• Tentang Kami
    • Pengurus
  • Kontak
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • KH Imaduddin al Bantani
    • Karomah
    • Kisah
  • Biografi
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
      • Download
  • Download
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel
No Result
View All Result
RMI PWNU Banten
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • KH Imaduddin al Bantani
    • Karomah
    • Kisah
  • Biografi
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
      • Download
  • Download
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel
No Result
View All Result
RMI PWNU Banten
No Result
View All Result
Home Opini

Epistemologi Kitab Shahih Bukhari dan Nasab Ba Alawi

Admin by Admin
15 Maret 2024
in Opini, Pesantren
2 min read
0
0
SHARES
1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Alwiyan Qosyid Syam’un (Pengasuh Pesantren Al-Khaeriyah Citangkil Cilegon)

Banyak yang tersentak dan tidak mampu menjawabnya ketika dihadapkan dengan pertanyaan, mengapa kita dan para ulama percaya bahwa dalam kitab shahih Bukhari benar-benar berisikan kata-kata Nabi Saw? Padahal kitab tersebut ditulis jauh setelah Nabi Saw dan para sahabatnya wafat.

Kitab Shahih Bukhori dipercaya sebagai kitab yang berisikan kata-kata Nabi Saw bukan karena personifikasi Imam Bukhori ansich tapi karena standar epistemologi, ontologi dan aksiologi terutama metodologi Imam Bukhari yang dipandang ilmiah dan ketat oleh para ulama. Dari sekian puluh ribu matan hadits yang dihafal oleh Imam Bukhari berikut rangkaian sanad dan perawinya tapi yang dimasukan ke dalam kitab shahihnya hanya kisaran 7.000an hadits dan selebihnya yang puluhan ribu matan tidak dimasukan karena oleh Imam Bukhori dipandang tidak memenuhi standar metodologi yang digunakan oleh Imam Bukhari, baik dari sisi matannya, sanadnya maupun perowinya dengan syarat-syarat yang telah ditentukan kepada masing-masingnya.

Hal tersebut mengisyaratkan betapa ketatnya standar metodologi Imam Bukhari dalam menetapkan syarat syarat terhadap matan, sanad dan perowi sebagai wujud kehati-hatian dalam menetapkan status sebuah hadits. Inilah mengapa sebagian besar ulama mempercayai bahwa di dalam kitab Shahih Bukhari isinya adalah kata-kata Nabi Saw, bahkan jumhur ulama berpendapat bahwa kitab yang paling shahih setelah Alqur’an adalah kitab Shahih Bukhari. Bahkan ketika Imam Bukhari menilai seorang yang meriwayatkan hadits dalam konteks jarh wata’dil dengan fihi nadzor, maka tidak satupun hadits shahihnya yang mengambil riwayat dari orang dengan status fihi nadzor.

Apa intinya?
Kebenaran itu bukan ditentukan oleh siapa yang mengatakannya atau karena sedikit atau banyak yang setuju atau tidak setuju tapi karena syarat syaratnya terpenuhi. Karenanya, tak perlu silau kepada seseorang kecuali ia adalah sosok pemilik otoritas kebenaran seperti para Nabi dan Rasulullah. Lihatlah apa yang dikatakannya bukan siapa yang mengatakannya, periksalah secara epistemologis sebagai upaya verifikasi dan validasi pengetahun, karena siapapun itu jika tidak memiliki skill berpikir epistemologis maka patut diduga kesimpulannya salah. Epistemologi merupakan mahkamah konstitusi scientific yang berfungsi menguji validitas pengetahuan atau pernyataan scientific.

Seperti halnya perkara benar atau tidaknya pengakuan Ba’alawi atau para habaib bahwa nasab geneologis mereka tersambung kepada Nabi Saw harus dibuktikan secara ilmiah dengan standar metode tertentu bukan karena perkataan seseorang yang tidak teruji kebenarannya. Konsekuensi dari sebuah pengakuan adalah pembuktian, sama dengan ketika kanjeng Nabi Muhammad Saw mengaku sebagai utusan Allah, masyarakat minta bukti, maka turunlah mukjizat. Begitupun ketika ada orang yang mengaku cucu Nabi Saw, masyarakat minta pembuktian, ya tinggal dibuktikan saja secara ilmiah, biasa saja kan?

