Memperhatikan penyampaian penceramah yang mengatakan bahwa “belajar pada 1 orang Habib lebih utama dari pada belajar pada 70 orang ulama atau kiai, meskipun 1 orang Habib itu bodoh”. Saya sebut pernyataan begitu super jahil, mengarah pada penyesatan umat. Sangat berbahaya seperti “bisa ular cobra” yang mematikan nalar umat untuk menuntut ilmu.
Oknum penceramah yang mengatakan pernyataan seperti diatas, tentu perlu ada tanggapannya agar umat bisa memilih mana yang benar, mana yang salah dan mana yang lurus mana pula yang sesat. Umat perlu diarahkan dan diberikan penjelasannya sesuai dengan fakta kebenaran, hujjah bahkan disampaikan secara logis dan rasional.
Dalil Al-Qur’an
Mari kita perhatikan dan dipahami firman Allah SWT surat al-Mujadalah ayat 11.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha waspada apa yang kamu kerjakan”, (QS. al-Mujadalah: 11).
Perhatikan tafsir dari ayat di atas ini. Kita tengahkan tafsir Tanwir al-Miqbas Ibnu Abbas (hlm.: 346). Dijelaskan bahwa pada kalimat.
والذين أوتوا العلم اى أعطوا العلم مع الإيمان (درجات ) فضائل في الجنة فوق درجات الذين أوتوا الإيمان بغير علم إذ المؤمن العالم افضل من المؤمن الذي ليس بعالم.
Dalam tafsir di atas dijelaskan lafadz أوتوا العلم adalah أعطوا العلم مع الإيمان yaitu diberikan ilmu disertai keimanan, sementara lafadz درجات ditafsiri dengan fadloil yakni keutamaan-keutamaan nanti di surga, mengungguli derajatnya orang beriman tanpa ilmu. Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu begitu jelas menafsiri ayat 11 dari al-Mujadalah. Orang yang berilmu disertai iman lebih utama dari orang beriman tanpa ilmu.
Lihat pula firman Allah SWT didalam surat az-Zumar ayat 9.
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: “Katakanlah adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”, (QS. az-Zumar: 9)
Dalil Hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang diriwayatkan oleh 2 Imam hadits sekaligus, yaitu.
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ
Artinya: “barang siapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan, maka Allah akan berikan kepadanya pemahaman yang mendalam tentang ilmu agama (HR Al-Bukhari dan Muslim)”.
Lafadz من itu berlaku kepada siapapun, yang Allah kehendaki, meski terlahir dari darah orang biasa jika orang tersebut diberi kemampuan untuk memahami agama itu artinya Allah sudah memberi kebaikan yang lebih kepadanya.
Qoul Ulama
Kita pahami apa yang disampaikan oleh Hadrotusyaikh KH. Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang dalam kitabnya Adabu al-Alim wa al-Mutaallim, beliau mengatakan.
وإذا كان لا رتبة فوق النبوة فلا شرف فوق شرف الوراثة لتلك الرتبة
Artinya: “Ketika tidak ada derajat yang lebih mulia daripada derajat kenabian, maka tidak ada kemuliaan yang dapat mengalahkan kemuliaan para pewaris derajat kenabian tersebut (yaitu para ulama)”.
Pengertian pewaris para nabi dalam hadits itu adalah pewaris ilmu para nabi, bukan pewaris darahnya para nabi. Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ (رواه البخاري)
Artinya: “Ulama adalah pewaris para nabi” (HR Bukhori ).
Saya kira sudah jelas, bahwa yang dimaksud yang lebih utama diantara kita adalah para ulama, orang yang memiliki ilmu bukan mereka yang memiliki darah mulia, karena jika dilihat darah keturunan mulia tidak menjamin jadi mulia, tapi dengan ilmu lah kemuliaan itu didapatkan.
تعلم فليس المرء يولد عالما # وليس اخو علم كمن هو جاهل
Artinya: “belajarlah karena tidak ada seseorang terlahir sebagai orang alim, dan tidak sama yang mempunyai ilmu seperti orang bodoh”.
Akhir Kalimat
Kalau kita perhatikan penjelasan dari atas hingga ke bawah bisa kita simpulkan bahwa tidak ada penjelasan 1 orang Habib yang jahil lebih utama dari 70 orang alim yang bukan habib. Karena ayat dan hadits tidak ada satu pun yang menjelaskan secara shorih ( jelas ) terkait keutamaan 1 orang Habib.
Tetapi kalau ada yang memahami itu berdasarkan hadits sekalipun tentu akan menabrak ayat 11 dari surat al-mujadalah tersebut, tetapi tidak kita temukan antara ayat Al-Qur’an dengan hadits Rasulullah saling bertentangan. Kalaupun ada yang mengada-ada itu artinya tengah diucapakan oleh “Londo Ireng” alias para pencoleng agama sekaligus perusak Islam.
Serang, 26 April 2023
Oleh: Kiai Hamdan Suhaemi (Wakil Ketua PW GP Ansor Banten, Ketua PW Rijalul Ansor Banten, Idaroh Wustho Jatman Banten, Sekretaris Komisi HAUB MUI Banten)
Editor: Didin Syahbudin
RESIKO PERNIKAHAN SEDARAH DARI KLAN HABIB BA’ALWI DITINJAU DARI SISI GENETIKA
"Saya seorang Muslim dan agama saya membuat saya menentang segala bentuk rasisme. Itu membuat saya tidak menilai pria mana pun...
Read more