Warisan agung bumi pertiwi nusantara tidak hanya alam nan indah serta subur makmur tananya, namun lahirnya manusia-manusia bijak bestari sejak dahulu kala. Dari sekian banyak itu sebut saja Empu Tantular penggagas kebhinnekaan.
Konsep kebhinekaan telah dikenal jauh ratusan tahun, sebelum orang Amerika mengenal konsep pluralis ala Jhon Hick yang oleh kelompok Islamis dianggap “nabi” kaum pluralis.
Dari generasi Empu Tantular lompat ratusan tahun berikutnya bumi pertiwi melahirkan manusia sang pendobrak sesuai nama kecilnya yaitu “adhakhil” yang kelak setelah dewasa populer sebagai Gus Dur melebihi kepopulerannya sebagai Presiden RI ke-4.
Gus Dur merupakan penomena seumpama keajaiban alam. Ini diluar nalar akal sehat karena saat beliau wafat semua tokoh agama yang ada di nusantara ikut mendoakan tanpa ada yang mengkomandoi semua berjalan alami penuh ketulusan. Bahkan hingga kini diarea pusaranya dilantunkan doa-doa ketulusan oleh ragam ideologi keyakinan yang menziarahinya.
Gus Dur yang dianggap khowariqul adat atau ‘wali’ dalam tradisi sufism memiliki magnet tersendiri dari kalangan ulama hingga rakyat jelata. Oleh cendekiawan lokal hingga mancanegara.
Gus Dur yang memiliki trah darah biru tokoh pergerakan nasional sekaligus cucu ulama besar pendiri Nadlatul Ulama. Memiliki keunikan tersendiri, umumnya sepulang dari Timur Tengah tampil kemuka sebagai Kiai yang mengajar disiplin keilmuan agama.
Namun tidak demikian dengan Gus Dur. Gus Dur malah mengkampanyekan demokrasi ke publik nusantara dengan wadah “Prodem” bersama Marsilam Simanjuntak. Bagi Gus Dur hanya dengan demokrasilah nilai-nilai luhur agama bisa diejawantahkan alias membumi di bumi nusantara.
Dari kegigihan memperjuangkan demokrasi ini Gus Dur berada di garda terdepan membela kaum minoritas yang tertindas. dari pembelaannya terhadap demokrasi tak heran ketika beliau terpilih sebagai presiden RI ke-4 beliau mencabut kepres-kepres yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dan berbau diskriminatif. Dari kepres tersebut, Gus Dur mencabut kepres larangan perayaan imlek dan segala atribut yang menyertai simbol Tionghoa. Imbas pencabutan kepres larangan imlek tersebut, warga Tionghoa bisa merayakan imlek dengan leluasa.
Aa Bass
Koordinator Kajian tradisi dan pendidikan PW RMI Banten.
Editor: Kang Diens