Nama Alfiyah jangan dimaksud sebagai nama perempuan baik gadis atau janda, bukan. Alfiyah ini judul kitab yang merujuk pada jumlah bait dalam syair-syair yang digubah oleh para ulama, jumlahnya seribu, untuk mempermudah paham dan menguatkan ingatan terhadap ilmu. Rerata dengan cara ditulis bentuk nadham agar bisa dihafal, sebagai rumus, kaidah dan petunjuk dari suatu kajian ilmu.
Alfiyah, bagi saya dan umumnya para santri sekolong langit ini sudah membersamai untuk mampu memahami luasnya bahasa dan sastra Arab. Lain Ibnu Malik lain pula Ibnu Husain, yang terakhir disebut ini memilih untuk mengkaji ilmu hadits. Kenapa hanya dua yang diungkap, bukankah ada penamaan alfiyah dalam kajian lainnya. Ya, itu tidak salah. Sebab ada nama Alfiyah digunakan sebagai judul kitab yang ditulis oleh Ibnu Mu’thi, bahkan Imam al-Suyuthi juga memberi judul karyanya dengan alfiyah, alfiyah al-Suyuthi. Kenapa semua memakai kata alfiyah tidak pada nama lainnya. Ya karena ditulis dalam bentuk nadham, jumlah bait nadhamnya kebetulan berjumlah seribu.
Menurut Imam Jalaludin Al-Sayuthi dalam kitabnya, Bughyat al-Wu’at. Di antara karangannya Ibnu Malik adalah Nazhom al-Kafiyah al-Syafiyah yang terdiri dari 2757 bait. Kitab ini menyajikan semua informasi tentang Ilmu Nahwu dan Shorof yang diikuti dengan komentar (syarah). Kemudian kitab ini diringkas menjadi seribu bait, yang kini terkenal dengan nama Alfiyah Ibnu Malik.
Kitab ini bisa disebut Al-Khulashah (ringkasan) karena isinya mengutip inti uraian dari Al-Kafiyah, dan bisa juga disebut Alfiyah (ribuan) karena bait syairnya terdiri dari seribu baris. Kitab ini terdiri dari delapan puluh (80) bab, dan setiap bab diisi oleh beberapa bait. Bab yang terpendek diisi oleh dua bait seperti Bab al-Ikhtishash dan bab yang terpanjang adalah Jama’ Taktsir karena diisi empat puluh dua bait.
Kitab Alfiyah yang telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di dunia ini, memiliki posisi yang penting dalam perkembangan Ilmu Nahwu. Berkat kitab ini dan kitab aslinya, nama Ibn Malik menjadi popular, dan pendapatnya banyak dikutip oleh para ulama, padahal Ibnu Malik asalnya Andalusia Spanyol. Justeru lebih terkenal di Timur.
Ibnu Malik memilki nama lengkap Abu Abdillah Jamaluddin Muhammad ibnu Abdulloh ibnu Malik al-Tha’i al-Jayyani al-Andalusi. Beliau lahir pada tahun 1203 M bertepatan dengan 600 H di kota Jayyan, salah satu kota utama di Andalusia (Spanyol) bagian Selatan 1203 M.
Sementara Alfiyah dalam kajian ilmu hadits ditulis oleh Ibnu Husain Al-Iraqi lahir di Mehran, pinggiran sungai Nil, Mesir pada 5 Mei 1325 /21 Jumadal Ula 725 H dan wafat pada 24 Februari 1404/ 8 Sya’ban 806 H). Beliau dikenal sebagai Al-Imam Al-Hafidz Zainuddin Abu al-Fadhl Abdurrahim bin Al-Husain bin Abdurrahman bin Abi Bakr bin Ibrahim al-Iraqi asy-Syafi’i Al-Mishri Syaikh al-Hadits.
Ayahnya wafat ketika beliau masih berumur 3 tahun. Ibnu Husain ini telah menghafal al-Qur’an ketika masih berumur 8 tahun. Selain itu ia juga menghafal kitab at-Tanbih, al-Hawi, dan al-Ilmam. Ilmu yang pertama kali ia geluti adalah ilmu qira’at, kemudian fikih dan ushul fikih yang ia pelajari dari Al-Isnawi. Setelah itu ia mempelajari ilmu Hadits dari ulama-ulama di negerinya, kemudian ia pergi untuk mempelajari hadits ke berbagai negeri antara lain Makkah, Madinah, Iskandariah, Ba’labak, Hammah, Homs, Gaza, Nablus, Damaskus, Aleppo, Tripoli, dan lain sebagainya. Selain ilmu hadits, ia juga menguasai berbagai ilmu antara lain nahwu, bahasa Arab, Gharib al-Qur’an, Qira’ah, Fikih dan Ushul Fikih.
Umumnya santri, saya juga termasuk mendapatkan sanad kedua alfiyah dari beberapa ulama di Banten dan Sukabumi Jawa Barat. Saya mengawali kenal matan Alfiyah dari guru saya Kiai Daelami Sampang Susukan Tirtayasa Serang saat masih berusia 15 tahun, dan atas anjurannya saya menghafalnya. Dilanjutkan mengaji Alfiyah Ibnu Malik ini saat usia 23 tahun kepada KH. Suhaemi di pesantren Daarul Hikmah Bolang Lebak Wangi Serang.
Adapun Syarah Alfiyah, yakni Ibnu Aqil dapat sanad dari 2 kiai, pertama dari KH. Abdul Aziz Fakhruddin Cidahu Cadasari Pandeglang, dan yang kedua dari Ajengan KH. Aden Mahmud Zamaksari Cibeureum Sukabumi.
Adapun kitab Alfiyah Hadits, saya dapat sanad dari Syaikh Dimyathi Cidahu Cadasari Pandeglang, di pesantren APPRU Cidahu, saat usia memasuki 19 tahun. Kitab Alfiyah Hadits tentunya berisi ilmu hadits, mulai tentang ilmu riwayah dan ilmu diroyah. Alfiyah Hadits tentunya ditulis dengan gaya nadham dengan jumlah seribu bait. Dalam kaitan nadham tersebut digubah secara Bahar Rojaz.
Keduanya, adalah kitab pengantar untuk memahami nahwu dan sharaf serta ilmu hadits lebih detil dengan basis sastra Arab yang kuat dan basis mustholah hadits yang komprehensif. Ini sangat penting dikaji oleh semua santri sebagai dasar instrumen untuk memahami ilmu-ilmu agama Islam yang luas dan sempurna.
Serang 16-6-2022
Oleh: Kiai Hamdan Suhaemi
Wakil Ketua PW GP Ansor Banten
Ketua PW Rijalul Ansor Banten
Idaroh Wustho Jatman Provinsi Banten
Sekretaris Hubungan Antar Umat Beragama MUI Provinsi Banten