Kita ketahui bersama bahwa perkara pengakuan nasab Ba Alawi yang tersambung kepada Rasulullah Saw bukanlah perkara agama, karena tidak ada satupun teks agama yakni Alqur’an atau hadits secara tersurat maupun tersirat yang mengatakan bahwa Ba’alawi adalah dzuriyyat Nabi Saw. Bukan pula perkara yang bersifat subjektif seperti barokah atau tidak barokahnya Ba’alawi, baik atau buruknya akhlak seorang Ba’alawi, cerdas atau bodohnya seorang Ba’alawi, berjasa atau tidaknya hidup seorang Ba’alawi, membenci atau mencintai Ba’alawi, banyak yang setuju atau menolaknya “TETAPI” perkara yang harus dibuktikan melalui penelitian secara ilmiah, itu baru namanya objektif dan adil menempatkan sesuatu pada tempatnya, Wallahu a’lam.

Baca Juga

Peran KH Imaduddin Utsman al-Bantani Dalam Menyuarakan Reformasi Pemahaman Keislaman

Raudlatul Jami’ Syarah Jam’ul Jawami’, Kitab Ushul Fikih Karya KH. Imaduddin Utsman Al-Bantani

Prof. Dr. Ahmad Mukri Kepada KH Imaduddin Utsman: Harapan untuk Intelektual Muda Muslim

KH. Imaduddin Utsman Al Bantani dan Prof. Mufti Ali Terima Penghargaan Raden Aria Wangsakara Award

Tags: ba alawiba alawi rungkadBa Alwibahar bin smithbin yahyabudaya nusantraDzuriyyahDzuriyyah Nabihabaibhabibhaluhanif alatasHRSisnad palsuKeturunan Nabiketurunan palsuKeturunan RasulullahKRT. FAQIH WIRAHADININGRATmakammakam palsumanuskripNasabnasab palsunasab rungkadpemalsuan nasabpemalsuan silsilahpembelokan sejarahpembongkaran makamRasulRasulullah SAWrekomendasi kepada negararumail abbasrungkadsanad ilmusejarah keratonSilsilah Habibsilsilah nasabsitus budayasumodiningrattest DNAthoha bin yahyaUbaidUbaidillahulamautsman bin yahya
Next Post

Makna Simbolik Bismillah

Paling Banyak Dilihat

Berita

Hasil Seminar Nasab Internasional di Brebes, Nasab Walisongo Bukan Ba’alwi

by Admin
19 Mei 2025
0

Naqobah Ansab Auliya Tis'ah (NAAT) menggelar seminar internasional nasab Walisongo di Ponpes Al Hasaniyah Kedawon, Desa Rengaspendawa, Kecamatan Larangan, Kabupaten...

Read more
Load More
  • All
  • Berita
  • Opini
  • Pustaka
  • Santri
  • Ulama
  • Pesantren

Hasil Seminar Nasab Internasional di Brebes, Nasab Walisongo Bukan Ba’alwi

ATHG Terhadap Ideologi Pancasila: Masa Kini dan Masa Depan

Peran KH Imaduddin Utsman al-Bantani Dalam Menyuarakan Reformasi Pemahaman Keislaman

التاكد من تعرف لطفي بن يحيى باعلوي

ما هو اسهل شروح لجمع الجوامع وما هو افضلها واحسنها؟

Raudlatul Jami’ Syarah Jam’ul Jawami’, Kitab Ushul Fikih Karya KH. Imaduddin Utsman Al-Bantani

Load More

Baca Juga

Nasab Ba Alawi Tidak Masuk Akal

by Admin
8 April 2025
0

Menjawab Ludfi Rochman Tentang Terputusnya Nasab Habib

by Admin
3 April 2024
0

Seputar Penelitian Ilmiah KH. Imaduddin Utsman Tentang Nasab Habib (1)

by Admin
8 April 2025
0

  • Opini
  • Berita
  • Pustaka
  • Ulama
  • Santri
  • Pesantren
Follow Us

©2021 RMI PWNU Banten | rminubanten.or.id.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Opini
  • Ulama
    • Fiqih
      • KH Imaduddin al Bantani
    • Karomah
    • Kisah
  • Biografi
  • Pesantren
    • Santri
      • Hikmah
      • Syair
      • Humor
    • Pustaka
      • Kitab
      • Karya Sastra
      • Manuskrip
      • Download
  • Download
  • Web RMI
    • RMI PBNU
    • RMI PWNU Banten
    • RMI PWNU DKI
    • RMI PWNU Sumsel

©2021 RMI PWNU Banten | rminubanten.or.id.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

Depo 25 Bonus 25