Penulis: Kgm. Rifky Zulkarnaen
Klan Habib mendoktrin absolutisme di pikiran dan keyakinan masyarakat bahwa Klan Habib adalah Gusti Allah itu sendiri; sementara yang lain pasti bukan[1]. Sebagian masyarakat percaya dan mengikuti mereka. Melihat kepribadian Klan Habib Baalwi, dapat dikatakan 99% kemungkinannya mereka akan menggunakannya sebagai alat produksi ekstremisme, radikalisme, puncaknya terorisme. Pada akhirnya, Bangsa dan Negara Indonesia porak-poranda dan dikuasai Klan Habib Baalwi.
Pada bab sebelumnya kita membahas tentang struktur atau model doktrin Klan Habib Baalwi tersebut di. atas. Pada tulisan ini penulis memaparkan lanjutannya yaitu bagaimana model doktrin itu mempengaruhi masyarakat dan bagaimana Klan Habib Baalwi menggunakan keadaan masyarakat yang telah terdoktrin itu untuk kepentingan Klan Habib Baalwi[2].
Clan Branding Habib Baalwi
Klan Habib Baalwi melakukan Clan Branding. Map Clan Branding Habib Baalwi sebagai berikut:
Melalui Clan Branding yang dilakukan Klan Habib Baalwi, masyarakat didoktrin untuk melihat realitas masyarakat atau realitas keadaan beserta subjek-subjek pelaku di dalamnya itu di dalam dua kategori yakni cucu nabi dan non-cucu nabi. Mereka membentuk persepsi itu, menanamkan persepsi dan keyakinan semacam itu.
Mereka membentuk persepsi, keyakinan dikotomis—dikotomic pattern two categories—di mana yang satu adalah cucu nabi dan kategori yang lain dipandang sebagai non cucu Nabi. Di mana kategori orang-orang yang masuk kategori cucu nabi dibranding sedemikian rupa bahwa merekalah Islam itu sendiri secara absolut. Fox Habib Fox Dei, suara Habib adalah suara Tuhan itu sendiri, suara Islam itu sendiri. Sedangkan vis a vis pihak yang lain yang dipandang sebagai non cucu nabi itu diposisikan sebagai bukan Islam atau dibikin jatuh untuk menciptakan keadaan sosial public distrust terhadap pihak non cucu nabi. Kemudian pihak non cucu nabi ini kehilangan dukungan publik serta diberi tekanan publik kepada pihak ini atas nama membela cucu nabi atau membela Islam.
Masyarakat dibikin melihat kategori cucu nabi adalah ‘ini Islam yang pasti benar karena ini cucu nabi’ sedangkan kategori yang lain yakni non cucu nabi itu setidaknya mereka posisikan di persepsi masyarakat sebagai ‘ini bukan Islam karena ini bukan cucu nabi’ atau ‘ini islamnya kurang sahih atau Islamnya tidak benar karena bukan cucu nabi’. Dan narasi-narasi itu sudah banyak kita dengar diungkapkan oleh Klan Habib Baalwi dan budak-budaknya ke tengah masyarakat luas.
Salah satu yang fatal adalah Klan Habib Baalwi dan budaknya menceramahkan ia yang tidak percaya habib dan atau tidak ikut habib adalah kafir, murtad, sesat, bukan ahlussunnah wal jamaah. Ke mana arahnya? Jelas kita tahu: pertama NU sebagai induk semangnya. Lalu? Muhammadiyah, sebelum ke elemen-elemen bangsa lainnya. Lalu? Cobalah pertemukan dengan elemen-elemen bangsa lainnya seperti di political field terutama pertemukan dengan PDI-P, Anda akan mengerti apa yang akan terjadi. Mengapa dan untuk apa Habib Rizieq Shihab mengatakan ‘bubarkan PDI-P[3]’. Pembahasan itu tidak penulis perpanjang di sini.
