• Tentang Kami
    • Pengurus
  • Kontak
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel
No Result
View All Result
RMI PWNU Banten
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel
No Result
View All Result
RMI PWNU Banten
No Result
View All Result
Home Pustaka Karya Sastra

Kisah Cinta Santri Banten Yang Penuh Lara Namun Sarat Makna

(Resensi Novel Dari Banten Kusebut Namamu) Kehidupan dara belia ini sesungguhnya nyaris sempurna. Memiliki segala hal untuk hidup nyaman, lahir batin, dalam iman dan amal. Namun hidup memang penuh benturan. Keimanannya diuji.

Admin by Admin
6 Juli 2021
in Karya Sastra, Pustaka
3 min read
0
0
SHARES
150
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Peresensi: Endi Biaro (Pegiat Literasi Tangerang)

Berasal dari Kota Serang, berkelana Menuntut ilmu sampai ujung Jawa, menemukan cinta di sebuah kampus Jakarta, Naila. Cantik. Cerdas. Pekerti baik. Keturunan Sultan Banten. Cintanya membentur tembok!

Kehidupan dara belia ini sesungguhnya nyaris sempurna. Memiliki segala hal untuk hidup nyaman, lahir batin, dalam iman dan amal. Namun hidup memang penuh benturan. Keimanannya diuji.

Goncangan datang dari pojok tak terduga. Persis saat seorang jejaka tampan, mapan, dan berpendidikan bagus, datang mendekat. Hati keduanya terpaut.

Inilah penggalan awal di sebuah novel berjudul: Dari Banten Kusebut Namamu. Karya fiksi ini ditulis seorang Ulama muda asal Kreasek, Tangerang, Banten.

Baca Juga

HSN 2022 RMI Kab. Serang Selenggarakan Bedah Kitab Dan Ijazah Kitab Kuning

Al Manahijus Shafiyyah Kitab Syarah Alfiyah Berbahasa Arab Karya Ulama Nusantara

Pendapat DR. Tholabi Kharli Tentang Buku Induk Fikih Islam Nusantara Karya Ulama Banten KH. Imaduddin Utsman Albantani

Pram, Rendra dan Kejeniusan Sastra

Tuturan berlanjut. Sang pria muda yang mencuri hari Naila (bernama Farid), wajib merebut hati dan simpati keluarga Naila, terkhusus Bapak dan Kakanya. Musababnya, di keluarga Naila ada tradisi menikahkan para anak perempuan dengan sesama trah Banten. Dan Farid berada di luar garis itu.

Jalan terjal menghadang. Meski terjadi beberapa peluang untuk memperoleh restu keluarga, namun justru kandas. Pedihnya, kegagalan mereka untuk menikah sama sekali di luar kendali.

Padahal, Farid adalah seorang pejuang tulen. Mau berkorban. Punya modal materi berlimpah. Seraya terbukti tulus mencintai. Pria ini malah rela menemani Naila, di saat sang pujaan terjerat kasus hukum.

“Riwayat” cinta keduanya lantas bergulir dari satu konflik ke konflik lain. Melibatkan bahkan mengorbankan banyak pihak. Di kubu Naila, salah satu sohib kentalnya, bernama Syarifah, bahkan harus wafat.

Tak selesai di situ. Di bagian lain novel ini, terjadi banyak plot mengejutkan, tak terduga. Meski Novel ini bergenre romantika berbalut sejarah Banten, namun cukup kaya dengan sisipan informasi khas Banten . Baik dari sisi tradisi, keislaman, keagungan masa lalu, maupun penggambaran watak dan karakter Sosial di Banten.

Membaca Novel ini jelas berfaedah banyak.

Utamanya jika kita mau jujur, bahwa karya fiksi justru jauh lebih menghunjam impresi dan sensasinya, dalam menceritakan sejarah dan akar budaya sebuah daerah. Karya sastra justru melecut imajinasi.

Semisal dalam memperkenalkan lanskap sosio historis Banten, akan jauh lebih merangsang andai dirajut dalam kisah-kisah imajinasi, seperti di novel ini.

Balik lagi ke Naila dan Farid.

