“Pintar itu perjuangan, namun Bodoh adalah Pilihan.”
Menyikapi masifnya pembelokan sejarah, hingga situs dan makam dari Mataram Islam (Surakarta Hadiningrat, Jogjakarta Hadiningrat, Pura Mangkunegaran & Pakualaman). Maka penulis melihat ini sebagai KEJAHATAN dan sekaligus KEKONYOLAN.
Kejahatan karena tentu saja ini perbuatan biadab. Bila membanggakan nasabnya sendiri saja itu perbuatan hina, apalagi merampok nasab orang lain diakui sebagai nasab dirinya.
Kekonyolan, karena data dan catatan di Keraton itu sangat kuat, lengkap & sistematis. Meminta isbat atau serat kekancingan nasab di era sekarang saja, salah satu syaratnya harus disaksikan keluarganya yang punya kekancingan nasab juga. Artinya ada penjamin, yang itu juga telah diakui syah sebagai kerabat Keraton. Sulit sekali ditembus. Kecuali kita konyol mau mencetak silsilah sendiri, distempel sendiri dan tidak peduli dengan kesaksian keluarga besar yang kita klaim tersebut. Yaaaah, mirip Robithoh Alawiyah lah. Nasabnya dikarang sendiri, distempel sendiri dan gak peduli dengan persaksian dari keluarga ahlil bait Nabi sedunia. Dan untuk masa mendatang saya yakin, Keraton juga akan menerapkan test DNA. Untuk mengantisipasi siapapun, baik yg sudah dapat serat kekancingan atau yang mau mengajukan agar tidak ada penyusup nasab.
Dalam trah Keraton Nusantara saya menyaksikan, sangat banyak yang diisi para manusia hebat & cerdas. Yang nyata-nyata memberi sumbangsih peradaban bagi Nusantara modern. Ke depannya, untuk penentuan nasab selain memakai Kajian Pustaka, juga akan patuh pada kaidah Genetika. Jangan seperti sebelah, yang ANTI SAINS, atau setidaknya pura-pura gak faham sains. Ingat ini Abad 21 Bung, jangan mundur cara berpikirnya ke Abad 12. Mengaku Islam tetapi anti sains, maka sama dengan menghina Al Quran. Dimana disitu ayat pertama saja, kita disuruh MEMBACA. Yaitu tidak saja ayat Qouliyah tapi juga Kauniyah. Dan ada begitu banyak perintah untuk berpikir (afala ta’qilun). Dan infornasi dari Allah SWT tentang sains juga banyak di Al Quran. Misal dari mana datangnya Al Hadid (besi atau metal) sampai bisa ada di bumi. Atau Big Bang Theory (dentuman besar sebagai awal dari penciptaan semesta), hingga tentang bersatunya cairan awal penciptaan manusia
(https://tafsirweb.com/11730-surat-al-insan-ayat-2.html).
Dan penciptaan manusia adalah sumbangan ‘cairan’ dari ayah & ibu. Jadi menafikkan nasab dari ibu juga perbuatan ANTI QURAN. Apa lupa pada sebuah nama ISA putra MARYAM? Jadi kaum patriarkhi sadarlah, nasab bisa disambungkan dari manapun, termasuk dari ibu. Karena ibu itu mulia, dan Islam memuliakan ibu 3x daripada ayah.
Lanjut…
Kecerobohan dari BA’ALAWI yang gegabah berurusan dengan Nasab Kerajaan Nusantara ini sangat fatal. Bagaikan membenturkan kepala ke batu cadas. Dan tentu saja memantik reaksi beragam. Dari para pakar sejarah, macam Prof. Peter Carey (Oxford University), hingga tentu saja pihak Keraton dan trah keturunannya.
Termasuk Mataram Islam yang sedang diperkosa habis-habisan, baik nasab hingga makamnya.
Penulis melihat, level kecerobohan seperti ini sesungguhnya tidak layak ditanggapi oleh sekelas Raja dan Pangeran. Karena KEBODOHAN itu ada tingkatannya. Tapi kebodohan tanpa literasi dan pemahaman akal sehat, adalah kebodohan paling rendah yang bisa dicapai manusia. Dan hanya muncul dari Kaum yang tidak terpelajar, atau malas belajar.
Imam Syafi’i : “Apabila kamu tak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan !”
Menjadi pintar itu perjuangan, tapi bodoh adalah pilihan.
Dan mereka memilih bodoh dengan membenturkan kepala kepada batu cadas. Berharap batu cadasnya pecah, nyatanya kepala sendiri yang kopyor.
Apabila Raja dan para Pangeran Mataram tidak level menanggapinya, lalu siapa yang pantas? Jawabannya tidaklah sulit.
Karena kebodohan akut, biasanya diperibahasakan dengan “Seperti Kerbau yang dicocok hidungnya.” Sangat pas bila kebodohan ini levelnya sama dengan Kerbau.
Dan Mataram punya Kerbaunya. Namun ini bukan kerbau sembarangan. Yaitu kerbau yang berhubungan dengan Legenda Kebo Kyai Slamet.
Ijinkan kali ini saya menyampaikan Legenda. Masak Ba’alawi saja yang boleh mendongeng bombastis atas datuknya. Bisa Mi’raj 70x ke langit tiap malam, sampai ontanya hapal jalan di langit. Atau datuknya bisa memadamkan api neraka. Hingga pedang datuknya yang mampu mengusir serbuan komunis Rusia, padahal yang jadi pentolan komunis di Yaman adalah banyak dari Ba’alawi sendiri.
(https://youtu.be/ieDtrKLvC2M?si=Nd31ZzqZVLe8Rehb).
Owalah…kampret memang, gitu kok ada saja yang percaya.
KEBO KYAI SLAMET
Kebo Kyai Slamet adalah sapi ajaib yang konon bisa berbicara dan mengobati penyakit.
Sapi ini juga menjadi lambang perlawanan Mataram Islam Surakarta terhadap penjajah Belanda.
Kebo Kyai Slamet berasal dari peristiwa pengungsian Paku Buwono II, raja kedua Mataram Islam Surakarta, ke Ponorogo pada tahun 1742.
Ia pun meninggalkan keraton dan berlindung di Pondok Tegalsari, sebuah pesantren yang dipimpin oleh Kyai Hasan Besari.
Dalam penelitian, berjudul Penelusuran Sejarah Kebo Bule “Kyai Slamet” di Keraton Surakarta dan Kelahiran Kesenian Kebo Bule sebagai Media Dakwah Islam di Ponorogo, oleh Rudianto.
Diceritakan setelah sampai di Ponorogo, Paku Buwono II bersemadi.
Dalam semadinya, dia mendapat petunjuk tentang benda pusaka bernama Kyai Slamet.
Kyai Slamet adalah sebuah tongkat kayu yang berisi ilmu gaib dan kekuatan spiritual.
Tongkat ini disimpan di sebuah gua yang dijaga oleh seekor sapi putih kemerah-merahan.
Paku Buwono II pun berangkat menuju gua tersebut bersama Kyai Hasan Besari dan beberapa pengikutnya.
Di depan gua, mereka bertemu dengan sapi putih yang ternyata bisa berbicara.
Sapi itu menyambut Paku Buwono II dengan hormat dan memberitahu bahwa ia adalah pengawal Kyai Slamet.
Sapi itu juga mengatakan bahwa ia bersedia mengikuti Paku Buwono II sebagai tanda baktinya kepada raja Mataram Islam Surakarta.
Paku Buwono II pun masuk ke dalam gua dan mengambil tongkat Kyai Slamet.
Ia juga membawa sapi putih tersebut bersamanya.
Sapi itu kemudian diberi nama Kebo Kyai Slamet oleh Paku Buwono II.
(Selengkapnya di : https://intisari.grid.id/read/033808730/mengenal-kebo-kyai-slamet-sapi-keramat-yang-dikagumi-raja-raja-mataram-islam-surakarta?page=all)
Kebo bule (berwarna putih) tersebut sudah kembali ke tempatnya semula setelah mengalami luka-luka dalam perang melawan Belanda. Dalam rangka untuk menyembuhkan diri. Namun tak kunjung kembali, entah kapan akan kembalinya.
Namun Kebo Bule pengawal pusaka Kyai Slamet tersebut memiliki keturunan, dan kini berjumlah sekitar 18 ekor. Yang terus dikembangbiakkan tiap generasi dan menjadi salah satu Pusaka Penting di lingkungan Keraton Surakarta Hadiningrat.
Jadi bagaimana, sepakatkah bahwa untuk menyikapi kebodohan dari pembelokan & perampokan sejarah ini cukup Kebo Bule Mataram?
Tentu saja tidak, Kebo Bule hanya simbolis saja. Bahwa bagi Mataram Islam, untuk melawan penjajah, kebonya saja ikut berjuang, apalagi segenap rakyatnya.
Agaknya Mataram Bangkit perlu disimbollkan dan digelorakan REVOLUSI KEBO KYAI SLAMET.
Maka bisa dilihat, bagaimana kini mengalirnya kebangkitan seluruh Bani Mataram melawan kebodohan tersebut.
(https://youtu.be/mfPJX6dVFow?si=O07W6uGvLS7W2CAr)
Kita sepakat bahwa NKRI memang harga mati. Tapi sejarah leluhur kita juga harga mati yang harus kita bela selamanya. Tidak saja untuk kehormatan leluhur kita, tapi untuk seluruh anak-cucu hingga akhir zaman.
Mataram Brang Wetan, 12 Oktober 2023
Wassalam, Salam Sejahtera, Rahayu Nusantaraku.
Penulis: KRT. FAQIH WIRAHADININGRAT