Contoh Kesurupan Cucu Nabi vs Non Cucu Nabi
Dikotomi kutub cucu nabi dan kutub non cucu nabi ini sebagai contohnya yang terjadi adalah bagaimana Kyai Mukhlas ‘Mukibin’ Sarkun dan Profesor AS Hikam saat podcast awal-awal di Padasuka TV bersama Kyai Imad[4]. Perhatikan secara seksama bagaimana beliau berdua memandang dzuriah nabi adalah hanya Habib sedangkan trah Walisongo dipandang bukan dzuriah nabi. Dan itu kemudian secara, mungkin, tanpa sadar diakui oleh Prof Hikam bahwa ada part di subsconsciousnya yang mempengaruhi atau memberikan bias-bias seperti itu. Itu kyai saja begitu, yang profesor saja begitu, apalagi yang masyarakat awam yang merupakan mayoritas.
Kyai Imad kemudian mengcounter paradigma Kyai ‘Mukibin’ Mukhlas, Prof AS Hikam, dan masyarakat luas pada umumnya yang memandang bahwa trah Walisongo dan para Kyai Nusantara bukanlah dzuriah nabi. Kyai Imad:
Masyarakat ini hanya digiring untuk menghormati satu riwayat keturunan Rasul yaitu Baalawi namun memiliki pandangan yang berbeda terhadap dzuriah Wali Songo yang juga mempunyai riwayat yang sama sebagai keturunan Rasul. Ini kalau kita mau bicara tentang perspektif kita dalam memandang Apakah apa yang kita lakukan ini adalah untuk merungkadkan daripada ajaran-ajaran orang-orang tua kita, di sini harus ada nilai keadilan juga yang dibangun oleh siapa saja yang mengamati daripada polemik ini.
Jadi masyarakat itu dibikin berpikir baik secara sadar maupun tanpa sadar, dibikin memandang bahwa yang dzuriah nabi hanya satu-satunya adalah habib sedangkan yang lain itu bukan. Sehingga keterlibatan emosional yang mendalam hanya terasosiasi kepada klan Habib Baalwi sedangkan yang lain dianggap bukan. Itu pada podcast awal-awal di Padasuka TV entah kalau sekarang bagaimana keadaan paradigma beliau dan paradigma masyarakat. Sepertinya sudah pecah, sudah memahami bahwa yang dzuriah nabi itu banyak tidak hanya satu.
Fungsi Clan Branding Habib Baalwi
Fungsi dari membranding klan Habib Baalwi sebagai satu-satunya cucu nabi adalah, setidaknya, penulis memformulasikan empat secara sekuens:
- Pertama. Menarik massa. Creating awareness and attract attention;
- Kedua. Akuisisi dan konsolidasi. Menggalang dan mengkonsolidasi dukungan massa. Kemudian tahap berikutnya adalah yang;
- Ketiga. Baru kemudian menggerakkan massa, aksi massa. Seperti persekusi, demo, bentrok dengan polisi[5], memalsukan makam, sejarah, dan lain sebagainya; baik di online maupun offline. Kemudian yang;
- Keempat. Membentuk keadaan mekanisme sosial atau metabolisme sosial berbasis mobokrasi (olokrasi)[6] yakni kebijakan yang dikendalikan oleh tekanan massa atau oleh perang sosial atau perang narasi yang digulirkan di ruang publik. Seperti kejadian bagaimana 212 dan istana negara dikepung oleh FPI.
Pada gambar penulis tuliskan di situ ‘pihak lain’. Siapa itu pihak lain? Pihak lain itu bisa siapa saja dan bisa organisasi apa saja. Pokoknya di luar klan Habib Baalwi maka itu masuk ke kategori pihak lain yang non cucu nabi. Itu bisa government, TNI, Polri, NU, Muhammadiyah, ormas kebudayaan, ormas-ormas lain, individu, Kyai, non-muslim, Kraton bahkan, dan lain-lain, juga termasuk kesultanan-kesultanan Nusantara kemudian masyarakat pribumi nusantara; itu dimasukkan dalam satu kategori kantong yakni non cucu Nabi. Di mana pihak-pihak yang masuk keranjang non cucu nabi ini dijatuhkan martabatnya, kehormatannya, di persepsi masyarakat sehingga yang paling tinggi adalah klan Habib Baalwi sebagai cucu nabi satu-satunya, yang lain itu lebih rendah. Misalnya: satu Habib yang bodoh lebih mulia daripada 70 kyai yang alim, kaki habib yang jahil yang maksiat lebih mulia daripada kepala kyai yang alim bersorban, bahwa sealim apapun seorang kyai itu tidak setara atau sederajat dengan Habib, jangan merasa sederajat dengan habib apalagi melebihi, dahulukan dan utamakan habib meski habibnya jahil, dan seterusnya dan seterusnya[7]. Kepada sesama Islam saja Klan Habib Baalwi begitu apalagi kepada yang non muslim. Tentu, pasti akan lebih kejam.
