Oleh : Hamdan Suhaemi
Kenapa kita perlu merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, bahkan sebisa mungkin memeriahkan perayaan tersebut. Ini soal perasaan cinta pada sang purnama alam itu, ini soal perasaan rindu pada sang nurul alam itu, dan ini soal perasaan memuliakan pada sayyidi waladi Adam tersebut. Tanpa dalil pun, tidak sama sekali ada larangan untuk merayakan kecintaan padanya itu.
Dalam diri Nabi Muhammad SAW memiliki khususiat yang membedakannya atas manusia lainnya, dan atas para rasul selainnya. Muhammad SAW diutus bukan sekedar untuk kaumnya, bukan hanya untuk bangsanya, bukan pula untuk Arab semata, tetapi Muhammad SAW diutus untuk seluruh alam semesta, untuk seluruh bangsa jin dan manusia. Ia adalah rahmatan lil’alamin.
Apa saja khususiat Sang Nabi tersebut, diantaranya adalah “khotamu al-Anbiyai wa al-Rusuli” bahwa Nabi Muhammad SAW itu penutup para nabi dan rasul. Maka tidak ada nabi dan rosul setelah Nabi Muhammad SAW.
عن عبدالله بن عمرو بن العاص قال صلى الله عليه وسلم ” أنا محمد النبي الأمي لا نبي بعدي أوتيت جوامع الكلم و خواتمه “
Artinya: dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash bahwa Rasulullah SAW telah bersabda “Aku Muhammad adalah Nabi yang ummi (tidak bisa menulis dan membaca) tidak ada nabi setelah aku, apa yang diturunkan untukku adalah seluruh kalam dan pamungkasnya”. (H.R. Imam Ahmad).
Khususiat Nabi yang berikutnya adalah “tafdliluhu ala al-Anbiyai wa al-Mursalin wa al -Kholaiqi” keutamaan Nabi Muhammad SAW diatas para nabi, para rosul, dan seluruh makhluk sejagad raya. Sungguh kemuliaan ini sulit tertandingi oleh siapapun dan kekuatan manapun dari makhluk sejak Nabi Adam hidup hingga akhir dunia nanti. Karena itu mencintai kemuliaannya, selalu berdasarkan ketulusan hati, dari dasar itulah ekspresi kecintaan nampak kita lihat pada momentum tertentu seperti merayakan maulid Nabi, merayakan maulid Nabi Muhammad SAW sama artinya meresapi secara ekpresif kemuliaannya. Sebab Nabi SAW adalah tauladan yang bagus (Uswatun hasanah).
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: و انا أكرم الأولين و الآخرين على الله و لا فخر
Artinya: “dan aku adalah yang paling mulia dari orang-orang terdahulu dan orang-orang di kemudian menurut Allah, dan tidak ada yang mengungguli”. (H.R. Imam Tirmidzi).
Kemudian khususiat Nabi itu, adalah “Umumu risalatihi ilaa al-Jinni wa al-Insi wa al-‘Arobi wa al-‘Ajami”, bahwa seluruh risalahmya untuk bangsa jin, bangsa manusia, untuk bangsa Arab dan bangsa selain Arab.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
وكان النبي يبعث إلى قومه خاصة وبعثت إلى الناس عامة .
Artinya: setiap nabi diutus untuk kaumnya secara khusus, sedangkan aku diutus untuk manusia seluruhnya. (H.R. Imam Bukhori dan Muslim).
Khususiat yang terakhir adalah “Ja’lu ummatihi Khoira al-Umami”. Khususiat ini yang kemudian menempel pada diri umatnya yang menurut Allah SWT adalah umat yang terbaik, posisi umat terbaik dari seluruh umat manusia yang pernah hidup sejak Nabi Adam hingga berakhirnya dunia. Tak habis-habisnya rasanya untuk memuliakan dan mencintai sang Nabi akhir zaman tersebut. Sebab ini dalil yang sesungguhnya, yakni dalil cinta pada sang Nabi.
Akhir kata, bahwa merayakan Maulid Nabi adalah ungkapan cinta dari umatnya untuk Sang Musthofa (nabi pilihan), sekali lagi tidak perlu dalil untuk sebuah penghormatan, kecintaan dan kerinduan.
Editor: Didin Syahbudin