لاجل الجهال كثر الخلاف بين الناس.ولو سكت من لايدري لقل الخلاف بين الخلق
“Akibat orang-orang dungulah banyak terjadi kegaduhan diantara manusia, seandainya orang-orang bodoh dapat menahan diri berhenti ngomong niscaya berkuranglah kegaduhan diantara sesama” (kitab faishilat tafriqoh baynal Islam walzindiqoh, imam Alghozali)
Terjadi kegaduhan terkait nasab bukan faktor tesis kyai Imadudin yang menyoal ketersambungan nasab balawi ke Rasulullah, karena tesis kyai Imad dipicu oleh ucapan-ucapan dzuriyah ba’lawi yang mengklaim dirinya sebagai dzuriyah Rosulullah SAW dengan menafikan dzuriyah Walisongo. Akan tetapi kegaduhan yang terjadi dalam diskursus nasab ini karena bermunculan orang-orang yang menutup mata dan hatinya terhadap kasus-kasus yang terjadi puluhan tahun kebelakang sebelum polemik nasab ini mencuat, bayangkan saja diera digital yang setiap orang bebas mengakses informasi tidak lagi ada batasan siapa dan dari mana seseorang bisa berbicara padahal ia tidak memahami sebenarnya apa yang terjadi dan apa yang sedang dipermasalahkan.
Munculnya tanggapan kontra terhadap kajian nasab ini, lucunya pihak yang paling keukeuh membela nasab justru dari para santri dan kyai yang disebut pecinta habib (Muhibbin). Memang sangat aneh bukan keluarga, bukan guru bahkan gurunya saja dari mulai belajar huruf Hijaiyah berani dilawan cuma karena tidak sejalan dengan habib, sangat luar biasa pengaruh doktrin yang sudah bercokol di otak dan pikiran masyarakat Indonesia cuma gegara doktrin ba’lawi yang mengaku-ngaku sebagai dzuriyah Rasulullah dan wajib mendapatkan penghormatan dari pribumi.
Kemunculan geger nasab seharusnya di reportase, ini akibat dari prilaku yang dapat memecah belah persatuan umat Islam Indonesia, karena keretakan persatuan bangsa ini dipicu dari agama yang ditarik-tarik kedalam ranah politik demi untuk meraih kekuasaan.
Jualan surga, neraka, kafir, munafik yang sering menghiasi perdebatan dan statemen di media semua itu akibat doktrin-doktrin yang disampaikan oleh oknum habib.
Secara pribadi awalnya saya masih menduga-duga, bahwa mencuatnya doktrin sesat yang hampir-hampir membuat anak bangsa terbelah akibat seorang oknum habib yang selalu membangun narasi kebencian kepada umat terhadap pihak-pihak yang berbeda pemikiran, ternyata dugaan awal saya yang masih seputar oknum melebar menjadi ajaran yang sudah turun-temurun dari orang-orang tua mereka para habib yang mengajarkan doktrin kalau mereka sebagai dzuriyah Rasul yang wajib dihormati dan bisa memberi syafaat kepada siapapun yang mencintai mereka.
Namun semua ceramah yang isinya doktrin-doktrin ingin dimuliakan, saat ini mulai banyak perlawanan dari masyarakat Muslim Nusantara, perlawanan umat Islam Nusantara bukan karena tesis kyai Imadudin atau karena ada unsur kebencian kepada para habaib, tapi semua itu karena dilatarbelakangi prilaku kaum habib yang banyak membuat masyarakat pribumi muak karena ucapan yang semena-mena.
Adapun tesis kyai Imadudin hanyalah pintu masuk untuk membendung setiap kecongkakan dan kesombongan yang sudah kelewat batas, sebut saja Bahar Smith dan Rizik Shihab kedua oknum habib ini belakangan yang sering membuat pernyataan kontroversi dan puncaknya ketika terjadi kasus Pilkada Jakarta, setiap melihat YouTube, mendengan ceramah di panggung dan kegiatan sapari dakwah beliau selalu dihiasi oleh caci maki terhadap pemerintah, membangun narasi kebencian terhadap kyai-kyai NU dan siapapun yang berbeda mereka selalu membuat ulah yang membuat masyarakat gusar.
Bagi para Muhibbin yang notabene bukan habib, bukan cucu ubaidillah, bukan murid habib yg belajar huruf Hijaiyah, bahkan bukan pula menantu dari habib. Apa karena takut kwalat, takut tidak dapat syafaat Rosulullah, atau takut salah penilaian” jika menolak ternyata habib benar sebagai dzuriyah Rasul”? wah bisa berabe dan tidak lagi dipandang oleh Rasulullah di akhirat nanti jika berseberangan dengan ba’lawi!.
Kenapa kyai Imadudin membuat tesis tentang habib yang nasabnya tidak terkonfirmasi? Tesis Kyai Imadudin merupakan studi kasus dengan referensi kitab nasab yang tidak bisa dipandang sepele, beliau meneliti nasab ba’lawi dari daftar pustaka di abad ke-empat, ke-lima hingga abad ke-sembilan bahkan ia teliti kitab kitab nasab tersebut dari primer, sekunder dan diseleksi dengan amat ketat sehingga menghasilkan kesimpulan bahwa nasab ba’lawi tidak terkonfirmasi sebagai dzuriyah Rasulullah.
Penulis: Ahmad Suhadi
RESIKO PERNIKAHAN SEDARAH DARI KLAN HABIB BA’ALWI DITINJAU DARI SISI GENETIKA
"Saya seorang Muslim dan agama saya membuat saya menentang segala bentuk rasisme. Itu membuat saya tidak menilai pria mana pun...
Read more