Penulis terharu dengan kesemangatan ‘Habib’ Rumail Abbas dalam mencari ‘bayyinah’ berupa sumber-sumber primer yang dapat menyambungkan nasab Ba Alawi Ubaidillah kepada Nabi Muhammad Saw, yang tenggelam dalam kegelapan sejarah selama 550 tahun. Nasab Ubaidillah baru muncul dinisbatkan kepada Nabi Muhammad Saw di akhir abad 9, tepatnya ketika Habib Ali al-Sakran (w.895 H) berasumsi bahwa nama Abdullah yang di sebut al-janadi (w.732 H) sebagai orang yang sama dengan leluhurnya yang bernama Ubaid.
Terakhir, ‘Habib’ Rumail mengklaim menemukan manuskrip berangka tahun 589 H yang didalamnya terdapat ‘catatan tambahan’ yang berupa ijajah kitab yang menyebut nama Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Jadid. Setelah penulis melihat selembar manuskrip itu, maka ada beberapa catatan yang dapat penulis sampaikan:
- Manuskrip itu ditulis oleh Qosim bin Ahmad bin Abdullah dengan titimangsa 589 H. jadi titimangsa itu bukan titimangsa ‘catatan tambahan’ berupa ijajah yang menyebut nama Muhammad bin Ali. Angka tahun itu merupakan angka tahun selesainya penulisan naskah, bukan pengijajahan kitab kepada Muhammad bin Ali. Karena tradisi jaman dulu, seseorang yang akan mengaji kitab tertentu ia memesan atau membeli kitab dari seorang ‘nassakh’ (jasa penulisan). Lihat perbedaan cara penulisan antara isi kitab dan ijajah tersebut. Perlu diperhatikan pula, antara waktu selesainya penulisan dengan waktu pengkajian bisa saja berbeda. Namun jika kita merujuk pada al-Janadi, di mana ayah Muhammad, yaitu Ali wafat pada tahun 620 H (abad ke tujuh), dalam Syamsu al-Dzahirah tahun 630 H, maka dengan metode Ibnu Khaldun, di mana dalam setiap satu abad terdapat tiga generasi, maka dapat diperkirakan wafatnya Muhammad bin Ali adalah pada tahun 653 H, dari situ kita bisa perkirakan juga Muhammad ini mendapat ijajah kitab Sunan Tirmidzi antara rentang tahun 620-653 H. Bila dibagi dua diperkirakan mendapat ijajah pada tahun 636 H, tentu ini lebih muda dari Al-Syajarah al-Mubarokah (606 H).
- ‘Catatan tambahan’ tersebut bisa menjadi dalil untuk keluarga Bani jadid, bahwa mereka dalam tahun 636 H itu adalah tokoh historis, dari mulai nama Ali (w. 653 H) dan ayahnya, yaitu Muhammad (w. 620 H), namun tidak bisa menjadi dalil nasab mereka terhadap Abdullah, karena yang disebutkan hanya 5 generasi. Mujiz itu hanya menyambungkan sampai ke Jadid Tsani, butuh 4 generasi lagi untuk sampai ke Abdullah seperti yang disebut oleh Al-Janadi. Setelah itu, perlu pula sumber yang menyebut Abdullah sebagai anak Ahmad. Sementara ini, Al-Janadi (732 H) -lah orang yang pertama menyambungkan nasab Bani Jadid kepada Ahmad bin Isa yang bertentangan dengan kitab yang lebih tua yaitu Al-Syajarah al-Mubarokah (606 H).
- ‘Catatan tambahan’ tersebut, ketika begitu lemah menjadi saksi nasab Bani Jadid kepada Ahmad bin Isa, tentu akan lebih lemah lagi menjadi saksi untuk keluarga Ba Alawi Ubaidillah.
- ‘Habib’ Rumail harus bekerja lebih keras lagi, untuk menemukan sumber yang lebih tua dari Al-Syajarah al-Mubarokah bahwa Abdullah benar anak Ahmad bin Isa; menemukan sumber bahwa benar nama Abdullah adalah orang yang sama dengan Ubaid; menemukan sumber bahwa Jadid benar mempunyai saudara seayah bernama Alwi dan Basri.
Penulis: Imaduddin Utsman al-Bantani