“Pikiran membawa manusia keluar dari perbudakan, menuju kebebasan !!!”
(Thought takes man out of servitude, into freedom)
~ Henry Wadsworth Longfellow
Siapapun tahu bahwa kemerdekaan kita diproklamasikan tepat tanggal hari ini 17 Agustus, 79 tahun silam.
Siapapun juga mengerti bahwa kita merdeka dari penjajahan bangsa asing selama ratusan tahun lamanya melalui serangkaian perjuangan dengan berkorban darah dan air mata, segenap jiwa dan raga.
Yang terakhir, siapapun juga faham bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, dan akan menjadi pintu gerbang menuju suatu masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
Namun apakah kita pernah benar-benar berpikir bahwa kita masih belum sepenuhnya merdeka?
Apakah kita sungguh menyadari bahwa bangsa ini masih hidup di dalam alam perbudakan?
Dan apakah kita memahami bahwa negeri ini selalu saja mengulang kesalahan yang sama di hampir setiap jaman dan setiap generasinya sejak masa silam hingga kekinian?
Anda tidak percaya dan merasa itu hanyalah becanda saja? Mari kita bedah, mari kita buktikan dan mulailah BERPIKIR !
DEFINISI DARI KEMERDEKAAN
Kemerdekaan berarti bangsa Indonesia memperoleh kebebasan yang seutuhnya, bebas dari segala bentuk penindasan dan penguasaan bangsa asing. Sementara itu, definisi kemerdekaan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ialah sebuah kebebasan, lepas, tidak mendapat tekanan dari luar, tidak terjajah, dan lain-lain.
Dengan adanya bangsa asing sebagai imigran yang masih bercokol di Indonesia. Yang fakta sejarah mengatakan mereka adalah didatangkan oleh penjajah, mendapatkan fasilitas dari penjajah, bekerja pula demi kepentingan penjajah, menolak upaya kemerdekaan dan lebih suka Indonesia dijajah, absen di dalam perjuangan kemerdekaan, dan pada akhirnya setelah kita benar-benar merdeka lalu tiba-tiba sejarah mereka belokkan seakan merekalah pemilik bangsa ini, dan merekalah yang paling berjasa di dalam merebut kemerdekaan kita. Apakah ini bukan sebauah noda di alam kemerdekaan?
Lalu kondisi semakin diperparah dengan mereka tidak mau melebur dengan suku-suku lainnya di Nusantara. Karena merasa rasnya lebih mulia dan tidak setara dengan kita semua. Jelas ini adalah penegasan dari mereka sendiri sebagai entitas asing yang masih berupaya ingin melanggengkan penjajahan pada bangsa ini.
IRONISNYA TERNYATA PELAKUNYA ADALAH KAUM BA’ALWI IMIGRAN DARI YAMAN.
ARTI PERBUDAKAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna kata ‘budak’ adalah ‘hamba’ atau ‘jongos’.
Sedangkan ‘perbudakan’ berarti ‘sistem segolongan manusia yang dirampas kebebasan hidupnya untuk bekerja guna kepentingan golongan manusia yang lain’.
Perbudakan juga dapat diartikan segala hal mengenai pengendalian terhadap seseorang oleh orang lain dengan cara paksaan.
Sedangkan, budak adalah orang yang dikendalikan oleh orang yang berkuasa atau berkedudukan tinggi.
Intinya, perbudakan atau budak adalah manusia yang tidak mendapat kemerdekaan hidupnya karena diperdaya atau diperalat oleh manusia yang lain demi kepentingan manusia itu sendiri.
Lalu ketika seseorang dengan klaim palsu dan sesat mengaku sebagai cucu Nabi, lantas dia memperdaya orang lain agar tunduk padanya apakah itu bukan upaya perbudakan?!?
Kemudian mereka melakukan ancaman bagi siapa yang tidak mau tunduk kepada dirinya sebagai cucu Nabi, maka tidak akan selamat hidupnya di dunia dan akhirat. Apakah upaya pemaksaan dengan doktrin tersebut bukan pula perbudakan?!?
Lalu mereka yang gemar memperdaya itu menjuluki dirinya sebagai HABIB atau orang yang dicintai, sementara manusia lain yang mengikutinya sebagai MUHIBBIN atau para pecinta. Dan dengan kata kunci CINTA, mereka mengunci akal sehat manusia. Bahwa sebagai pecinta mereka seharusnya rela melakukan pengorbanan tanpa batas bagi yang dicintainya. Karena siapapun tahu bahwa besarnya cinta itu diukur dari besarnya pengorbanan.
Lalu apakah dengan merampas kemerdekaan melalui suatu pengorbanan, dengan tipu daya atas nama cinta itu bukanlah perbudakan?!?!
IRONISNYA TERNYATA PELAKUNYA ADALAH KAUM BA’ALWI IMIGRAN DARI YAMAN !!!
KESALAHAN KITA YANG SELALU BERULANG
Sebagai sebuah Bangsa yang besar, yang memiliki kesejarahan panjang, kita patut berbangga dengannya. Kita juga patut meneruskan segala karya besar para pendahulu kita. Dan kita selalu dapat mengatasi semuanya bila memiliki harga diri serta kesadaran mandiri yang sejati di dalam bangsa ini.
Bukankah kita mampu mengusir dan menghancurkan segala kekuatan asing yang ingin menguasai kita? Bukankah kemerdekaan kita juga hasil dari perjuangan dan bukan dari pemberian?
Bukankah kita 2x mampu mengalahkan Mongol yang waktu itu statusnya sebagai bangsa penakluk dunia?
Mongol menaklukkan hampir semua peradaban besar dunia. Mereka hanya gagal karena salah strategi di Mesir dan tersapu badai di Lautan Jepang. Namun di Nusantara yang iklimnya bersahabat mereka kita hancurkan dengan telak. Sehingga Dinasti mereka menganggap kita setara dan kemudian menjalin hubungan bilateral yang sepadan.
Mongol tercatat menaklukkan peradaban tua dan tinggi pada Tiongkok Raya, sekaligus mereka menghancur-leburkan Dinasti Abbasiyah yang merupakan Super-Power saat itu di dunia.
Lalu bagaimana dengan Bamgsa Khazar di Asia Tengah? Tentu saja itu hanyalah kelas tikus bagi singa-singa padang rumput dari pejuang Bangsa Mongol yang perkasa. Lalu mengapa kini Bangsa Khazar dari Kaukasus yang berhaplogroup Y-DNA persis Kaum Ba’alwi Yaman mampu menjajah dan menipu bangsa kita sebagai tidak setara? Sementara dulu Mongolnya saja kita hajar hingga akhirnya menganggap kita bangsa yang setara dengan mereka.
Pertanyaannya, hilang kemanakah harga diri dari bangsa ini ?!?
Kesalahan kita hanya 2 dan itu selalu berulang :
- Sebelum era kolonialisme barat, kita sangat gemar berperang sesama bangsa sendiri. Lihatlah Sanjaya vs Syailendra, atau Daha vs Jenggala. Setelah Daha menang ganti dihancurkan Singasari. Kemudian Perang Paregreg sesama keturunan Majapahit hingga Imperium terbesar Nusanrara itu harus runtuh dan musnah. Juga bagaimana korban ratusan ribu jiwa ketika perang suskesi Demak antara Pajang vs Jipang, dan tentu saja masih banyak contoh yan lainnya
- Setelah Bangsa Kulit Putih datang, perang saudara itu masih juga gemar kita lakukan. Sehingga sangat mudah untuk diadu-domba. Dan ini masih diperparah dengan hancurnya karakter bangsa kita dengan mental inlander. Sebagai akibat ditanamkannya politik kelas yang menganggap bangsa kita rendah dan hina dibawah semua bangsa asing. Bahkan dibawah anjing. Ini sangat ironis. Padahal sebelum kulit putih menjajah, orang asing diberi kasta sangat rendah dibawah Kaum Sudra yaitu Mlecchia yang kelasnya hanya diatas Tuccha (kaum kriminal).
Dua kesalahan ini, yaitu mudah diadu-domba dan rendah diri, adalah penyakit kronis yang harus dihapus bila kita ingin benar-benar merdeka. Tanpa itu dihapus kita sejatinya masih mudah terjajah. Apakah hingga kini masih ada praktiknya? Jawabannya : Ada !
Siapa lagi pelakunya kalau bukan KAUM BA’ALWI IMIGRAN YAMAN. Mereka gemar mengadu-domba sesama anak-bamgsa. Sesama NU, sesama orang Islam, sesama kaum beragama agar saling membenci dan berpecah-belah. Tidak saja dari mereka yang berwajah radikal, hal ini juga dilakukan oleh mereka yang berwajah moderat. Pada akhirnya tetap mereka membelokkan sejarah dan berusaha menyesatkan generasi muda bangsa. Contohnya? Ada ahli tafsir yang mengatakan Imam Bonjol Ba’alwi bermarga Bin Syihab. Dan ada pemimpin organisasi Thoriqoh (terakhir terindikasi palsu kemursyidannya) yang memalsukan makam dan mengklaim banyak keluarganya BIN YAHYA adalah orang penting dalam kesejarahan bangsa.
Hanya satu kata : PRETTTTT !!!
Mantan Menteri Pertahanan Israel Moshe Dayan ditanya dalam sebuah wawancara : “Apakah Anda tidak takut orang-orang Arab akan mengetahui rencana Anda dan mempersiapkan diri mereka untuk membalas ?” Tanggapannya, ”Yakinlah, orang-orang Arab adalah bangsa yang tidak membaca, dan jika mereka membaca mereka tidak mengerti, dan jika mereka memahami mereka tidak bertindak.”
Kaum Ba’alwi Yaman secara genetika bukanlah Bangsa Arab, mereka sama dengan Yahudi keturunan Khazar yang kini menjadi mayoritas di negeri Zionis Israel. Dari pernyataan Moshe Dayan diatas maka janganlah Bangsa Nusantara kita dianggap sama dengan Bangsa Arab yang kondisinya tidak berdaya hingga kini dan dianggap sama lemahya dengan mereka.
Mari kita gemar membaca, mari kita rajin menulis, mari kita lantang bersuara dan pastinya mari kita berani bangkit untuk bertindak !
Dan kesemua itu diawali dari kesadaran pikiran, dan pada akhirnya terbitlah keberanian suatu tindakan !
Tanpa berpikir kita tentu masih terjajah, tanpa berpikir kita akan mudah dipebudak, dan tanpa berpikir kita sejatinya sama sekali belum pantas berbicara kemerdekaan !!!
DIRGAHAYU NEGERIKU, DIRGAHAYU NUSANTARAKU, MERDEKA !!!
(KRAT. FAQIH WIRAHADNINGRAT – 17 Agustus 2024)