Penulis novel ini cukup mampu menggambarkan sosok mereka secara paripurna. Naila dan Farid, mewakili person generasi milenial, yang terdidik, berprofesi baik, namun memiliki ghirah Islam yang kuat. Fenomena seperti ini terasa lazim di dunia nyata. Pun di Banten.

Berikutnya, masuk ke pusaran puncak dalam isi novel ini. Yakni saat Naila (terpaksa) menikah dengan orang lain. Namun jangan dibayangkan bahwa si gadis direbut paksa oleh semacam Datuk Maringgih (yang hanya mengandalkan kekuatan materi).

Justru uniknya, pelamar Naila yang disetujui orangtuanya, tak kurang bagusnya dengan Farid. Seorang lelaki dari keluarga terpandang, politisi hebat, dan bermoral teguh. Farid tersingkir.

Babak kekalahan Farid begitu pilu. Persis saat ia berada di puncak Menara Masjid Agung Banten, ia melihat iring-iringan mempelai pria wanita (dan si wanita adalah Naila). Sontak Farid meradang, namun langkahnya terhenti oleh pukulan telak dari Kakak Naila, bernama Habib.

Tiang iman Farid runtuh. Begitu kecewa karena gagal menikahi pujaannya. Padahal dia siap segala hal. Termasuk bermunajat khusyu di depan Ka’bah. Tak tahan dengan rundungan hebat ini, Farid runtuh. Ia menjadi gila.

Sudah tamat? Belum…

Di novel ini sisipan pesan moral Islami terkemas manis. Tidak menceramahi terbuka. Melainkan dengan alur permainan psikologis.

Lihat: saat Farid gila, seolah ia lelaki payah, tak terima takdir. Padahal justru sebalinya, pria ini memegang keyakinan setegar karang. Mirip-mirip cinta Julaikha kepada Nabi Yusuf.

Di ujung novel, pembaca kemudian tersadarkan, bahwa takdir bukan seperti air pancuran yang sekaligus turun. Melainkan via proses pontang-panting.

Naila telah bahagia, sementara Farid gila. Tapi endingnya menjadi lain. Dan silahkan untuk mengehtahui tuntas, baca Novel bagus ini.

Info Detil Buku:

  1. Judul: Dari Banten Kusebut Namamu
  2. Penulis: Imaduddin Utsman Al Bantani
  3. Penerbit: Deep Publishing
  4. Tebal: 196 halaman.
Next Post

Cara Kiai Bersiap Untuk Hari Kematian

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Paling Banyak Dilihat

Opini

Sumber-sumber Belanda Tentang Sejarah Banten Abad 19 Masehi

by Admin
29 Desember 2022
0

Dari 1723 berkas/bundel arsip Directie der Cultures ini ternyata baru 3 (tiga) berkas yang sudah jelas berkenaan dengan Banten yaitu:...

Read more
Load More
  • All
  • Berita
  • Opini
  • Pustaka
  • Santri
  • Ulama
  • Pesantren

Sumber-sumber Belanda Tentang Sejarah Banten Abad 19 Masehi

Mengkaji Kitab Lawaqihu al-Anwari al-Qudsiyati

PWNU Banten, KH Bunyamin: Kami Siap Sukseskan Porseni NU 2023 Di Kota Solo

Tadarus Jiwa Dalam Perspektif Filsafat Idealisme

RMI PCNU Kab. Serang Peringati Hari Santri Nasional 2022 Dengan Bedah Kitab Dan Ijazah Sanad 19 Kitab

HSN 2022 RMI Kab. Serang Selenggarakan Bedah Kitab Dan Ijazah Kitab Kuning

Load More

Baca Juga

MUI Banten Keluarkan Fatwa Haram Membaca Al-Quran Di Atas Trotoar

by Admin
22 April 2022
0

Sebut Ma’had Al Abqory Terkait HTI, RMI Rekomendasikan Hapus Dari Program PUPR, Kecuali…

by Admin
19 Juli 2021
0

45 Ulama Nusantara Penulis Kitab Kuning Berbahasa Arab Sepanjang Masa

by Admin
27 Februari 2022
2

  • Opini
  • Berita
  • Pustaka
  • Ulama
  • Santri
  • Pesantren
Follow Us

©2021 RMI PWNU Banten | rminubanten.or.id.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel

©2021 RMI PWNU Banten | rminubanten.or.id.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist