• Tentang Kami
    • Pengurus
  • Kontak
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • KH Imaduddin al Bantani
    • Karomah
    • Kisah
  • Biografi
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
      • Download
  • Download
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel
No Result
View All Result
RMI PWNU Banten
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • KH Imaduddin al Bantani
    • Karomah
    • Kisah
  • Biografi
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
      • Download
  • Download
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel
No Result
View All Result
RMI PWNU Banten
No Result
View All Result
Home Berita

Terdeteksi, Habib Ali Bin Abu Bakar As-Sakran Tokoh Yang Pertama Sebut Ubaidillah Sebagai Anak Ahmad

Admin by Admin
28 April 2023
in Berita, Kitab, Opini
3 min read
0
0
SHARES
2.8k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Setelah penulis berusaha mencari referensi darimana kitab Tuhfat al-Tholib karya Sayid Muhammad bin al-Husain as-Samarqondi (w. 996 H) menyebut bahwa Abdullah bin Ahmad mempunyai anak bernama Alwi, maka telah penulis temukan bahwa Habib Ali bin Abu Bakar As-Sakran (w.895 H.), seorang tokoh internal Ba Alawi sendiri, yang mula-mula menyebut Alwi sebagai anak dari Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib.

Menurut Habib Ali al-Sakran leluhur mereka (Ba Alawi) ditulis secara berkesinambungan sebagai Ubaid bin Ahmad bin Isa, hanya demikian belum ada urutan ke atas. Lalu ia berijtihad (berasumsi) bahwa Ubaid ini adalah sama dengan Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib, seperti yang disebut dalam kitab Al-Suluk karya al-jundi (w. 730. H).

Habib Ali al-Sakran menulis sebuah kitab yang diberi nama Al-Burqatul Mutsiqoh (selanjutnya disebut al-Burqah). Dalam kitab itulah untuk pertama kali nama Ubaidillah disebut sebagai Anak Ahmad bin Isa dengan argument bahwa Ubaidillah ini adalah nama lain Abdullah yang disebut oleh Al-Jundi (w. 730 H.).

Kitab-kitab selanjutnya yang menyebut Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib, kemungkinan besar, menukil dari Habib Ali al-Sakran tersebut. Diantara kitab-kitab itu seperti: ،al-Dlau’ al-Lami’ karya al-Sakhowi (w. 902 H.), kitab Qiladat al-Dahr fi Wafayat A’yan al-Dahr karya Abu Muhammad al-Thayyib Ba Makhramah (w. 947 H.), kitab Tsabat Ibnu Hajar al-Haitami (w. 974 H.), kitab Tuhfat al-Tholib karya Sayid Muhammad bin al-Husain as-Samarqondi (w. 996 H), kitab al-Raudl Al-Jaliy karya Murtadlo al-Zabidi (w. 1205 H) dll.

HUJJAH HABIB ALI AL-SAKRAN (w. 895) BAHWA UBAID ADALAH NAMA LAIN ABDULLAH

Leluhur Habib Ali Al-Sakran, yang dikenal pada zamannya bernama Ubaid, tanpa idlofah kepada “Allah”. Hal ini diakui oleh Habib Ali al-Sakran dalam kitabnya tersebut dengan ibaroh:

وهكذا هو هنا عبيد المعروف عند اهل حضرموت والمسطر في كتبهم والمتداول في سلسلة نسبهم ونسبتهم انه عبيد بن احمد بن عيسى (البرقة المشيقة: 150)

“Dan demikianlah, ia disini (bernama) Ubaid yang dikenal penduduk Hadramaut, dan ditulis dalam kitab-kitab mereka dan berkesinambungan dalam sislsilah nasab mereka. Dan penisbatan mereka adalah: Ubaid bin Ahmad bin Isa”, (al-Burqoh al-Mussiqoh: 150).

Perhatikan, bahwa yang tertulis berkesinambungan bagi penduduk Hadramaut hanya sampai Isa, belum dilanjutkan kepada Muhammad al-Naqib sebagai ayah Isa.

Untuk menyimpulkan bahwa leluhurnya yang bernama Ubaid, tanpa pakai mudlaf ilaih “Allah”, itu adalah Abdullah, Habib Ali al-Sakran menyebutkan:

وقد فهمت مما تقدم اولا منقولا من تاريخ الجندي وتلخيص العواجي وسبق به الكلام في ترجمة الامام ابي الحسن عَليّ بن مُحَمَّد ابْن أَحْمد جدِيد انه عبد الله بن احمد بن عيسى حيث قال: مِنْهُم ابو الْحسن عَليّ بن مُحَمَّد ابْن أَحْمد بن حَدِيد بن عَليّ بن مُحَمَّد بن حَدِيد بن عبد الله بن أَحْمد بن عِيسَى بن مُحَمَّد بن عَليّ ابْن جَعْفَر الصَّادِق بن مُحَمَّد الباقر بن عَليّ بن زين العابدين بن الْحُسَيْن بن عَليّ ابْن ابي طَالب كرم الله وَجهه وَيعرف بالشريف ابي الْحَدِيد عِنْد أهل الْيمن اصله من حَضرمَوْت من اشراف هُنَالك يعْرفُونَ بَال ابي علوي بَيت صَلَاح وَعبادَة على طَرِيق التصوف انتهى (البرقة المشيقة: 150-151)

“Dan aku memahami dari yang ketarangan yang telah lewat, untuk pertama kali, berdasar apa yang terdapat dari Tarikh al-Jundi (kitab al-Suluk) dan kitab Talkhis al-Awaji, dan telah disebutkan pembicaraan tentangnya, dalam menerangkan biografi sosok al-Imam Abu al Hasan, Ali bin Muhammad bin Ahmad Jadid, bahwa Ubaid itu adalah Abdullah bin Ahmad bin Isa. (Yaitu) ketika ia (al-Jundi) berkata: sebagian dari mereka adalah Abu al-Hasan, Ali, bin Muhammad bin Jadid (Hadid, dua riwayat manuskrip) bin Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali bin Zainal Abdidin bin al-Husain bin Ali bin Abi Tholib karramallahu wajhah, dan dikenal dengan nama Syarif Abul Jadid menurut penduduk Yaman, asalnya dari Hadramaut dari para syarif di sana yang dikenal dengan Al Abi Alwi, yang merupakan rumah kesalihan dan ibadah dalam tarikat tasawwuf”. (al-Burqah al-Musyiqah: 150-151).

Perhatikan kalimat “waqad fahimtu mimma taqoddama” (dan aku memahami dari yang telah lewat itu), dilanjut kalimat “annahu Abdullah bin Ahmad bin Isa” (bahwa Ubaid bin Ahmad bin Isa itu adalah (orang yang sama dengan) Abdullah bin Ahmad bin Isa berdasar kutipan kitab sejarah karya al-Jundi.

Dari situ diketahui, bahwa yang dicatat sebelum itu hanya Ubaid bin Ahmad bin Isa, lalu ketika Habib Ali al-Sakran membaca kitab al-Jundi maka ia memahami (menyimpulkan) bahwa Ubaid ini adalah Abdullah.

lalu kenapa Abdullah menjadi Ubaid lalu Ubaidillah? Habib Ali al-Sakran berargumen bahwa Abdullah bin Ahmad seorang yang tawadlu, ia merasa tidak pantas bernama Abdullah (hamba Allah), maka ia menyebut dirinya (Ubaid) hamba kecil, tanpa lafadz “Allah”.

Perhatikan ibarah dibawah ini!

والذي يظهر عندي ان الشيخ الامام عبد الله بن أَحْمد بن عِيسَى بن مُحَمَّد بن عَليّ ابْن جَعْفَر كان من عظيم تواضعه … ويستحسن تصغير اسمه ومحو رسمه تحقيرا لها وتصغيرا لما ينسب اليها وافناء للدعوى ومقتضيات الهوى بحسب التسمية له بعبيد (البرقة المشيقة: 151)

“Dan sesuatu yang dzahir bagiku, bahwa sesungguhnya Syekh Imam Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Ja’far, karena tawadu’nya… ia menganggap baik di tasgirnya (dikecilkan secara lafadz) namanya dan dihapusnya tanda (keagungannya), karena menganggap hina dirinya dan mengaggap kecil sesuatu yang dinisbahkan kepadanya (nasab atau lainnya) dan melebur pengakuan dan kebiasaan nafsu, dengan mencukupkan nama baginya Ubaid.” (al-Burqoh: 151).

Dari keterangan diatas disimpulkan, bahwa dikalangan keluarga Ba Alawi sendiri, nasab yang masyhur hanyalah “Ubaid bin Ahmad bin Isa”, lalu ketika Habib Ali al-Sakran melihat kitab al-Suluk, yang menyebut nama Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib, ia berkesimpulan bahwa nama itu adalah nama lain dari Ubaid bin Ahmad bin Isa.

Kesimpulan terakhir, para pembela nasab Ba Alawi, harus mencari ketersambungan nasab para habib di Indonesia dari dua keterputusan, pertama keterputusan Ubaid yang kemudian disebut sebagai Abdullah, harus ada kitab yang lebih tua dari kitab al-Burqah yang menyebut nama Ubaid ini betul adalah Abdullah, yang kedua keterputusan Abdullah sebagai anak Ahmad bin Isa yang masih terputus riwayatnya selama 385 tahun dihitung berdasar wafatnya Ahmad bin Isa tahun 345 H sampai wafatnya al-Jundi pengarang kitab al-Suluk yang wafat tahun 730.

Oleh: KH. Imaduddin Utsman al-Bantani
Editor: Didin Syahbudin

Baca Juga

Ba Alawi, Situs Makam Dan Kesaksian Nasab

Nasib Tragis Pendukung Kiai Imaduddin (Jawaban Untuk KRT. Faqih Wirahadiningrat)

Nasib Tragis Ba Alawi Di Nusantara Dan Pemetaan Para Pendukungnya (Termasuk Gus Rumail Abas)

Tasawuf Dan Pembebasan

Tags: Ba Alwibahar bin smithDzuriyyahDzuriyyah Nabihabaibhabibhanif alatasHRSKeturunan Nabiketurunan palsuKeturunan RasulullahNasabnasab palsupemalsuan nasabpemalsuan silsilahRasulRasulullah SAWrekomendasi kepada negarasanad ilmuSilsilah Habibsilsilah nasabtest DNAUbaidUbaidillahulama
Next Post

Rangginang Dari Banten Untuk Hanif Alatas

Paling Banyak Dilihat

KH Imaduddin al Bantani

Ba Alawi, Situs Makam Dan Kesaksian Nasab

by Admin
29 September 2023
0

Untuk membela nasab Ba Alawi, para habib dan pendukungnya rela terbang ke Yaman. Lalu di sana mereka membuat video di...

Read more
Load More
  • All
  • Berita
  • Opini
  • Pustaka
  • Santri
  • Ulama
  • Pesantren

Ba Alawi, Situs Makam Dan Kesaksian Nasab

Nasib Tragis Pendukung Kiai Imaduddin (Jawaban Untuk KRT. Faqih Wirahadiningrat)

Nasib Tragis Ba Alawi Di Nusantara Dan Pemetaan Para Pendukungnya (Termasuk Gus Rumail Abas)

Mencari Kitab Suci Ke Barat: Antara Integritas Dan Solidaritas

Kitab Sezaman: Simulasi Peradilan Nasab

كتب التاريخ والطبقات لا تذكر نسب با علوي الى القرن التاسع

Load More

Baca Juga

Menjawab Ludfi Rochman Tentang Terputusnya Nasab Habib

by Admin
9 April 2023
0

Bantahan Terhadap Bantahan Habib Riziq Syihab Tentang Terputusnya Nasab Habib Kepada Rasulullah SAW

by Admin
27 Maret 2023
0

Debat Banten Selesai: Nasab Ba Alawi Tak Tertolong

by Admin
30 Agustus 2023
0

  • Opini
  • Berita
  • Pustaka
  • Ulama
  • Santri
  • Pesantren
Follow Us

©2021 RMI PWNU Banten | rminubanten.or.id.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • KH Imaduddin al Bantani
    • Karomah
    • Kisah
  • Biografi
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
      • Download
  • Download
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel

©2021 RMI PWNU Banten | rminubanten.or.id.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist