Virus Post Kolonialisme adalah tersisanya mental terjajah bagi sebuah bangsa yang pernah lama dijajah. Ia tidak segera hilang dari seluruh bangsa secara merata bersamaan dengan kemerdekaan yang telah diraih yang diperjuangkan para pahlawan bangsa. Bagi para pejuang, ia tetap merdeka bahkan ketika negerinya yang tercinta diduduki bangsa lain serta mayoritas saudara-saudaranya yang sebangsa masih sebagai budak bangsa lain; tapi bagi selain pejuang, ia masih terjajah bahkan ketika negaranya telah merdeka.
Regresi mental terjajah yang terjadi pada sebagian umat Islam Indonesia hari ini merupakan sisa-sisa dari bayang-bayang bawah sadar masa penjajahan. Ia kemudian dieksploitasi sedemikian rupa oleh penerus ideology penjajah (kita sebut kemudian dengan “Kacung Londo”) yang mengetahui kelemahan itu. tanpa harus bekerja keras, Kacung Londo bisa menikmati lebih dari apa yang didapat mereka yang membanting tulang. Dengan kamuflase dan balutan ajaran-ajaran agama, Kacung Londo benar-benar dapat kenikmatan dua kali: pertama, ketika masa penjajahan golongan mereka mendapat banyak sogokan dari penjajah untuk melanggengkan penjajahan; setelah merdeka, mereka mendapat kehormatan sebagai para individu yang mendapat kehormatan karena ada legitimasi semu faham keagamaan. Sementara para budak-budak itu tetaplah budak sejak masa leluhurya sampai sekarang. Dulu leluhurnya dieksploitasi jiwa dan raganya dengan ancaman kekuasaan; kini mereka dieksploitasi jiwa dan raganya dengan ancaman faham keagamaan semu.
Namun, setiap masa ada orangnya; setiap orang ada masanya. Sejarah perjalanan dunia selalu dipenuhi dengan drama-drama pertarungan antara yang haq dan batil; antara protagonist dan antagonis; antara Ibrahim dan Namrudz; Antara Musa dan Fir’aun; Antara Daud dan Jalut; Antara Muhammad dan Abujahal; antara Diponegoro dan Belanda, dan sebagainya. Semua akan berakhir dengan cerita di masa selanjutnya antara dua hal: antara kepahlawanan orag-orang yang setia pada kebenaran; membela yang lemah, dan tanpa kompromi dengan kedzaliman; dan antara terlaknatnya para antek-antek penjajah dan pengkhianat.
Dan masa selanjutnya pula dipenuhi oleh banyak pemutar-balikan sejarah dari dia yang menyadari leluhurnya hanya sampah peradaban dan penghianat pada masanya, lalu dipabrikasi sejarah masa lalu itu dengan cerita palsu di hari ini agar seolah leluhurnya bukan seorang penghianat. Yang lebih parah lagi, bahkan ia menciptakan sejarah palsu untuk leluhurnya seolah leluhurnya adalah seorang pahlawan bangsa. Klaim-klaim tentang pengagagas bendera Merah putih, pemalsuan silsilah para pahlawan, pemalsuan identitas makam bahkan pembangunan makam palsu yang marak sekarang ini adalah sebagai contohnya.
Mental-mental terjajah atau mental para budak itu mempunyai beberapa ciri. Diantara ciri-ciri mental budak itu yang paling utama adalah mental inferior, yaitu dirinya merasa lebih rendah dari orang lain yang berbeda bangsa. Ia merasa secara kodrati (destiny) bangsanya lebih rendah dari bangsa lain. Ia merasa bangga dengan tokoh luar bangsanya dari pada tokoh dari bangsanya walau dalam kemampuan bidang yang sama, bahkan kadangkala tokoh luar itu lebih rendah secara kwalitas dari tokoh bangsanya sendiri.
Ciri mental budak lainnya adalah bila terjadi friksi antara bangsanya dan bangsa yang menindasnya, maka ia akan membela bangsa yang menindas bangsanya sendiri itu hanya karena ia mendapatkan suatu imbalan untuk isi perutnya walau harus mengabaikan penderitaan dan keterjajahan bangsanya. Atau memang ia tidak mendapatkan apapun secara matrial tetapi ia mendapatkan keuntungan artificial dengan terafiliasi secara ilmu dengan mereka misalnya. Alih-alih ia akan melawan penindasnya, bahkan orang yang terjangkiti mental budak dan mental terjajah akan pasang badan untuk membela penindas bangsanya.
Ciri mental budak lainnya adalah, ia gampang mencium tangan orang lain hanya karena pakaiannya, warna kulitnya, keturunannya dan penampilan laihiriyah lainnya. Mencium tangan memang adalah akhlak, tetapi ia dilakukan untuk orang yang benar-benar membawa manfaat untuk dirinya misalnya orang tua dan gurunya sebagai bentuk terimakasih dan penghormatan, tetapi bukan dilihat dari bahwa dia berasal dari keturunan tertentu. Orang yang mencium tangan orang lain karena alasan bahwa yang dicium itu berasal dari keturunan tertentu adalah orang yang tidak faham ajaran agama yang menitikberatkan standar kemuliaan kepada ketaqwaan. Juga bisa dikatakan orang yang mencium tangan orang lain karena keturunannya adalah orang yang menghina leluhurnya sendiri. Itu bukanlah akhlak tetapi suatu tanda bahwa ia adalah orang-orang yang bermental budak dan terjajah.
Ciri lain mental terjajah adalah tidak bisa berpikir jernih ketika ada pilihan untuk perubahan dan perbaikan bangsanya. Bahkan ia sebagai bagian dari bangsa tertindas malah membela penindas bangsanya sendiri. Ia mencari posisi aman, tidak berani sedikit mengambil resiko untuk sebuah kemaslahatan dalam mencapai kemajuan dan kewibawaan bangsanya.
infantilisme mental kaum terjajah terus dirawat oleh Kacung londo agar mereka tetap berada dibawah kuasa mereka. Kedewasaan mental umat Islam hari ini harus ditumbuhkan. Para kiai, para ulama memegang tanggung-jawab besar agar generasi Islam Nusantara masa depan adalah generasi merdeka yang cerdas, berwibawa dan maju. Akhlak tetaplah sesuatu yang patut untuk diajarkan, tetapi mudah tunduk dan mudah mengunggulkan bangsa lain dari bangsanya sendiri adalah sebuah penghianatan.
Diskursus nasab Ba’alwi yang telah selesai dengan kesimpulan bahwa mereka bukanlah keturunan Baginda Nabi Muhammad SAW, adalah suatu momentum strategis untuk mengkaji ulang berbagai macam dogma yang ternyata membuat destinasi tumbuh suburnya mental-mental terjajah yang membawa stagnasi pemikiran dan kemajuan generasi Islam Nusantara. Faham-faham keagamaan tentang menghormati orang lain karena keturunan yang bukan “ma’lumun min al-ddini bi al dharurat” (ajaran pasti dari agama), saatnya kini diverifikasi relefansinya dari sisi aksiologis dan pragmatisnya. Atau kalau tidak, bangkitnya generasi Islam Nusantara akan menunggu momentum lainnya yang entah kapan akan terjadi.
Imaduddin utsman Al-Bantani