Doktrin-doktrin itu memang untuk menguasai masyarakat dan menarik dukungan masyarakat terpusat kepada Klan Habib Baalwi di mana dukungan masyarakat itu kemudian untuk menyudutkan pihak lain. Tidak hanya dukungan tetapi juga gerakan massa menyudutkan dan tanda kutip ‘membasmi’ pihak lain, membungkam pihak lain, dan itu pola-pola mereka begitu. Yang harus kita lakukan adalah terus mencerdaskan dan menyadarkan masyarakat bahwa itu adalah manipulasi dari klan Habib Baalwi terhadap pikiran dan keyakinan umat.
Yang Bukan Habib Bukan Islam
Kecenderungan-kecenderungan paradigma yang diinternalisasi ke masyarakat oleh klan Habib Baalwi tercermin dalam bagaimana pemilihan nama-nama mereka, nama-nama organisasi dan gerakan-gerakan mereka itu. Sebagai contoh pada tahun 1998 nama ‘Front Pembela Islam’ (FPI) dipilih[8]; kemudian tahun 2007 Habib Bahar bin Smith pernah membuat, mendirikan, ‘Majelis Pembela Rasulullah’[9]; kemudian tahun 2008 Habib Munzir Musawa membuat majelis dengan nama ‘Majelis Rasulullah’; tahun 2016 ‘Aksi Bela Islam’[10]; GNPF-MUI juga pada tahun 2016. Perhatikan penamaannya, pemilihan katanya, ‘Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI’[11]. Penamaan-penamaan ini secara implisit, subconscious, memposisikan atau memframing pihak lain exclude dari ruang lingkup Islam atau disudutkan sebagai orang yang melawan Islam, kontra Islam atau musuh Islam. Ini hanya beberapa contoh dalam hal penamaan-peramaan.
Dan ini juga kita bisa lihat ekspresinya pada bagaimana mereka menggunakan atau memilih frase-frasenya guna memprovokasi massa dan melindungi diri mereka sendiri sekaligus menuduh dan menyudutkan pihak lain yang kontra pada mereka. Sebagaimana frase: Bela ulama, Bela Habaib, Siap Mati Bela Habaib, Halal darahnya, Kafir, Islamofobia, PKI, Murtad, Stop Kriminalisasi Ulama, Bela Al-Qur’an, Bela Islam dan lain-lain; pola data frase ini menceritakan bahwa mereka meng-exclude pihak lain dari Islam dan lantas diposisikan berlawanan dengan Islam.
Hal ini disinggung oleh KH. Afifuddin Muhajir di buku Mozaik Pemikiran Islam Nusantara halaman 8 (delapan):
Dalam istilah Islam Nusantara tidak ada sentimen benci terhadap bangsa dan budaya negara manapun, apalagi negara Arab, khususnya Saudi sebagai tempat kelahiran Islam dan bahasanya menjadi bahasa alquran. Ini persis sama dengan nama FPI misalnya, saya benar-benar yakin kalau anggota FPI tidak bermaksud bahwa selain mereka bukan Pembela Islam.
Perhatikan kalimat ‘saya benar-benar yakin kalau anggota FPI tidak bermaksud bahwa selain mereka bukan Pembela Islam’. Ini gaya bahasa sindiran sekaligus musyakalah atau perimbangan opini dari Kiai Afif. Ini bahasa halus diplomatisnya Kiai Afif. Bahasa lugas kasarnya begini—ini tafsir penulis: Kalian nuduh-nuduh Islam Nusantara merupakan anti Arab, lah kamu pakai nama (Front) Pembela Islam itu maksudnya apa? Kamu memposisikan dan menyudutkan selain kalian adalah bukan Pembela Islam? Kalau kalian jawab ‘bukan itu maksud kami’ maka persis dengan nama FPI itu yaitu maksud kami dengan Islam Nusantara juga bukan sebagaimana pikiran dan propaganda kalian yang mendiskreditkan Islam Nusantara. Kalau mau saling menyudutkan, menjatuhkan, loh ayo ta’ gugat nama FPI-mu lho. Ya, itu tafsir penulis dalam bahasa kasar, lugas atau denotatif, tidak eufemisme.
