• Tentang Kami
    • Pengurus
  • Kontak
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel
No Result
View All Result
RMI PWNU Banten
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel
No Result
View All Result
RMI PWNU Banten
No Result
View All Result
Home Santri Hikmah

Ibu Prof. Huzaemah, Sang Guru Perempuan Yang Mutabahhir

Admin by Admin
10 Agustus 2021
in Hikmah
3 min read
0
0
SHARES
72
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Muhammad Ulinnuha

Keharuman namanya sudah lama terdengar sebelum aku berangkat ke Mesir untuk studi di Al-Azhar. Di antara karya beliau yang kubaca adalah Pengantar Perbandingan Madzhab. Banyak hal yang didapat dari buku itu, antara lain adalah tentang keragaman pendapat ulama fikih dan metodologi istinbat hukumnya. Apa yang dikemukakan dalam buku tersebut berhasil membuka cakrawala pemikiranku, santri kampung(an) yang baru menginjakkan kaki di Ibu Kota Jakarta.

Saat di Kairo, saya kerap mendengar nama dan kiprahnya dituturkan oleh senior-senior PCINU (di masanya masih bernama KMNU). Beliau disebut sebagai perempuan pertama yang meraih gelar doktor bidang fiqh al-muqâran (fikih perbandingan) dari Universitas Al-Azhar. Keharuman namanya tentu membuatku semakin penasaran dan ingin bertemu langsung. Sempat bergumam dalam hati, semoga kelak aku dipertemukan dengan beliau.

Sepulang dari Kairo tahun 2006, saya melanjutkan studi S-2 di Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Disinilah perjumpaan pertama kali saya dengan Ibu Huzaemah (demikian kami memanggilnya). Sejak 2006 itu perjumpaan kami sangat intens, baik di kelas maupun di luar kelas, karena beliau waktu itu menjabat sebagai Direktur Pasca. Banyak sekali kenangan akademik dan non akademik saat kuliah bersama beliau. Tapi setidaknya ada dua peristiwa yang paling berkesan.

Pertama, saat mengajar di kelas (saya lupa tanggal persisnya), Ibu menerangkan tafsir QS. An-Nisa’ ayat 9. Kurang lebih, beliau mengatakan begini: “Jika kalian nanti berkeluarga, punya anak keturunan, tolong diurus dengan baik ya, agar kelak ketika kalian wafat tidak meninggalkan keturunan yang lemah; baik lemah agama, fisik, pendidikan, maupun ekonominya.” Saya pun bertanya, “Bagaimana dengan praktek poligami yang meninggalkan banyak keturunan, dan.…? Pertanyaan belum selesai, beliau langsung menimpali; “Mengurus satu istri saja tidak bisa, kok sudah mikir poligami. Jangan-jangan yang bertanya belum punya istri ya.” Akupun tersenyum menunduk malu tak berani melanjutkan pertanyaan. Sejak saat itu, aku tak pernah berani bertanya masalah ini lagi kepada beliau.

Kedua, saat mengajukan proposal tesis tentang I’jaz ‘Adadi dalam Surat Al-Fatihah. Beliau langsung menolak karena spektrum kajiannya sangat sempit; hanya pada kasus rahasia angka tujuh dalam surat Al-Fatihah. “Kamu kan mahasiswa kelas internasional, beasiswa Depag. Tesisnya harus keren dan bagus ya.” Demikian kira-kira pesan beliau. Saat ditolak itu sempat galau, tapi akhirnya saya menyadari bahwa ini adalah bagian dari cara seorang guru mendidik muridnya. Akhirnya akupun mengajukan proposal yang kedua tentang Kritik ad-Dakhil dalam at-Tafsir as-Shaghir karya Basyiruddin Mahmud. Alhamdulillah diterima dan beliau bersedia menjadi pembimbing bersama Ust. Dr. Muchlis Hanafi.

