Tangerang, RMINU Banten
Ketua Umum PB Mathla’ul Anwar Li Nahdlatil Ulama (MALNU), K.H. Tb. Hamdi Ma’ani mengungkapkan pentingnya terus menjaga asas-asas faham Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) di bumi Banten menyusul maraknya isu penyusupan faham non Aswaja terutama HTI di sebuah asosiasi pondok pesantren di Banten.
“Faham ahlussunnah waljama’ah harus benar-benar dijaga di wilayah Banten, agar warga Banten memahami dan mengamalkan asas-asas Aswaja dengan tujuan terselamatkan dari faham-faham kekinian terutama HTI”, tegasnya.
Pernyataan itu disampaikan dalam acara silaturahmi antara Pimpinan MALNU, pimpinan Al-Khairiyah dan RMI NU Banten di Pondok Pesantren Salafiyah Nahdlatul Ulum, Kresek, Kabupaten Tangerang, Senin (25/1/2021).
Kiayi Alwiyan Qosid Syam’un dari Al-Khairiyah yang merupakan cucu Pahlawan Nasional Brigjen K.H. Syam’un menyatakan tantangan kebangsaan dan bernegara di Indonesia dalam bingkai NKRI yang berdasarkan Pancasila adalah tentang bagaimana moderatisme dapat menjadi suatu gerakan nyata dalam kehidupan masyarakat yang agamis.
“Bagaimanapun moderatisme atau dalam Islam disebut ruhnya ummatan wasathan merupakan tuntutan sekaligus tuntunan dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Moderatisme merupakan jalan hidup atau tradisi turun temurun para Nabi dan Rasulullah dalam mendakwahkan Islam”, ujarnya.
“Oleh karenanya, sulit rasanya dakwah Islam rahmatan lil ‘alamin di Indonesia dapat terwujud tanpa moderatisme, dan sulit rasanya gerakan moderatisme dapat terwujud tanpa dibangun atau bertumpu kepada spirit intelektual dan spiritual sebagaimana para Nabi dan Rasulullah tradisikan’, sambungnya.
Ketua PW Al-Khairiyah Banten ini pula menyatakan bahwa Al-khairiyah sejak awal didirikannya oleh Brigjen KH. Syam’un di desain sebagai bagian dari Ahlussunnah Waljama’ah dan dipraktekan dalam wujud gerakan moderatisme (ummatan wasathan), bagi kami di Al-Khairiyah bahwa gerakan Ahlussunnah waljama’ah dan moderatisme merupakan dua hal yang tak bisa dipisahkan. Oleh karennya, tak mungkin bagi penganut Ahlussunnah waljama’ah berwajah komunisme, kapitalisme, radikalisme, ekstrimisme, liberalisme, sekulerisme dan lain lain yang berseberangan dengan moderatisme. Al-khairiyah telah menjadikan pendidikan, membangun keberdayaan ekonomi ummat dan cinta tanah air serta nasionalisme yang sekaligus historikal amaliyah juga sebagai bentuk peran aktif warga Al-Khairiyah dalam pembangunan nasional dan pembangunan kebudayaan luhur Bangsa Indonesia yang berlandaskan ketuhanan.
Komitmen ketuhanan, lanjutnya, adalah pondasi dalam kehidupan manusia sebagai individu atau masyarakat, sebab bagaimanapun, ketika komitmen ketuhanan dalam diri seseorang telah baik dan benar maka komitmen kemanusiaan dan komitmen kebangsaannya akan semakin baik dan benar.
Silaturahmi di kediaman Ketua RMI NU Banten, K.H. Imaduddin Utsman ini telah menyambungkan sejarah dimana Al-Khairiyah dan MALNU didirikan oleh tokoh-tokoh NU Banten. Nama MALNU diberikan oleh K.H. Idham Kholid Ketua PBNU waktu itu. dan Al-Khairiyah didirikan oleh Brigjen K.H Syam’un yang merupakan Ketua PCNU Kabupten Serang sampai beliau wafat tahun 1949.