Ini juga disinggung oleh Mbah Nun di salah satu ceramah di UGM[12]. Beliau mengatakan:
… Al-Quran begitu indah orisinil dari Allah. Jadi, kamu yang butuh pembelaan dari Islam. Begitu kamu masuk Islam kamu dibela oleh Allah. Jadi, gak usah GR kamu yang membela Islam. Saya tidak mengatakan Islam tidak perlu dibela, yang lebih perlu dibela itu kamu. Nah, Allah membela kamu dengan syarat peganglah Islam. Kalau Islam yang seharusnya jadi teken (tongkat, pen) malah menyuruh sini (manusia) yang jadi teken, lah lho malah jadi teken-tekenan. Kan kita jalan tongkatnya itu Islam. Lah kalau tongkatnya ini minta kita bela, lho yang bikin kita bisa jalan itu karena ada tongkat.
Ini belum ngomong subyek-obyek dalam bahasa. Aku membela Rafi. Artinya adalah Rafi bukan Aku. Arti yang lain adalah Aku bukan Rafi. Jadi kalau aku membela sesuatu atau seseorang berarti seseorang atau sesuatu itu bukan aku. Bener gak? Kalau aku membela Islam berarti aku bukan Islam. Jelas.
Saya ndak marah, nda apa-apa, wong maksudnya baik. Tapi kalau Anda ingin membela Islam, nomor satu adalah ke mana pun Anda tampil mereka semua merasa dibela oleh Anda. Kan begitu. Bukan merasa terancam oleh Anda. Gitu lho, rek. Nek prasaku. Nek nganggo akal karo pikiran.
Arah Klan Habib Baalwi: Game Over Indonesia Marhaban Ya Kerajaan Habib Baalwi
Pola-pola penyudutan dan pembasmian berdasarkan dan menggunakan doktrin cucu Nabi “Habib = Ahlul Bait = Cucu Nabi = Nabi = Allah = Islam itu sendiri” itu bisa digunakan dan akan digunakan ketika Klan Habib Baalwi melawan pemerintah dan ini sudah kita ketahui; kemudian melawan Kraton itu nanti.
Andai ya, ini andai, andai tidak ada tesis Kyai Imad dan polemik-polemik yang menyertainya maka 10 tahun sampai 20 tahun—tidak sampai 50 tahun—Kraton Jogja berpeluang besar dikudeta atau disubversifi secara halus menggunakan metode ini. Kraton Jogja diinfiltrasi Klan Habib Baalwi oleh Habib Luthfi bin Yahya dengan Majelis Taklim Darul Hasyimi Jogja untuk menyebarkan dan menanamkam pengaruh dan doktrinnya di internal Kraton Jogja, makam-makam leluhur Kraton Jogja dihabibkan, dan sejarahnya dihabibkan.
Ah masak sih Kraton Jogja akan dikudeta atau diperangi Klan Habib Baalwi?
Jangan keliru, Istana Negara saja dikepung dan digoyang seperti itu apalagi Kraton Jogja yang posisinya berotoritas budaya di persepsi masyarakat bukan berotoritas agama Islam. Pihak-pihak Islam sendiri, tokoh-tokoh NU umpamanya, itu saja direndah-rendahkan dan diserang oleh klan Habib Baalwi apalagi pihak-pihak yang tidak berada dalam kerangka sosial dan keagamaan sebagai otoritas agama.
Kraton Jogja itu akan kemungkinan besar akan digoyang (dikudeta) andai tidak ada polemik atau diskursus nasab ini dan penemuan pemalsuan-pemalsuan makam leluhur Kraton (Nusantara) itu, if Zero Resistance, secara ringkas itu arahnya ke sana. Mereka akan mengklaim bahwa yang paling berhak mewarisi Kraton Jogja adalah Klan Habib Baalwi karena merekalah yang paling terbukti sebagai ‘Cucu Nabi Garis Lurus Laki’; di mana Kraton dan Kesultanan Nusantara juga merupakan dzurriyah Nabi Trah Wali Songo. Keturunan Wali Songo ditiadakan, satu-satunya yang absah adalah Klan Habib Baalwi[13], klaim itulah yang akan jadi alat propaganda mereka untuk meyakinkan publik dan memperoleh dukungan publik dalam upayanya mengkudeta Kraton Jogja kemudian Kraton-Kesultanan seluruh Indonesia dan pada akhirnya menguasai NKRI.