Terlampau banyak kenangan indah dan kebaikan yang diberikan Ibu Huzaemah, sehingga tak mungkin diceritakan dalam status singkat ini. Engkau adalah seorang pemimpin yang bijaksana. Sejak 2014 hingga akhir hayat engkau memimpin IIQ Jakarta. Engkau adalah guru yang ilmunya menyegara; tak hanya fikih muqaranah, tapi engkau juga mengajari kami tentang arti istiqamah, pentingnya mendidik dan memuliakan kaum hawa, dan juga pentingnya hidup jenaka (kejenakaan beliau insyaAllah akan diceritakan di lain waktu).

Innalilahi wa Inna Ilaihi Raji’un, pagi ini sekitar jam 06.10 WIB di RSUD Banten, engkau telah dipanggil untuk kembali keharibaan-Nya. Kesedihan dan airmata pun membuncah. Seakan tak percaya, baru kemaren panjenegan memimpin rapat dan mengarahkan kami semua. Tapi kami harus ikhlas menerima takdir-Nya. Tugas-tugas muliamu di dunia fana ini telah paripurna. Engkau dipanggil di hari yang mulia, hari Jumat pertama setelah Idul Adha. Engkau berjuang untuk bebas dari pandemi ujian-Nya. InsyaAllah engkau wafat dalam keadaan syahidah. Selamat jalan Ibunda, sang guru mulia. Ulama perempuan pertama yang menjadi Muftiyah di Indonesia.

Irji’î ilâ rabbiki râdhiyatan mardhiyah fad-khulî fî ‘ibâdî wad-khulî jannatî. Ghafarallah dzunûbaki, wa satara ‘uyûbaki, wa adkhalaki fasîha jannatih. Al-Fatihah.

Ciputat, 23 Juli 2021
Muridmu,
Muhammad Ulinnuha

Baca Juga

Meditasi Mina Muzdalifah: Aku Lempar Batu Batu Itu

Tragedi Bakung 1954, Jejak Perlawanan Atas DI/TII

Dunia Dan Iman Kita

Qurban Dan Kepedulian Sosial Kita

Tags: covid 19fiqh al-muqâranProf. DR. hj. Huzaemahrektor IIQulama
Next Post

Membaca Nalar Kitab Al-Fikrah Al-Nahdliyah Karya Kiai Imadudin Utsman al Bantani

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Paling Banyak Dilihat

Opini

Sumber-sumber Belanda Tentang Sejarah Banten Abad 19 Masehi

by Admin
29 Desember 2022
0

Dari 1723 berkas/bundel arsip Directie der Cultures ini ternyata baru 3 (tiga) berkas yang sudah jelas berkenaan dengan Banten yaitu:...

Read more
Load More
  • All
  • Berita
  • Opini
  • Pustaka
  • Santri
  • Ulama
  • Pesantren

Sumber-sumber Belanda Tentang Sejarah Banten Abad 19 Masehi

Mengkaji Kitab Lawaqihu al-Anwari al-Qudsiyati

PWNU Banten, KH Bunyamin: Kami Siap Sukseskan Porseni NU 2023 Di Kota Solo

Tadarus Jiwa Dalam Perspektif Filsafat Idealisme

RMI PCNU Kab. Serang Peringati Hari Santri Nasional 2022 Dengan Bedah Kitab Dan Ijazah Sanad 19 Kitab

HSN 2022 RMI Kab. Serang Selenggarakan Bedah Kitab Dan Ijazah Kitab Kuning

Load More

Baca Juga

MUI Banten Keluarkan Fatwa Haram Membaca Al-Quran Di Atas Trotoar

by Admin
22 April 2022
0

45 Ulama Nusantara Penulis Kitab Kuning Berbahasa Arab Sepanjang Masa

by Admin
27 Februari 2022
2

Sebut Ma’had Al Abqory Terkait HTI, RMI Rekomendasikan Hapus Dari Program PUPR, Kecuali…

by Admin
19 Juli 2021
0

  • Opini
  • Berita
  • Pustaka
  • Ulama
  • Santri
  • Pesantren
Follow Us

©2021 RMI PWNU Banten | rminubanten.or.id.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel

©2021 RMI PWNU Banten | rminubanten.or.id.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist