.
- Berani membelokkan sejarah leluhur Nusantara dan makam-makam pembesar negeri sebagai keturunan Yaman. Agar mereka seolah adalah asli orang Nusantara. Sebagai majikan daripada pribumi yang dibilang putus nasabnya. Sehingga nantinya akan terbalik nasibnya. Pribumi malah yang seolah jadi imigran bahkan jongosnya mereka. BIADAB.
- Berani membelokkan simbol-simbol NKRI sebagai andil mereka. Dari Bendera Merah-Putih, Lambang Garuda Pancasila dan Hari Kemerdekaan. Termasuk ORMAS ISLAM terbesar NU pun diklaim atas andilnya. Padahal ketika NU berdiri mereka justru mendirikan organisasi rasis yaitu RA pada tahun 1928. Atau 2 bulan sejak Sumpah Pemuda, dimana mereka tidak mendukungnya pada saat itu.
- Selain rasis kepada Pribumi, mereka juga rasis kepada sesama Imigran lainnya. Tercatat terjadi banyak bentrokan berdarah dengan Kaum Arab Al Irsyad (non-Ba’alwi). Dan hal itu masih menjadi ganjalan hingga kini. Padahal banyak golongan Al Irsyad seperti marga Al Katiri, Attamimi, Bajamal, dan lain-lain yang jelas-jelas secara genetik adalah orang Arab bahkan Suku Qurays, sukunya Nabi Muhammad SAW. Secara Y-DNA adalah J1-L859. Bandingkan dengan BA’ALWI yang Arab saja bukan. Karena behaplogroup Y-DNA G2-PF3296 (Yahudi Kaukasia, Yahudi bukan Keturunan Ibrahim, alias Yahudi abal-abal).
- Terlibat dalam berbagai kegiatan Radikalisme. Bahkan berideologi yang melawan Pancasila dan mengancam keutuhan NKRI. Contohnya, Organisasi terlarang FPI (Front Pembela Islam) yang pro-Khilafah ala Londoniyah HTI, dan mendukung ISIS (teroris proxy Zionis yang meluluhlantakkan Iraq dan Syiria).
Artinya, sebagai Imigran mereka telah begitu KELEWAT BATAS. Memanfaatkan Kebajikan Warga Nusantara dengan segala ke-ramah-tamahannya. Air Susu Dibalas Air Tuba. Namun camkanlah, Bangsa yang ramah dan sopan-santun ini sebenarnya tidaklah sebodoh yang dikira.
Keramahan yang bila disakiti, sebenarnya memendam bara. Laksana ‘Api Dalam Sekam’.
Ingatlah, bahwa Bangsa yang ramah ini harus dibuatkan momentum LEBARAN, untuk bermaafan tiap tahun.
Dan ingatlah bahwa banyak tarian di negeri ini yang memakai atribut TOPENG. Siapa yang mengira dibalik wajah yang tersenyum, sedang menyeringai marah.
Maka, berhati-hatilah Wahai Imigran. Bangsa yang ramah ini sebenarnya sedang menilaimu. Dan pada akhirnya pasti akan mengambil kesimpulan. Hati-hatilah kepada manusia yang sabar dan ramah. Ketika hal tersebut telah hilang, anda akan kaget melihat wajah yang berbeda. Semoga hal itu tidak pernah terjadi, dan Kaum Imigran mau insyaf dan mengakhiri segala arogansinya.
“Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung.”
Dimana kita berada, disitu kita harus menempatkan diri dengan sebaik-baiknya.
ROHINGYA, DE JA VU BA’ALWI
Pengungsi Rohingya sebenarnya mirip-mirp dengan Ba’alwi yang bukan asli Arab. Mereka secara ras dan genetik bukan Bangsa Myanmar yang indo-china. Mereka adalah orang Bangladesh, negeri sebelah baratnya Yang entah sejak kapan tinggal di Arakan-Myanmar. Ada 2 versi :
- Mereka hijrah ke Myanmar sejak abad ke-7 di era Kerajaan pra-kolonial.
- Mereka hijrah ke Myanmar sejak abad 15. Dalam beberapa gelombang atas inisiasi Inggris ketika menjajah Bangladesh dan Myanmar. Sebagai penjajah mereka tidak ingin jajahannya kuat. Pasti dilakukan belah-bambu dan adu-domba. Dan efeknya tetap terasa walau penjajahnya sudah pergi. Persis seperti di Indonesia.
Terkait mereka campuran ras apa saja, dengan test DNA akan ketahuan siapa dan bagaimana leluhurnya. Baik secara peternal, maternal maupun parental.
(https://www.kompas.com/skola/read/2022/03/29/133000269/mengenal-asal-usul-etnis-rohingya?page=all)
Dari bahasa, mereka berdialek Chittagonian. Bahasa yang digunakan menyeluruh di tenggara Bangladesh. Artinya secara tutur, terbukti mereka orang Bangladesh yang hijrah ke Myanmar.
