• Tentang Kami
    • Pengurus
  • Kontak
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel
No Result
View All Result
RMI PWNU Banten
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel
No Result
View All Result
RMI PWNU Banten
No Result
View All Result
Home Syaikh Imaduddin al Bantani

Sultan Zainal Asyikin, Sang Khalifah Tarikat Qodiriyah

Dari keterangan itu memberi informasi kepada kita, bahwa betapa jabatan sultan di Banten bukan hanya sebagai pemimpin negara tetapi juga pemimpin spiritual. Itulah mengapa dulu Sultan Abul Mafakhir tidak mementingkan mendatangi pusat kekhalifahan Turki Utsmani di Istambul, ketika meminta pengesahan gelar sultan, tetapi lebih memilih memintanya dari penguasa Makkah yang waktu itu dijabat oleh Syarif Zaid bin Muhsin, padahal kedudukan penguasa Makkah hanya setingkat gubernur. Itu semua karena dalam ideologi kesultanan Banten spiritual lebih tinggi dari kekuasaan, walau pusat kekuasaan Turki Utsmani berada di Istambul, tetapi pusat spiritual tetap berada di Makkah.

Admin by Admin
3 Januari 2022
in Syaikh Imaduddin al Bantani
4 min read
0
0
SHARES
381
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Sultan di Nusantara yang menjadi pengamal tarikat mungkin ada, tapi hanya di Banten, seorang sultan, bukan hanya menjadi pengamal tarikat, tetapi juga kemudian ia mencapai derajat khalifah tarikat.

Baca Juga

HSN 2022 RMI Kab. Serang Selenggarakan Bedah Kitab Dan Ijazah Kitab Kuning

Al Manahijus Shafiyyah Kitab Syarah Alfiyah Berbahasa Arab Karya Ulama Nusantara

Gus Yahya Dan Internasionalisasi Ajaran Aswaja NU

Islam Nusantara Segera Menjadi Arus Baru Pemikiran Islam Dunia

Adalah Sultan Zainal Asyikin, Sultan ke-12 Banten yang memerintah mulai 1753-1773, dalam satu manuskrip disebutkan sebagai Sultan yang sekaligus sebagai khalifah tarikat.

Manuskrip yang dimaksud adalah manuskrip koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, yang berisi tentang biografi pendiri tarikat Qodiriyah Rifa’iyah, yaitu Syekh Ahmad al-Rifai (w. 578 H/1183 M), salah satu wali termasyhur didalam literatur tasawwuf.

Manuskrip itu merupakan petikan dari kitab Al-Thabaqaat al-Kubra karya Syekh Abdul Wahhab Al-Sya’rani.

Didalam manuskrip itu disebutkan bahwa pemilik kitab ini adalah Sultan Zainal Asyikin yang merupakan khalifah tarikat Qodiriyah Rifaiyyah.

Tertulis disana dalam bahasa Arab:

ملكه من الله تعالي الخليفۃ من بعد الخليفۃ السلطان بن السلطان ابو النصر محمد عارف زين العاشقين القادري الرفاعي تلميذ سيد الشريف موسي بن سيدي الشريف عبد الله القادري الرفاعي الحماوي دام الله في ملكه وعافيته والله يجمعنا في الدنيا والاخرۃ امين۳ يا رب العالمين

Telah memiliki kitab ini seorang khalifah setelah khalifah, seorang sultan putra seorang sultan, Abu al-Nashr Muhammad Arif Zainal Asyikin al-Qodiri al-Rifa’i, murid dari Sayyidi al-Syarif Musa bin Sayyidi al-Syarif Abdullah al-Qodiri al-Rifa’i al-Humawi, semoga Allah melanggengkan kerajaannya dan kesehatannya, dan semoga Allah mengumpulkan kita di dunia dan akhirat amin 3x ya Rabbal ‘alamin.

Memang didalam tulisan manuskrip ini, kata khalifah bisa dimaknai khalifah sebagai sultan, juga bisa dimaknai khalifah sebagai pemimpin tarikat. Jadi kalimat dalam naskah itu masih multimakna.

Tetapi dalam naskah yang lain, yaitu suatu naskah yang ditulis Syekh Abdullah bin Abdul Qohar al-Bantani yang hidup sezaman dengan Sultan Zainal Asyikin, dalam kitab karangannya yang berjudul: “Fath al Muluk li Yashila Malik al Muluk ala Qoidat Ahl Suluk”, dalam kitabnya itu ia menulis:

سلطان ابو النصر محمد عارف زين العاشقين السلطان السلطان ابن السلطان المرحوم ابو الفتح شفاء زين العارفين خليفۃ الله تعالي في ارضه خليفۃ القادري و الرفاعي وغيرهما قدس الله اسرارهم

Sultan Abu al-Nashr Muhammad Arif Zainal Asyikin, Seorang sultan putra seorang sultan, yaitu al-Marhum Abul Fathi Syifa Zainal Arifin, khalifah Allah Ta’ala di bumi-Nya, khalifah Tarikat al-Qodiri dan al-Rifa’i dan yang lainnya, semoga Allah mensucikan rahasia mereka.

Dari keterangan Syekh Abdullah ini jelas bahwa kata khalifah al-Qodiri itu maksudnya adalah seorang khalifah tarikat.

Dari keterangan itu memberi informasi kepada kita, bahwa betapa jabatan sultan di Banten bukan hanya sebagai pemimpin negara tetapi juga pemimpin spiritual. Itulah mengapa dulu Sultan Abul Mafakhir tidak mementingkan mendatangi pusat kekhalifahan Turki Utsmani di Istambul, ketika meminta pengesahan gelar sultan, tetapi lebih memilih memintanya dari penguasa Makkah yang waktu itu dijabat oleh Syarif Zaid bin Muhsin, padahal kedudukan penguasa Makkah hanya setingkat gubernur. Itu semua karena dalam ideologi kesultanan Banten spiritual lebih tinggi dari kekuasaan, walau pusat kekuasaan Turki Utsmani berada di Istambul, tetapi pusat spiritual tetap berada di Makkah.

Sudah banyak dimaklumi masarakat Banten, tentang cerita tutur tinular bahwa Maulana Hasanudin membuang hajat sebulan sekali, walaupun cerita itu mungkin berlebihan, namun rupanya cerita itu bermaksud mengungkapkan betapa “sultan” pertama Banten itu adalah seorang ahli riyadloh yang jarang makan yang menunjukan pemimpin yang bukan hanya berorientasi kekuasaan tapi juga spiritual.

Menurut data Cirebon, Sunan Gunung Jati pernah belajar di Iskandaria, Mesir, dalam data itu dikatakan bahwa ia belajar kepada Ibnu Atoilah, pengarang kitab al-Hikam, tetapi dilihat dari titimangsa, agaknya yang dimaksud adalah murid dari Ibnu Atoillah. Iskandaria adalah kota pusat ilmu pengetahuan dan spirirual di Mesir, seperti Kairo dengan al-Azharnya adalah kota ilmu pengetahuan. Sekali lagi, ayah pendiri kesultanan Banten, Sunan Gunung Jati, memilih tempat belajar, bukan hanya pusat ilmu pengetahuan, tetapi juga pusat spiritual.

Pada masa Sultan Abul Mafakhir, ia mengutus utusan untuk menanyakan berbagai permasalahan tasawuf kepada ulama Makkah yang paking mashur waktu itu yang bernama Ibnu Allan, yang kemudian jawaban-jawaban Ibnu Alan untuk Sultan Banten itu menjadi sebuah kitab yang berjudul: “Al-Mawahib al-Rabbaniyyah Lil As’ilah al-Jaawiyyah”.

Sultan Tirtayasa (1651-1682), pengamal tarekat Al-Khalwatiyyah yang ia dapatkan dari menantunya, Syekh Yusuf. Selain tarikat-tarikat tersebut, di kesultanan Banten berkembang tarekat Syathoriyyah. Dari keterangan di atas, jelaslah bahwa para sultan-sultan Banten tidak bisa dilepaskan dari tarekat. semua sultan di Banten adalah pengamal tarekat, bahkan ada yang sudah mencapai tingkatan khalifah. Maka tidak berlebihan ketika para peneliti sejarah Islam Nusantara, seperti Ginanjar Sya’ban, mengatakan bahwa Banten adalah pusat ilmu pengetahuan nusantara. Ketika santri-santri dari jawa Timur mulai belajar ke Makkah pada akhir abad 19, di Makkah sudah banyak para santri dari Banten, yang sebagiannya sudah mukim menjadi warga negara Makkah karena tradisi belajar ke Makkah di Banten sudah mulai dari awal abad 17, dan sebagiannya lagi berencana pulang kembali ke Banten.

Adapun tarekat yang sekarang paling banyak pengamalnya adalah tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yang disebarkan oleh Syekh Abdul Karim Tanara. Wallahu a’lam bi al-showaab.

Penulis: KH. Imaduddin Utsman, M.A.
Editor: Kang Diens

Next Post

Dekonstruksi Malam Jum'at

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Paling Banyak Dilihat

Opini

Sumber-sumber Belanda Tentang Sejarah Banten Abad 19 Masehi

by Admin
29 Desember 2022
0

Dari 1723 berkas/bundel arsip Directie der Cultures ini ternyata baru 3 (tiga) berkas yang sudah jelas berkenaan dengan Banten yaitu:...

Read more
Load More
  • All
  • Berita
  • Opini
  • Pustaka
  • Santri
  • Ulama
  • Pesantren

Sumber-sumber Belanda Tentang Sejarah Banten Abad 19 Masehi

Mengkaji Kitab Lawaqihu al-Anwari al-Qudsiyati

PWNU Banten, KH Bunyamin: Kami Siap Sukseskan Porseni NU 2023 Di Kota Solo

Tadarus Jiwa Dalam Perspektif Filsafat Idealisme

RMI PCNU Kab. Serang Peringati Hari Santri Nasional 2022 Dengan Bedah Kitab Dan Ijazah Sanad 19 Kitab

HSN 2022 RMI Kab. Serang Selenggarakan Bedah Kitab Dan Ijazah Kitab Kuning

Load More

Baca Juga

MUI Banten Keluarkan Fatwa Haram Membaca Al-Quran Di Atas Trotoar

by Admin
22 April 2022
0

Sebut Ma’had Al Abqory Terkait HTI, RMI Rekomendasikan Hapus Dari Program PUPR, Kecuali…

by Admin
19 Juli 2021
0

45 Ulama Nusantara Penulis Kitab Kuning Berbahasa Arab Sepanjang Masa

by Admin
27 Februari 2022
2

  • Opini
  • Berita
  • Pustaka
  • Ulama
  • Santri
  • Pesantren
Follow Us

©2021 RMI PWNU Banten | rminubanten.or.id.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • Syaikh Imaduddin al Bantani
    • Karamah
    • Kisah
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel

©2021 RMI PWNU Banten | rminubanten.or.id.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist