Dalam literature para habib, disebutkan bahwa Ubaidillah mempunyai tiga anak: Jadid, Alwi dan Bashri. Silsilah Syarif Abul Jadid yang disebut al-Suluk (732 H), menurut para habib, adalah Jadid yang merupakan saudara seayah dari Alwi, leluhur para habib.
Menurut penulis, Syarif Abul Jadid yang disebut al-Suluk itu, bukan saudara Alwi, karena tidak ada informasi sezaman sedikitpun yang dapat dijadikan dalil bahwa Syarif Abul Jadid mempunyai saudara bernama Alwi. Gus Rumail, memang mendapatkan dalil bahwa Abul Jadid ini seorang syarif, tapi, rupanya ia sama sekali tidak mendapatkan jejak persaudaraan antara Jadid dengan Alwi. Lembah-lembah di Turki telah ia telusuri; Bukit-bukit di Yaman telah diterjang; Gunung-gunung di Hijaz telah dikepung, namun, jejak itu tidak juga dijumpai. Kini, dengan berbekal sejuta asa , dan semilyar harapan, mudah-mudahan lorong-lorong di Negeri Yordan bisa memberi jawaban.
Jodoh tidak perlu dicari, kalau sudah jodoh datang sendiri. Mungkin, itulah pepatah yang pantas diingat hari ini. Seberkas harapan telah datang kepada penulis, untuk menyibak tabir gelap sosok Abul Jadid ini. Ia datang dari sebuah manuskrip kitab yang dikarang ulama abad 10 Hijriah. Kitab itu, dikirimkan sahabat penulis yang merupakan alumni Yaman. Dalam kitab itu diterangkan, siapa leluhur Abul jadid, dan siapa pula keturunannya.
Kitab itu bernama “Kasyful Gain An Man bi Wadi Surdud Min Dzurriyati Sibtain” karya Sayyidina wa Umdatina al-Muhaqqiq Jamaluddin Muhammad bin Abi Bakar bin Abdullah bin Ahmad bin Ismail bin Abi Bakar bin Muhammad al-Askhar (w. 991 H). dalam kitab itu, disebutkan bahwa: Abul Jadid merupakan keturunan Musa al-Kadzim melalui jalur anaknya bernama Ali Rido. Ali Rido ini mempunyai anak bernama Muhammad al-Jawad. Sayangnya, kitab ini tidak memuat silsilah lengkap sampai Syarif Abul Jadid. Kendati demikian, penelusuran Gus Rumail tidak sia-sia, bahwa betul Abul Jadid ini adalah seorang Syarif (keturunan Nabi Muhammad Saw), walau ternyata bukan melalui jalur Ubidillah.
Dalam kitab ini pula dijelaskan, Syarif Abul jadid di abad 10 H itu, mempunyai keturunan yaitu Banu sahil, Banul ‘Ishor, Banu Mujaimisy, Banu Ishlah, dan Bani Mahdi. Bani Alawi tidak disebutkan. Dijelaskan pula, sebagian dari keturunan Abil jadid adalah Syarif Ibrahim bin Hasan dan al-Syarif Abu Bakar al-Qudaimi. Dan keduanya mempunyai keturunan yang bermukim di Musyaj (Hadramaut). Mereka mempunyai harta berupa tanah dan kebun kurma dan lain-lain.
Demikianlah informasi penting yang diterima penulis dari manuskrip tersebut. Penulis belum berhasil melacak nama-nama kabilah yang disampaikan kitab tersebut. Penulis juga memerlukan data pembanding sezaman dan atau yang lebih tua lainnya, yang dapat digunakan sebagai detektor validitas informasi yang terdapat didalamnya. Tetapi paling tidak, manuskrip itu bisa menjadi kompas penelusuran selanjutnya, bagi penulis, juga, mungkin, bagi Gus Rumail, bahwa algoritma nasab para habib ini semakin ditelusuri, justru semakin jauh menuju arah berlawanan dari kiblat para syarif yang tercatat.
Penulis juga, sedang menunggu janji Gus rumail, untuk membuat tulisan utuh dan komprehensip tentang klaimnya bahwa, kitab al-syajarah al-Mubarokah adalah kitab yang problematik. Penulis berjanji kepada Gus Rumail, jika tulisannya tentang kritiknya terhadap kitab tersebut selesai, akan segera penulis jawab. dalam beberapa videonya, Gus Rumail mengatakan: inilah yang belum dijawab Kiayi Imad. Agaknya, Gus Rumail, ingin sekali mengetahui seberapa kuat penulis dapat mewakili Imam al-Fakhrurozi dalam mempertahankan substansi kitab al-Syajarah al-Mubarokah ini.
Penulis: Imaduddin Utsman al-Bantani
Editor: Didin Syahbudin