Serang, RMINU Banten
Melihat kehidupan di kampung-kampung soal sosial keagamaannya dari dulu memang belum berubah banyak, amaliah agama dan praktik budaya menjadi tampakan biasa dari gambaran umum masyarakat pedesaan di Indonesia, khusus Jawa. Akulturasi budaya, adalah proses sejarah yang tak berkesudahan, terus berkesinambungan mewarnai wajah Nusantara.
Selametan, ini kata sekaligus kegiatan yang masih ada di kampung-kampung. Selametan mau bangun rumah, selametan rumah siap huni, selametan walimatul arusy (manten atau pengantenan), selametan tujuh bulan (buburan) wanita hamil. Lahiran anak juga ada selametan, istilahnya suguh tamu, hingga cukuran (aqiqahan). Setelah itu ada selametan sunatan (khitanan).
Para petani mau musim tanam juga kadang selametan, baca manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani, dan menjelang berangkat haji ada selametan haji, semua kegiatan-kegiatan yang berkait mengamalkan syari’at akan bersamaan pula dilakukan selametan. Hampir di setiap kegiatan apakah itu mengawali, atau mengakhiri, bahkan ada pula di tengah-temgah pengharapan selalu dibarengi kegiatan selametan. Peresmian kantor, gudang, hotel, atau proyek pasti dibarengi acara selametan.
Ini budaya yang isinya agama Islam, didalamnya ada baca surat al-Fatihah, surat Yasin, tahlil, tasbih dan sholawat, kemudian diakhiri do’a kesalamatan. Soal kemudian adakah pertentangannya dengan dasar syariatnya. Jika tidak ada unsur fasad (rusak), unsur fasiq (melanggar), atau syirik (menyekutukan), bahkan ada yang nampak khobaits (buruk) misalnya, maka hal itu kebolehan (al-Ibahah). Selametan dengan maksud berdo’a kepada Allah SWT, memohon keselamatan, kebahagiaan, kedamaian. Menjalankan syariat itu tujuannya selamat.
Ada petunjuk dalil yang berkaitan dengan selametan, hadits ini soheh karena sumber riwayatnya adalah Imam al-Bukhori . Nabi Muhammad SAW telah bersabda ketika ditanya soal bagaimana berislam dengan baik.
Hadits di atas, tentu menjadi rujukan bahwa Nabi pun menganjurkan untuk melakukan selametan, terutama sekali mengasih makan adalah bagian dari yang baik dalam berislam. Hingga do’a dari banyak orang adalah yang diharapkan.
Biasanya, jika ada selametan atau ngeriung selalu disertai dengan memberi berkat (nasi komplit yang dibungkus pelastik), atau istilah lainnya besek, kini nasi kotak. Kemudian yang khusus untuk kalangan kiai, atau ustadz biasanya diberi selawat (amplop). Begitu pulang dari acara selametan selalu menjinjing berkat, dan mengantongi selawat (amplop berisi uang).
Kata selawat, bisa jadi awalnya berasal dari kata sholawat, untuk meng-kental-kan ajaran agama untuk menjadi tradisi maka kata sholawat agar mudah diingat adalah dengan kata selawat. Ada kata selawatan, merujuk pada muadzin di masjid atau langgar setelah selasai mengumandangkan adzan, biasanya melagukan sholawat atas Rasulullah ص.م.
Sedangkan kata selawat, itu berkait dengan amplop yang berisi uang yang dikasihkan pada orang yang selesai memimpin do’a, sebagai tanda terima kasih.
Menurut bahasa, berkah berasal dari bahasa Arab: barokah (البركة), artinya nikmat (Kamus Al-Munawwir, 1997:78). Istilah lain berkah dalam bahasa Arab adalah mubarak dan tabaruk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:179), berkah adalah “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia”. Menurut istilah, berkah (barokah) artinya “bertambahnya kebaikan” (زيادة الخير).
