oleh: Kyai Hamdan Suhaemi
Kabar kematian hampir setiap hari bermunculan, dari keluarga, teman dekat, orang tua dan guru kita. Menulis pun dengan tangan yang gemetar, hampir tidak kuasa meneruskannya. Bukan lumpuh tapi rasa menyerah sering menghinggapi, tapi meski demikian dalam hati masih sisakan ” gemuruh ” semangat untuk terus hidup. Sadar hutang banyak, beban keluarga, biaya pendidikan anak dan lain sebagainya. Menjadi ayah adalah menjadi pemimpin bagi keluarga dan bagi pribadinya sekaligus.
Tanggungjawab besar dalam upaya memenuhi tujuan bersyari’at yakni hifdzu al-nafsi (menjaga keberlangsungan hidup), bukan hanya pribadinya tapi jiwa-jiwa yang dipimpinnya, dan seluruh manusia. Jadi kita bersyari’at ada titik tekan yaitu menjaga keberlangsungan hidup manusia, meski hidup dan mati hanya Allah SWT yang tentukan (qadha). Hidup sama sekali tidak berarti jika mengabaikan nyawa orang lain. Maka memaknai hidup adalah bagaimana upaya kita bermanfaat bagi yang lainnya.
Kini, kita tengah dihadapkan oleh serbuan hoax, isu-isu yang dibuat untuk menimbulkan ketakutan-ketakutan dibalik wabah virus ini (Covid-19 varian delta) seolah untuk memohon rahmat dan kasih sayang-Nya saja kita sampai lupa, seolah pula Tuhan dianggap tidak ada, dianggap juga tidak mengasihi umat manusia. Sehingga nyawa bergelimpangan adalah cermin dari ketidakpedulian Tuhan pada hambanya. Dugaan-dugaan tersebut hampir menghinggapi di setiap diri kita. Kita fokus dan selalu memikirkan bahaya Corona, dengan segala ikhtiar kita seperti rapid test, tes antigen, vaksinasi dan ikhtiar-ikhtiar kita yang lainnya. Namun di sisi lain yang tidak terpikirkan, kita abai akan peran Allah SWT, bukankah Allah telah berfirman.
۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلْفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ
Artinya: “Hai manusia, kamulah yang sangat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya ketika menjelaskan firman Allah QS. Fathir ayat 15 di atas, “Seluruh makhluk amat butuh pada Allah dalam setiap aktivitasnya, bahkan dalam diam mereka sekalipun. Secara dzat, Allah sungguh tidak butuh pada mereka. Oleh karena itu, Allah katakan bahwa dialah yang maha kaya lagi maha terpuji, yaitu Allah-lah yang bersendirian, tidak butuh pada makhluknya, tidak ada sekutu baginya. Allah sungguh Maha Terpuji pada apa yang dia perbuat dan katakan, juga pada apa yang dia takdirkan dan syari’atkan.”
Satu dalil lain tentang perintah berdoa adalah firman Allah dalam Al Quran surat Al-A’raf ayat 55-56.
ٱدْعُوا۟ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُعْتَدِينَ
Artinya: “mohonlah (berdoalah) kamu kepada Tuhanmu dengan cara merendahkan diri dan suara lembut, bahwasannya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.
وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ
Artinya: “dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (Allah)memperbaikinya, dan mohonlah (berdo’alah) kamu kepada Allah dengan rasa takut dan harapan (sangat mengharap), bahwasannya rahmat Allah itu sangat dekat kepada orang-orang yang ihsan (orang-orang yang berbuat baik)”.
Rosulullah S.A.W pun telah bersabda.
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ : إِمَّا أَنْ يُعَجِّلَ لَهُ دَعْوَتَهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا
Artinya: “tidak ada seorang Muslim yang berdoa dengan tidak disertai dengan doa dan memutus hubungan persaudaraan kecuali Allah pasti akan memberikannya salah satu dari tiga hal. Bisa disegerakan doanya untuk dikabulkan, mungkin pula Allah menyimpannya sehingga dibalas di akhirat kelak. Dan kemungkinan pula Allah akan menghindarkan dia dari kejadian buruk yang menjadi ganti setara dari doa kebaikan yang ia panjatkan”. (HR. Ahmad).
Dalam kitab Syarah Hikam, al-Alim al-Allamah, al-Arif Billah, al-Zahid wa al-Hafidz Syaikh Ibnu Athoillah al-Iskandari telah menasihati kita.
لا يكن طلبك تسبباً إلى العطاء منه فيقل فهمك عنه .وليكن طلبك لإظهار العبودية وقياماً بحقوق الربوبية
Artinya: “jangan maknai permintaanmu sebagai sebab atas pemberian Allah yang itu menunjukkan kekurang pengertianmu terhadapnya. Hendaklah sadari bahwa permintaanmu adalah pernyataan kehambaan dan pemenuhan atas hak-hak ketuhanan”.
Syaikh Ahmad Zarruq mengulas masalah ini lebih jauh. Menurutnya, hubungan kausalitas itu dapat mempengaruhi rasa syukur dan ridha kita terhadap Allah. Celakanya kalau kita terjebak dan masuk ke dalam kelompok orang-orang yang kufur nikmat dan tidak ridha atas putusannya sebagai penjelasan Syaikh Ahmad Zarruq berikut ini.
ووجه انتفاء الفهم باعتقاد السببية أنه إن أعطى لم يشكر وإن شكر كان شكره ضعيفا لملاحظته سببا في التحصيل، لأن الفرح بالمنة دون استشعار سبب أقوى منه مع استشعاره، وإن منع لم يرض، وإن رضي فلا من حيث رؤية اختيار الحق تعالى بل من حيث رؤية تقصيره وهو نقص. والمطلوب في ذلك ما ذكره بأن قال وليكن طلبك لإظهار العبودية وقياماً بحقوق الربوبية
Artinya: “letak ketidakpahaman terhadapnya karena logika kausalitas adalah bahwa jika diberi, mereka tidak bersyukur. Kalau pun bersyukur, rasa syukurnya kendur karena mereka memperhatikan sebab atas pemenuhan hajat mereka karena manusia biasanya lebih bahagia atas pemberian Allah tanpa memakai sebab dibanding sebuah pemberiannya dengan memakai sebab tertentu. Kalau tidak diberi, mereka tidak ridha. Kalau pun ridha karena tidak diberi, mereka tidak melihat pilihan Allah, tetapi melihat kelalaian diri mereka sebagai hamba Allah. Pandangan mereka seperti ini tidak sempurna. Tetapi yang dituntut dari mereka adalah seperti yang dikatakan oleh Syaikh Ibnu Athaillah, yaitu “Hendaklah sadari bahwa permintaanmu adalah wujud pernyataan kehambaan dan pemenuhan atas hak-hak ketuhanan,” (Lihat Syaikh Zarruq, Syarhul Hikam, As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H, halaman 141).
Kesimpulan dari tulisan singkat ini, dalam upaya kita melawan wabah Covid-19 ini yang perlu adalah ikhtiar jaga kesehatan, taat prokes, jauhi hoax, hindari saran yang keliru, kuatkan iman dan imun, perbanyak makan dan biasakan olahraga, setiap pagi keharusannya badan kita terpanggang terik matahari.
Terakhir, berdo’a memohon pada Gusti Allah agar diselamatkan, agar disehatkan, agar diberi limpahan rizki, dan kita semua berharap virus Corona segera angkat kaki dari bumi ini. Berdoalah dari rumah, berdoalah dari tempat ibadahmu wahai umat manusia dimana pun berada.
Sampang, 9-7-21
Wakil ketua PW GP Ansor Banten
Ketua PW Rijalul Ansor Banten