Jika NU miqatnya Klan Habib Baalwi menguasai Indonesia melalui jalur agama, maka Kraton Jogja merupakan miqat Klan Habib Baalwi menguasai Indonesia melalui jalur sejarah dan budaya. Kraton Jogja merupakan titik koordinat kunci dan strategis untuk melumpuhkan dan menguasai Indonesia melalui jalur sejarah dan budaya. Jika Kraton Jogja terkuasai efek dominonya ke seluruh Indonesia. Dari data-data dan peristiwa-peristiwa yang telah terungkap ke publik, itu semua membisikkan kepada kita bahwa Klan Habib Baalwi mengerti betul tentang hal itu dan melakukan kejahatan-kejahatannya dengan sengaja.
Kemudian if Zero Resistance NU gak ngapa-ngapain kemudian makam-makam yang dipalsukan itu tetap begitu, sejarah yang diubah itu tidak ada yang menganulir, maka nanti Muhammadiyah itu juga akan disudutkan begitu dengan pola yang sama, dengan jurus yang sama dan seterusnya. Muhammadiyah selesai, di dalam internal Islam selesai, mereka akan jalan ke luar. Nanti umat beragama Kristen, Buddha dan lain sebagainya itu akan diperlakukan yang sama.
Ah masak?
Mudah saja, kepada yang sesama Islam saja Klan Habib Baalwi begitu apalagi yang bukan Islam. Nahdliyyin (NU) saja yang berbuat baik kepada mereka dan satu-satunya komunitas yang ‘mengakui’ keberadaan mereka sebagai ‘Cyucyu Nabi’ dan memberi makan mereka; orang-orang NU dijatuhkan begitu, diserang begitu, dijahati begitu, dimurtad-murtadkan, dikafir-kafirkan, dihalal-halalkan darahnya. Apalagi kepada yang bukan NU, apalagi kepada yang tidak berbuat baik kepada mereka, apalagi kepada yang tidak mengakui mereka sebagai Cucu Nabi. Tentu, Klan Habib Baalwi akan lebih sadis daripada yang telah kita saksikan hari ini.
[1] https://rminubanten.or.id/habib-baalwis-doctrine-psycho-linguistic-model-pattern-and-its-impact-to-nusantara/
[2] Publish pertama kali 23 April 2024 di https://youtu.be/I3uBtHpvf4o?si=V3l_zYgu7b03wJ73
[3] https://youtu.be/PqroF5cOLTA?si=XwMyhmkCxDegl3yC
[4] https://www.youtube.com/live/bN5JUvscohc?si=9kwzn66qJS7Rqp1j
[5] https://youtu.be/h6tEl2TAcSM?si=ZmQJiNWA2W9_bF5U
[6] https://id.wikipedia.org/wiki/Oklokrasi
[7] https://youtu.be/pUHASGFd1p4?si=9Jsp4fgpc0phwLRN
[8] https://kumparan.com/berita-hari-ini/sejarah-fpi-dari-awal-kemunculannya-hingga-jadi-organisasi-terlarang-1usfKOmR1Ia
[9] https://metro.sindonews.com/read/605849/170/profil-habib-bahar-bin-smith-pendiri-majelis-pembela-rasulullah-yang-berguru-pada-habib-rizieq-shihab-1637485883
[10] https://id.wikipedia.org/wiki/Aksi_Bela_Islam
[11] https://tirto.id/kabar-makar-dan-pemakzulan-selimuti-gnpf-mui-b6w1
[12] https://youtu.be/wXNmcOTqFYo?si=6US3JAg2oQ-l-RRt&t=485
[13] https://rminubanten.or.id/senjata-utama-klan-habib-baalwi-dalam-operasi-klandestin-baalwisasi-yamanisasi-nusantara/