Para ulama juga menjelaskan makna berkah sebagai segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta, anak, dan usia.
Dalam Syarah Shahih Muslim karya Imam Nawawi disebutkan, berkah memiliki dua arti:
- tumbuh, berkembang, atau bertambah; dan
- kebaikan yang berkesinambungan.
Menurut Imam Nawawi, asal makna berkah ialah “kebaikan yang banyak dan abadi”.
Dalam keseharian kita sering mendengar kata “mencari berkah”, bermaksud mencari kebaikan atau tambahan kebaikan, baik kebaikan berupa bertambahnya harta, rezeki, maupun berupa kesehatan, ilmu, dan amal kebaikan (pahala).
Kata berkah juga termasuk dalam do’a kita kepada yang menikah: baarakallahu lakuma, Semoga keberkahan Allah untuk kalian berdua (pasangan pengantin).
Berikut ini adalah tentang barokah/berkah dalam keseharian kita, semoga kita bisa mendapatkannya.
- Hidup yang berkah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru barokah sebagaimana Nabi Ayyub, sakitnya menambah taatnya kepada Allah SWT.
- Berkah itu tak selalu panjang umur, ada yang umurnya pendek tapi dahsyat taatnya layaknya Musab ibn Umair.
- Tanah yang berkah itu bukan karena subur dan panoramanya indah, karena tanah yang tandus seperti Makkah punya keutamaan di hadapan Allah tiada yang menandingi.
-
Makanan berkah itu bukan yang komposisi gizinya lengkap, tapi makanan itu mampu mendorong pemakannya menjadi lebih taat setelah makan.
-
Ilmu yang berkah itu bukan yang banyak riwayat dan catatan kakinya, tapi yang berkah ialah yang mampu menjadikan seorang meneteskan keringat dan darahnya dalam beramal dan berjuang untuk agama Allah.
-
Penghasilan berkah juga bukan gaji yang besar dan bertambah, tapi sejauh mana ia bisa jadi jalan rizqi bagi yang lainnya dan semakin banyak orang yang terbantu dengan penghasilan tersebut.
-
Anak-anak yang berkah bukanlah saat kecil mereka lucu dan imut atau setelah dewasa mereka sukses bergelar dan mempunyai pekerjaan dan jabatan hebat, tapi anak yang berkah ialah yang senantiasa taat kepada Rabb-Nya dan kelak di antara mereka ada yang lebih shalih dan tak henti-hentinya mendo’akan kedua Orang tuanya.
Ajaran agama, yang dibungkus budaya jauh lebih berarti, karena didasari hikmah, al-mauidhoh wa al-hasanah. Bahkan kemanfaatannya bisa berakar sampai anak cucu.
Meski demikian, Islam bukanlah perangkat dan atau sistem nilai dari budaya. Islam adalah agama, Islam adalah syariat yang isinya hukum Allah SWT yang ditaklifkan pada setiap muslim, baligh, dan berakal. Islam adalah ajaran tauhid yang menjelaskan secara detil dan komprehensif tentang Tuhan. Islam juga adalah mengajarkan akhlaq atau adab, karena misi Islam adalah makarimal akhlaq (menyempurnakan atau kemuliaan akhlak).
Agama Islam adalah ajaran dari Tuhan yang berkesuaian bagi yang mempunyai akal yang sehat dan selamat, dengan tujuan untuk sesuatu yang lebih baik, lebih bagus. Baik di kehidupan dunia maupun di kehidupan akhirat.
Kalimat akhir, sebagai muslim Nusantara sudah menjadi keniscayaan untuk merawat dan mentradisikan, sekaligus mengamalkan ajaran Islam dengan pendekatan budaya, dengan penghormatan atas budaya, namun meletakkan agama pun pada posinya sebagai agama, dan mana pula adalah budaya diposisikan sebagai budaya.
Menjaga Nusantara sama artinya merawat budayanya.
Oleh: KH. Hamdan Suhaemi