(https://www.liputan6.com/hot/read/4971712/6-penyebab-konflik-rohingya-dan-penjelasannya?page=2)
Apabila di Palestina ada kelompok radikal perlawanan HAMAS. Maka di Rohingya ada ARSA (Arakan Rohingya Salvation Army). Pembedanya, Warga Palestina tetap tabah dan bertahan di negerinya karena merasa tanah airnya. Tetapi Rohingya, massif migrasi ke luar negeri. Dan pada akhirnya di berbagai negara meminta fasilitas lebih. Selain soal makanan dan rumah, juga kepemilikan tanah.
Inilah konflik yang sedang terjadi. Imigran yang ditolong tapi malah menodong.
Pada akhirnya, negara yang se-etnis Bangladesh saja telah menghalau mereka. Sebaliknya justru negara-negara Melayu lebih peduli karena solidaritas sebagai sesama muslim. Sedangkan Australia sebagai negara persemakmuran Inggris, telah TEGAS menolak pengungsi Rohingya. Padahal Inggris adalah mantan penjajahnya Myanmar, awal dari segala kekisruhan tersebut.
Lucunya atas dasar Kemanusiaan, PBB melalui UNHCR seakan getol propaganda memaksa negara-negara Asia Tenggara menerimanya. Mengapa tidak dibawa ke Amerika saja dengan Kapal Induknya yang megah, daripada dibuat alat onar di seluruh dunia.
Terdapat empat kelompok besar muslim Myanmar, yaitu kelompok Islam keturunan Birma, kelompok Islam keturunan India (Tamil dan Bengal), kelompok Islam keturunan Rohingya atau Arakan dan kelompok Islam keturunan China, seperti dikutip dari buku Sejarah Sosial Muslim Minoritas di Kawasan Asia karya Asep Achmad Hidayat.
(https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6485435/siapa-sebenarnya-etnis-rohingya-begini-sejarahnya)
Namun pertanyaannya, mengapa hanya Etnis Rohingya yang menjadi musuh negara Myanmar.
Jawabannya :
- Yang minoritas berlaku kurang pantas kepada yang mayoritas, sehingga menimbulkan kebencian.
- Pendatang yang serakah dan bahkan ingin melakukan perlawanan untuk Kemerdekaan.
Study kasus, etnik Jawa di Suriname, mereka membaur, menghormati etnik lain yang lebih dahulu ada. Dan kini mereka menyatu dalam perikehidupan Suriname. Dengan tanpa kehilangan budaya dan bahasa Jawanya. Juga tanpa menuntut Kemerdekaannya.
Sebagai pendatang gelap, maka pemerintah harus tegas. Sebelum imigran yang tidak tahu diri akan membuat masalah lebih kompleks di negeri orang.
Sebagai penutup, penulis tidak akan pernah kehilangan keberpihakan akan kemanusiaan. Walau tanpa alasan se-agama. Namun harus diingat, bahwa menghindari kemudharatan harus didahulukan, daripada mencari kebajikan tetapi dengan resiko yang lebih besar.
Sudah cukup bangsa ini ditipu oleh Kaum Pendatang. Baik mereka yang menjajah. Atau imigran yang didatangkan penjajah dan ikut menindas bangsa ini. Yang mana, setelah penjajahnya hengkang, mereka masih bercokol dan membuat diskriminasi serta kekacauan di negeri ini.
Temasuk imigran yang me-ngebom Borobudur pada tahun 1985. Pada peristiwa itu pelaku utama adalah 2 bersaudara Al Habsyi Ba’alwi (Kadir dan Husen). Namun mereka tetap merasa tidak bersalah dan menuduh dalangnya seseorang bernama Mohammad Jawwad. Yang hingga kini tidak pernah ditemukan orangnya, baik kebenaran atau keberadaannya. Padahal setelah meledakkan Borobudur, mereka juga meledakkan bis di Banyuwangi arah Bali. Artinya, mereka seorang profesional yang mampu merakit sendiri bomnya.
Kesimpulannya, imigran yang mampu merakit bom, mampu mengarang kuburan palsu, berani membelokkan sejarah bangsa, bahkan berlaku rasis dan arogan, dan berani menipu sebagai turunan Nabi. Tentu saja adalah imigran yang layak diwaspadai. Sebelum terlambat, semoga seluruh anak-bangsa sadar dan negara secepatnya hadir.
“Hanya ada 2 hal yang tidak terbatas, yaitu ALAM SEMESTA dan KEBODOHAN MANUSIA !” (Frank Wright, 1875-1955)
Wassalamu’alaikum, Salam Sejahtera, Rahayu Nusantaraku,
(KRT. FAQIH WIRAHADININGRAT)