• Tentang Kami
    • Pengurus
  • Kontak
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel
No Result
View All Result
RMI PWNU Banten
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel
No Result
View All Result
RMI PWNU Banten
No Result
View All Result
Home Opini

Meditasi Arafah: Aku Dan Kamu Adalah Objek Tuhan

Wukuf Arafah ini mengajarkanku untuk berdiam diri merenungi siapa sebenarnya aku. Aku bersama tamu Tuhan lainnya berkumpul, berdiam, dan berhenti dari kegiatan apapun dari berbagai status sosial, ras, warna kulit, dan lintas negara dengan banyak kesamaan

Admin by Admin
9 Oktober 2022
in Opini
2 min read
0
0
SHARES
167
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Telingaku sering mendengar kata “Wukuf Arafah” di setiap tanggal 9 bulan Dzulhijjah yang menjadi saksi sejarah pertemuan pertama kali Bapak Adam dan Ibu Hawa di dunia. Kata “Wukuf” memiliki arti berdiam diri atau berhenti, sedangkan arti kata “Arafah”, yaitu “mengenal” atau “mengakui.”

Orang yang tak mampu diam untuk mengenali diri adalah orang yang tak mengenali diri. Jika ia tak mengenali diri, maka tak akan mengenali kehadiran Tuhan di dalam diri. Penampakan kehebatan semesta diri dapat terlihat jika ia mengenal utuh tentang siapa dirinya. Jika ia belum mengenal siapa dirinya, maka tanda-tanda kehebatan Tuhan akan tertutup darinya.

Kutipan bahasa guru semesta ini membuatku tercengang dan memunculkan pertanyaan dalam benakku: “Aku ini siapa?”, “Apa hakikat sejati aku?”, “Dari mana asalku?” “Untuk apa aku berada disini?”.

Aku terdiam saat akan menjawab beberapa pertanyaan itu. Diamku karena aku bingung dengan diriku tentang siapa sejatinya aku. Ternyata selama ini pengenalanku tentang aku hanyalah sisi lahiriyah saja; seperti ini tanganku, kakiku, kepalaku dan tubuhku, sedangkan aku belum mengenali aku sejatiku. Urusanku hanya bertengkar jika aku marah, bersetubuh jika libidoku memuncak, menyantap makanan jika aku lapar, dan meminum air jika aku haus. Tanpa aku sadari, ternyata hewan serupa denganku. Tidak ada yang lebih dekat dari rangkaian aku kecuali aku. Aku belum mengerti tentang sejatinya aku, lalu bagaimana aku mengenal kehebatan diriku dan keistimewaan semesta di sekitarku?

Wukuf Arafah ini mengajarkanku untuk berdiam diri merenungi siapa sebenarnya aku. Aku bersama tamu Tuhan lainnya berkumpul, berdiam, dan berhenti dari kegiatan apapun dari berbagai status sosial, ras, warna kulit, dan lintas negara dengan kesamaan gaya berpakaian di tanggal 9 Dzulhijjah dimulai sejak matahari tergelincir hingga terbitnya fajar di 10 Dzulhijjah. Nabiku bersabda : “al-Hajj ‘Arafah” artinya Haji adalah ‘Arafah.

Dari perenungan ritual ini membuatku sadar bahwa aku hanyalah objek dari Subjek Pemiliki Semesta, begitu pun semua makhluk beposisi sama denganku. Aku tidak boleh merasa menjadi subjek terhadap makhluk semesta selain diriku karena aku dan semua makhluk adalah keluarga dalam jalinan persahabatan antar objek. Aku harus memposisikan mereka semua sebagai subjek yang setara dalam jalinan kemitraanku, meskipun secara kasat mata mereka berposisi sebagai objekku, karena makhluk semesta selain aku adalah mitra keberlangsungan hidupku di dunia.

Sungguh perkumpulan itu memberi kontemplasi perenungan sunyi dalam benakku bahwa apapun latar belakang setiap individu memiliki posisi yang sama di sisi Tuhan, si kaya sama dengan si miskin, dan rakyat jelata serupa dengan penguasa. Faktor yang menjadi pembeda di antara aku dan mereka adalah tingkat ketakwaan yang sesuai dengan tugas dan fungsi dirinya, karena Sang Maha Pencipta tidak melihat status sosial dari semua ciptaan-Nya. Itulah makna berdiam diri dalam perenungan sunyi dalam ritual wukuf di Arafah.

Oleh: Dr. KH. Mohamad Mahrusillah, MA
Ketua RMI PCNU Kab. Tangerang dan Rais Syuriyah MWC NU Kec. Teluknaga

Baca Juga

Tinjauan Filologis Sejarah Sunan Giri Sayyid Maulana Ainul Yaqin, Mursyid Tarekat Syattariyah Abad 15 Masehi

Sumber-sumber Belanda Tentang Sejarah Banten Abad 19 Masehi

Tadarus Jiwa Dalam Perspektif Filsafat Idealisme

Ketua Komisi Fatwa MUI Banten Himbau Instansi Pemerintah Adakan Acara Di Hotel Dengan Resto Yang Bersertifikat Halal

Next Post

Meditasi Mina Muzdalifah: Aku Lempar Batu Batu Itu

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Paling Banyak Dilihat

Opini

Tinjauan Filologis Sejarah Sunan Giri Sayyid Maulana Ainul Yaqin, Mursyid Tarekat Syattariyah Abad 15 Masehi

by Admin
1 Februari 2023
0

Saat masih bayi, oleh ibunya dilarung ke laut Blambangan, sebagai aksi penyelamatan dari rencana pembunuhan dari Senopati Blambangan. Hingga ditengah...

Read more
Load More
  • All
  • Berita
  • Opini
  • Pustaka
  • Santri
  • Ulama
  • Pesantren

Tinjauan Filologis Sejarah Sunan Giri Sayyid Maulana Ainul Yaqin, Mursyid Tarekat Syattariyah Abad 15 Masehi

Sumber-sumber Belanda Tentang Sejarah Banten Abad 19 Masehi

Mengkaji Kitab Lawaqihu al-Anwari al-Qudsiyati

PWNU Banten, KH Bunyamin: Kami Siap Sukseskan Porseni NU 2023 Di Kota Solo

Tadarus Jiwa Dalam Perspektif Filsafat Idealisme

RMI PCNU Kab. Serang Peringati Hari Santri Nasional 2022 Dengan Bedah Kitab Dan Ijazah Sanad 19 Kitab

Load More

Baca Juga

MUI Banten Keluarkan Fatwa Haram Membaca Al-Quran Di Atas Trotoar

by Admin
22 April 2022
0

45 Ulama Nusantara Penulis Kitab Kuning Berbahasa Arab Sepanjang Masa

by Admin
27 Februari 2022
2

Sebut Ma’had Al Abqory Terkait HTI, RMI Rekomendasikan Hapus Dari Program PUPR, Kecuali…

by Admin
19 Juli 2021
0

  • Opini
  • Berita
  • Pustaka
  • Ulama
  • Santri
  • Pesantren
Follow Us

©2021 RMI PWNU Banten | rminubanten.or.id.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel

©2021 RMI PWNU Banten | rminubanten.or.id.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist