Oleh: Hamdan Suhaemi
Idaroh Wustho Jam’iyah Ahlith Thoriqah Mu’tabaroh An-Nahdliyah Provinsi Banten telah menggelar pengajian bulanan dengan mengkaji 2 kitab, yang pertama kitab al-Anwari al-Qudsiyati dan yang kedua kitab Fathu al-Majid. Kitab pertama membahas tentang bagaimana bertarekat, dan bertasawuf yang benar, lurus sesuai syariat Islam. Kitab kedua membahas tauhid. Dua kitab tersebut saling menunjang bagi muridin (murid tarekat) dan bagi Mursyid (guru tarekat) untuk dijadikan pedoman atau pegangan dalam bertarekat dan bersuluk.
Kitab Lawaqihu al-Anwari al-Qudsiyati ditulis oleh seorang pakar fiqih madzhab Syafi’i, sekaligus seorang yang punya maqom Wali Kutub, yaitu Imam Abdul Wahab al-Sya’rani. Sosok Wali besar ini lengkapnya bernama Abu al-Mawahib Abdullah bin Ahmad bin Ali al-Ansari, terkenal dengan nama al-Sya’rani merupakan seorang yang alim, zuhud, faqih, muhaddits.
Imam Abdul Wahab bin Ahmad bin Ali an Anshariy al-Sya’roni al-Syafi’ii, al-Syadzili lahir tahun 899 H/1478 M di kampung Saqiyah Abu Sya’rah, di daerah Manufi, Mesir dan wafat pada tahun 973 H/1552 M di Mesir.
Kitab yang kedua adalah kitab Fathu al-Majid yang ditulis oleh Syaikh al-Zahid al-Mudaqqiq Muhammad Nawawi al-Bantani, kitab yang mensyarahi kitab al-Durru al-Farid yang ditulis oleh gurunya yaitu Syaikh Sayyid Ahmad Nahrawi. Syaikh Nawawi al-Bantani lahir di Tanara, Serang Banten 1813 M dan wafat 1897 M di Ma’la Makkah Arab Saudi.
Dengan muqri (pembaca) Abah KH Thobary Syadzili, seorang Rois Idaroh Wustho Jam’iyah Ahlith Thoriqah Mu’tabaroh An-Nahdliyah (Jatman Banten) sekaligus pakar ilmu Falak se-Asia Tenggara, pengajian bulanan tersebut diharapkan bisa berlanjut dan tetap istiqamah dalam upaya mengenalkan tarekat dan menguatkan tarekat, khususnya di wilayah Banten yang disinyalir banyak dihuni oleh para wali Mastur (Waliullah yang tertutup).
Sebagai santri biasa betapa senang saya ikut mengaji kedua kitab tersebut, semoga menjadi suluh untuk perjalanan hidup yang lurus dan benar dalam beragama dan menghindari hidup yang sarat akan tipu daya, intrik-intrik dan pembelokan-pembelokan menjauhi agama. Meski demikian saya tidak perlu juga menafikan betapa indahnya dunia ini yang di dalamnya ada mawar-mawar cinta yang perlu disebarkan wanginya kepada umat manusia, karena berislam sesungguhnya adalah rahmat (kasih sayang) untuk semua manusia dan alam semesta.
Pesantren Miftahul Khaer Panongan Tangerang, 21-11-2022.
(Editor: Kang Diens)