Penulis: Kgm. Rifky Zulkarnaen
Ada 2 rumus yang akan penulis sampaikan. Sebelum itu, kami menerangkan bahwa ini berdasar observasi penulis; dan Anda, para pribumi Nusantara, juga tentu melakukan hal yang serupa baik Anda sadari atau tidak Anda sadari yaitu mengamati, menilai, dan mungkin mengalaminya sendiri secara langsung.
Penulis merumuskan relasi antara Trust Level kepada Habib atau percaya bahwa Habib itu dzurriyah Rasul dengan manfaat dan mudharat (bencana, bahaya) dalam 2 rumus berikut:
Pertama. Bencana = Tingkat Kepercayaan ke Habib.
Bencana berbanding lurus dengan tingkat kepercayaan kepada Habib atau berbanding lurus dengan tingkat kepercayaan bahwa habib itu dzurriyah Rasul. Bencana atau musibah di sini bentuknya bisa bencana finansial, bencana sosial, bencana budaya, bencana politik, bencana kemanusiaan, bencana spiritual atau bentuk lainnya.
Dengan demikian semakin tinggi kepercayaan anakmu bahwa Habib adalah dzurriyah Nabi, semakin tinggi pula potensi bencana dunia-akhirat yang dialaminya. Semakin rendah tingkat kepercayaan anakmu bahwa Habib adalah dzurriyah Nabi, semakin rendah pula potensi bencana dunia-akhirat yang dialaminya. Jika anakmu sama sekali tidak percaya kepada habib, maka potensi bencana yang akan ditimpakan Habib kepada anakmu adalah nol. Dengan kata lain, semakin tidak percaya Habib semakin terhindar dari bencana yang dibawa oleh Habib.
Kedua. Manfaat = — (Tingkat Kepercayaan ke Habib). Manfaat berbanding terbalik dengan tingkat kepercayaan kepada Habib atau berbanding terbalik dengan tingkat kepercayaan bahwa habib itu dzurriyah Rasul.
Semakin tinggi tingkat kepercayaan anakmu bahwa Habib adalah dzurriyah Nabi, semakin bernilai minus manfaat dunia-akhirat yang diperolehya. Dengan kata lain semakin percaya semakin rugi, semakin percaya semakin mudharat. Sebaliknya, semakin minus tingkat kepercayaan anakmu bahwa Habib adalah dzurriyah Nabi, semakin tinggi manfaat dunia-akhirat yang diperolehnya. Jika anakmu semakin tidak percaya kepada Habib, maka potensi manfaat yang akan diperoleh anakmu semakin tinggi. Semakin minus kepercayaan anakmu kepada Habib maka semakin beruntunglah anakmu. Ringkasnya: semakin tidak percaya semakin untung.
Sebagai suatu bukti sekaligus contoh, hasil observasi dan eksperientasi dari KH. Tamam Munji1 yang diutarakan pada acara “Ngobrol Santai: Mengembalikan Warga NU ke Kyai NU. Tentang Nasab Baalawi” di YouTube Gus Aziz Jazuli serta di beberapa video beliau lainnya menjelaskan dimensi aksiologis dari hadirnya Tesis Kyai Imad. Beliau mengungkapkan bahwa (penulis parafrase dan ringkas untuk efisiensi tanpa mengubah substansi):
“Dengan adanya kritik dari Kyai Imad (terhadap nasab Habib yang terbukti bukan Cucu Nabi) efeknya kan sudah kelihatan. Ada perbedaan luarbiasa. Perbedaannya adalah di seluruh Indonesia perguruan tinggi Islam maupun perguruan tinggi umum itu kan mengadakan dialog-dialog moderasi beragama, itu enggak mempan. Tetap saja ada penggunaan simbol-simbol agama untuk kehendak kuasa atas nama agama, muncul radikalisme terorisme. Setelah adanya tesis Kyai Imad,
ekstemisme-radikalisme atas nama agama itu berkurang, terasa sekali. Dawir habib ke kyai menurun bahkan hilang. Ketegangan politik sebagaimana di Pilpres 2014, Pilgub 2017, dan Pilpres 2019, tidak terjadi. Kembalinya marwah ulama-ulama NU. Diakui atau tidak diakui para habaib sudah enggak berani ngenyek kyai NU dengan sebutan-sebutan hewan.”
Penulis juga mengamati dan merasakan fenomena serupa. Pada tanggal 1 Februari 2024 penulis menguraikan bagaimana peran dan posisi Tesis Kyai Imad membuat Pemilu 2024 menjadi Adem di video berjudul “MENGAPA PEMILU 2024 “ADEM” ⁉️ INTERRELASI TESIS KYAI IMAD, PEMILU 2024 & HABIB BIN YUYA DUKUN FIRAUN2.
KH. Imaduddin Utsman Al Bantani juga menjelaskan bagaimana bahaya dunia-akhirat bagi mereka yang mempercayai dan membela nasab Habib dalam tulisan berjudul “7 Bahaya Bagi Para Pembela Pencangkok Nasab Nabi”3.
Komentar-komentar netizen menyatakan pengamatan dan penilaian senada itu bahwa pasca terkuaknya fakta bahwa Habib bukan keturunan Nabi melainkan keturunan Yuya Dukun Firaun, ada yang menulis di kolom komentar4: pendawiran anjlok 95%, doktrin anjlok 95%, jualan nasab anjlok 95%, jualan ‘barokah’ anjlok 95%, pemalsuan makam anjlok 90%, arogansi anjlok 60%, persekusi menurun 90%, mukibbin anjlok 70%, demo makar berjilid-jilid anjlok 95%, serta lain sebagainya semacam itu; di mana hal-hal yang sangat buruk bahkan patut diduga sangat kuat memenuhi parameter kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity) itu menurun drastis seiring menurunnya Trust Level Masyarakat kepada Klan Habib Baalwi.
Analisis mafhum mukhalafahnya pun dapat diterima berdasar pattern itu. Seiring semakin meningkatnya Trust Level masyarakat ke Habib, semakin meningkat pula kuantitas dan intensitas: pendawiran, pendoktrinan, kapitalisasi nasab, pemalsuan makam, distorsi sejarah, arogansi Habib kepada pribumi, caci maki kepada kyai NU, persekusi kepada yang tidak mempercayai dan atau mengkritisi Habib, demo makar, hegemoni dan lain sebagainya. Coba Anda bayangkan bagaimana jadinya jika Trust Level ke Habib terus meningkat maka akumulasi dan agregasi kedzaliman-kedzaliman itu jelas membuat masyarakat akan semakin menderita dan dari perspektif pertahanan negara merupakan ancaman yang, penulis nilai, ekskalasi bahayanya fatal bagi keselamatan dan eksistensi seluruh Bangsa Indonesia.
Berhubungan dengan realitas itu masih terekam di YouTube dengan sangat jelas seterang matahari di siang hari Habib Novel Alaydrus pada suatu ceramah doktrinnya5 yang berapi-api meledak-ledak dengan gestur, facial expression, intonasi dan voice tone yang terdengar sangat dekat dengan pengidap kekacauan kepribadian, di hadapan publik ia berteriak-teriak:
“Sebagaimana bintang-bintang di langit tanda aman maka wujudnya anak cucuku (Rasul) adalah tanda keamanan. Maka amannya bumi tergantung amannya Habaib seluruh Indonesia. Kalau Habib di Indonesia sudah tidak aman bukan cuman Indonesia yang tidak aman tetapi bumi akan dihancurkan oleh Allah Taala. Lindungi habibmu! Caranya: Jangan cela! Jangan caci! Jangan maki! Jangan hina! Jangan rendahkan! meskipun wujudnya seperti setan!”
Teriakan doktrin Habib Novel Alaydrus tersebut secara empiris terbukti salah. Dalam hampir 2 tahun terakhir sepanjang Polemik Nasab berlangsung malahan masyarakat membuktikan bahwa realitas justru bergerak berlawanan dengan doktrin itu: (1) Trust Level masyarakat kepada Habib turun, keamanan Indonesia meningkat, (2) Semakin tinggi Trust Level masyarakat kepada Habib, masyarakat Indonesia semakin dalam keadaan bahaya, (3) semakin masyarakat mencela, mencaci, menghina, merendahkan Habib dampaknya Indonesia semakin aman dan tentram; terlebih kepada Habib yang wujudnya seperti setan (ini seperti filosofi dan nilai lemparan Jumroh pada ibadah Haji6), (4) Tidak sebagaimana bintang-bintang dilangit tanda aman, keberadaan wujud Habib anak cucu Yuya sangat cenderung tanda ketidakamanan suatu masyarakat, bangsa dan negara.
Pattern ini baru kita alami kurang dari 2 tahun. Bagi penulis itu durasi yang cukup untuk menyatakannya valid. Bagi yang menyatakan sebaliknya, artinya ia membutuhkan durasi pengumpulan data yang lebih panjang dan lebih banyak. Jika demikian, nampaknya kita perlu bersama-sama melanjutkannya ke time frame 20 tahun ke depan. Kalau perlu minimal 36 tahun sebagaimana durasi pertikaian hebat antara keluarga Baalwi dengan sesama Imigran Yaman non-Baalwi7. Berbeda dengan pertikaian hebat itu, lokus kita di jalur ilmu pengetahuan, edukasi dan penyadaran. Yah, tentu saja apabila diajak ke luar lokus, wa jazau sayyiatin sayyiatun mitsluha.
Footnote:
- https://www.youtube.com/live/DGpddSWqDng?si=TLkFAABVFDBp1NOi&t=5843 ↩︎
- https://youtu.be/FnP5mumzCP8?si=RGKN0SwEcEWUcYA8 ↩︎
- https://rminubanten.or.id/tujuh-bahaya-bagi-para-pembela-pencangkok-nasab-nabi/ ↩︎
- https://youtu.be/I3uBtHpvf4o?si=OVvJ_HI1935LEOzl ↩︎
- https://youtu.be/nj4hMRECtIY?si=1NY6MB23yqszsafb , https://youtu.be/r_WX53y_vhk?si=KKifCrF1MCLpgiLF ↩︎
- https://www.detik.com/hikmah/haji-dan-umrah/d-6527761/keutamaan-lempar-jumroh-dalam-ibadah-haji-benarkah-seperti-melempar-setan ↩︎
- https://beritabantul.pikiran-rakyat.com/tokoh/pr-2446757404/konflik-habaib-dan-keluarga-walisongo-11-rabithah-alawiyah-ribut-36-tahun-dengan-sesama-imigran-yaman?page=all ↩︎