• Tentang Kami
    • Pengurus
  • Kontak
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel
No Result
View All Result
RMI PWNU Banten
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel
No Result
View All Result
RMI PWNU Banten
No Result
View All Result
Home Pesantren

Pesantren Itu Mahalu al-Ilmi Wa al-Adabi

Tidak disebut pesantren jika isinya bukan santri. Pesantren ya santri, mereka adalah penuntut ilmu agama Islam dari proses ibtida, tsanawi hingga aliyah. Santri ada dalam binaan bukan bahan permainan. Subyektivitas santri sebagai pengkaji kitab kuning benar-benar didalami secara metodologis dan berdasarkan sanad, gampangnya pengetatan disiplin ilmu agama dengan sistem sanad. Santri juga menjadi pusat kegiatan pesantren.

Admin by Admin
11 Desember 2021
in Pesantren
3 min read
0
0
SHARES
48
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Kiai M. Hamdan Suhaemi

Baca Juga

PWNU Banten, KH Bunyamin: Kami Siap Sukseskan Porseni NU 2023 Di Kota Solo

RMI PCNU Kab. Serang Peringati Hari Santri Nasional 2022 Dengan Bedah Kitab Dan Ijazah Sanad 19 Kitab

HSN 2022 RMI Kab. Serang Selenggarakan Bedah Kitab Dan Ijazah Kitab Kuning

Kitab Fikih Peradaban Karya Ulama Banten Menyongsong Satu Abad NU

Kiai, figur utama di dalam pesantren, sang alim dan soleh. Menjadi kiai melewati proses perjalanan menuntut ilmu agama Islam, sudah selesai di ilmu ia pun berproses dengan istiqomah, meningkatkan kadar keimanan untuk lebih tinggi maqomnya. Menjadi kiai, dimulai dari penguasaan ilmu agama Islam yang komprehensif, bahkan hafidz, dan yang pasti wajib hafal Alfiyah Ibnu Malik, selain matan imrithy.

Setelah itu, penguatan atas adab dengan cara mujahadah bi nafsi, sisi batin dengan cara riyadoh. Unsur nafsu lawwamah dan ammaroh dimaksimalkan mengurang, diisi dengan nafsu muthmainnah, hidup qonaah, zuhud dan wara’. Laku hidup sang kiai di setiap pesantren umumnya begitu. Selain mengajar kitab kuning pada santri, kiai lebih pada mendidik Tatakrama, adab, dan atau akhlakul karim baik pada keluarganya, santri seniornya, dan pada semua santrinya. Sosok kiai bagi santrinya begitu dominan seperti orang tua pada anaknya, welas asih, menjaga muruah tanpa jauh dari santri, terlalu dekat pun tidak. Kiai adalah manusia terpilih dan tertakdirkan untuk menjadi pewaris ajaran Nabi Muhammad SAW. Kriteria kiai macam di atas itulah yang sesungguhnya disebut Kiai, lain itu belum disebut kiai, tapi baru ngaku kiai, atau kiai terpaksa.

Santri, adalah subjek sekaligus objek dalam pondok pesantren. Sebagai subjek ia yang tentukan kehendak belajarnya (ngaji), dari bangun tidur hingga tidur lagi dan itulah sesungguhnya santri itu, hidupnya ngaji dan ngaji. Santri sebagai objek, karena santri yang dijadikan pusat perhatian dan keseriusan dalam upaya menyampaikan ilmu, dan dalam upaya menggembleng akhlaq, moralitas dan peradaban.

Tidak disebut pesantren jika isinya bukan santri. Pesantren ya santri, mereka adalah penuntut ilmu agama Islam dari proses ibtida, tsanawi hingga aliyah. Santri ada dalam binaan bukan bahan permainan. Subyektivitas santri sebagai pengkaji kitab kuning benar-benar didalami secara metodologis dan berdasarkan sanad, gampangnya pengetatan disiplin ilmu agama dengan sistem sanad. Santri juga menjadi pusat kegiatan pesantren.

Majlis ilmu, di tempat ini rerata pondok pesantren menyediakan untuk tempat mengkaji, menghafal, membaca dan memahami. Mulai ilmu tafsir, hadits, ushul hadits, fiqih, Ushul fiqh, tauhid, dan tasawuf. Dengan corak masing-masing pendekatan monologis, bukan dialektis. Sorogan dan bandongan adalah dua metode dalam penyampaian apa-apa yang di kitab kuning.

Kitab Kuning, berisi penjelasan dan uraian ilmu-ilmu agama, ditulis dengan posisi dari kanan ke kiri. Ada matan ada pula syarah, ada mukhtashor ada juga yang mathulat (berjilid-jilid). Tulisan khas Bahasa Arab dengan narasi Satra Arab klasik. Kitab kuning, adalah juga lembaran-lembaran kertas berwarna kuning, harum dan khas. Jika digabungkan, kiai, santri dan kitab kuning, itulah pesantren. sementara satu diantaranya tidak ada maka tidak bisa, ini tengah menggambarkan umumnya pesantren salafiyah.

Soal kasus korupsi, pemerkosaan, pencabulan yang kini gencar dilakukan oleh sebagian kecil pengasuh pondok, adalah ketidakmungkinanya hal itu dilakukan oleh nafsu bejad.

Yang mutakhir, pesantren yang benar adalah konsistensi sikap atas kajian ilmu dan istiqomah dalam beradab. Kalaupun ada kasus pencabulan dan pemerkosaan dilakukan oleh orang pesantren, kiai pesantren, maka kembalikan porsinya ia sebagai manusia bodoh bin bejad.

Banyak berita seliweran bahwa Pesantren di Bandung, terkait perkosaan tersebut menyita perhatian. Tentunya karna pesantren identik dengan keluguan, kesederhanaan, kejujuran. Dengan demikian kasus Ustadz yaitu perkosaan atas perempuan-perempusn didiknya adalah murni kejahatan seksual.

Tidak disebut kiai, tidak pula disebut pesantren jika adab tidak diterapkan. Adab atau akhlaq sumbernya dari Al-Qur’an dan dari perilaku Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Menjauhi adab adalah kerusakan, dan itu bagi siapapun tentunya berlaku.

Pesantren, akan selamanya baik jika ia adalah Mahalu al-Ilmi wa al-Adabi. Pesantren adalah tempat nyaman bagi anak-anak kita, pesantren adalah tempat masa depan agama kita. Manusia hari ini adalah memiliki kecenderungan atas agama. Maka pesantren adalah tujuan.

Rajeg 10-11-21
Wakil Ketua PW GP Ansor Banten
Ketua PW Rijalul Ansor Banten

Next Post

Menjelang Satu Abad NU Untuk Dunia

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Paling Banyak Dilihat

Opini

Sumber-sumber Belanda Tentang Sejarah Banten Abad 19 Masehi

by Admin
29 Desember 2022
0

Dari 1723 berkas/bundel arsip Directie der Cultures ini ternyata baru 3 (tiga) berkas yang sudah jelas berkenaan dengan Banten yaitu:...

Read more
Load More
  • All
  • Berita
  • Opini
  • Pustaka
  • Santri
  • Ulama
  • Pesantren

Sumber-sumber Belanda Tentang Sejarah Banten Abad 19 Masehi

Mengkaji Kitab Lawaqihu al-Anwari al-Qudsiyati

PWNU Banten, KH Bunyamin: Kami Siap Sukseskan Porseni NU 2023 Di Kota Solo

Tadarus Jiwa Dalam Perspektif Filsafat Idealisme

RMI PCNU Kab. Serang Peringati Hari Santri Nasional 2022 Dengan Bedah Kitab Dan Ijazah Sanad 19 Kitab

HSN 2022 RMI Kab. Serang Selenggarakan Bedah Kitab Dan Ijazah Kitab Kuning

Load More

Baca Juga

MUI Banten Keluarkan Fatwa Haram Membaca Al-Quran Di Atas Trotoar

by Admin
22 April 2022
0

45 Ulama Nusantara Penulis Kitab Kuning Berbahasa Arab Sepanjang Masa

by Admin
27 Februari 2022
2

Sebut Ma’had Al Abqory Terkait HTI, RMI Rekomendasikan Hapus Dari Program PUPR, Kecuali…

by Admin
19 Juli 2021
0

  • Opini
  • Berita
  • Pustaka
  • Ulama
  • Santri
  • Pesantren
Follow Us

©2021 RMI PWNU Banten | rminubanten.or.id.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel

©2021 RMI PWNU Banten | rminubanten.or.id.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist